Minggu (14/11/2021) PP KAGAMA kembali menggelar webinar seri Kagama Telekonseling, didukung oleh BPJS Ketenagakerjaan dan Pupuk Indonesia Holding Company. Pada seri ke-13 kali ini mengambil judul “Mitigasi Risiko Menghadapi Gelombang Ketiga COVID-19”, dengan menghadirkan 2 narasumber yaitu dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D (Kordep Pengembangan Teknologi PP Kagama & Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM), dan Tubagus Arie Rukmantara, S.Hum (Kepala Perwakilan UNICEF untuk wilayah Jawa). Berkenan memberikan kata sambutan adalah Prof Dr. Paripurna, S.H, M.Hum., LL.M (Ketua IV PP KAGAMA & Wakil Rektor Kerjasama dan Alumni UGM), dan bertindak sebagai keynote speaker yaitu Kunta Wibawa Dasa Nugraha, S.E., M.A., Ph.D. (Sekretaris Jendral Kementerian Kesehatan). Jalannya acara webinar dipandu oleh dr. Theresia Handayani, M. Biomed selaku moderator, dan Muthiah sebagai MC.
Kunta Wibawa Dasa Nugraha, selaku keynote speaker, mengatakan hampir dua tahun lamanya pandemi Covid-19 merebak di seluruh dunia tanpa terkecuali di Indonesia. Dua gelombang pandemi yang merebak di Indonesia yakni gelombang pertama pada November 2020 – Januari 2021 dan gelombang kedua pada Mei 2021 – Agustus 2021. Gelombang ini terjadi disebabkan peringatan natal dan tahun baru serta lebaran yang menimbulkan keramaian, berkumpulnya massa dan massifnya mobilitas masyarakat.
“Periode November 2021, Kasus Covid-19 di Indonesia sudah memasuki level 2 sudah dalam kategori pandemi yang terkendali dan memperlihatkan grafik menurun. Gencarnya program vaksinasi juga turut andil dalam mengendalikan jumlah kasus yang muncul. Per November 2021, vaksinasi di Indonesia sudah lebih dari 60% yang terus didorong hingga akhir tahun bisa mencapai angka 70% – 80%”, ungkap Kunta.
Menurut alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM tersebut, mempersiapkan mitigasi risiko menghadapi gelombang ketiga Covid-19 merupakan sebuah keharusan. Negara-negara Eropa yang sudah penuh dalam vaksinasi sedang mengalami kenaikan lonjakan kasus. Penanggulangan pandemi harus dilakukan dengan adaptif dan dinamis. Mempersiapkan fasilitas dan layanan kesehatan yang memadai menjadi kunci untuk menghadapi risiko gelombang ketiga pandemi Covid-19. Memperkuat layanan esensial yang sudah ada seperti pelayanan posyandu dan sebagainya. Memberikan informasi yang aktual dan akurat sebagai pedoman bagi masyarakat sebagai upaya awal mencegah gelombang ketiga. Pilar deteksi, manajemen klinis, perubahan perilaku, vaksinasi dan penguatan sistem kesehatan menjadi pilar acuan pemerintahan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Narasumber pertama, dr. Riris Andono Ahmad, menjelaskan upaya untuk mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19. Indonesia sudah melewati dua gelombang pandemi Covid-19. Situasi fluktuatif yang dapat saja berubah secara cepat seperti Vietnam yang awalnya mampu bertahan 1,5 tahun tanpa transmisi kasus lokal secara mengejutkan menuju akhir 2021 mengalami lonjakan kasus Covid-19. Program vaksinasi yang dijalankan tidak mampu melindungi sepenuhnya dari Covid-19. Vaksinasi memberikan durasi imunitas pendek dan efikasi yang tidak sampai 100%.
“Munculnya mutasi baru virus menyebabkan target cakupan vaksin perlu ditingkatkan dan menurunkan efikasi vaksin serta durasi herd immunity tidak berlangsung lama. Cakupan vaksinasi yang harus dicapai untuk masyarakat Indonesia berada pada angka 229.500.000 penduduk Indonesia. Upaya vaksinasi masih jauh dari kata berhasil dan harus selalu ditingkatkan untuk menurunkan risiko penularan, mengurangi risiko keparahan dan kematian, tekanan terhadap layanan kesehatan menurun sehingga penularan lebih bisa dikendalikan”, demikian pungkas Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM tersebut.
Narasumber kedua, Tubagus Arie Rukmantara menyampaikan perlu adanya keselarasan dan keharmonisan antara dua pihak dalam menangkap dan mengolah informasi terkait pandemi yakni pemerintah dan masyarakat. Komunikasi menjadi aspek penting dalam upaya mitigasi risiko menghadapu gelombang ketiga Covid-19. Pandemi Covid-19 bukanlah hal yang baru di Indonesia. Pandemi flu spanyol pada 1918 sangat berbahaya dan memakan banyak korban di Indonesia pada saat itu. Dalam Bahasa Jawa, pandemi dibahasakan sebagai pageblug.
“Belajar dari sejarah merupakan suatu hal yang bisa kita lakukan dalam mempersiapkan mitigasi menghadapi gelombang ketiga. Pandemi flu spanyol 1918 yang di dalamnya dibentuk sebuah badan penanggulangannya yakni Komisi Flu yang salah satu anggotanya adalah dr. Sardjito. Dokter Sardjito pada saat itu merekomendasikan upaya melindungi kelompok rentan dan pasien dengan komorbid agar menekan laju kematian dan menahan laju penyebaran virus. Dari hal tersebut kita dapat melakukan pencegahan dengan menerapkan flatten the curve dengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, mengikuti anjuran pemerintah dan kebijakan yang dikeluarkan WHO serta bekerjasama dalam mengentaskan pandemi ini sesegara mungkin”, pungkas Tubagus. [arma]
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply