
Paguyuban Tenis Universitas Gadjah Mada melakukan kunjungan kerja ke Singapura selama 3 hari, 17-19 Januari. Kunjungan yang dipimpin langsung oleh ketuanya, Prof. Kuncoro Harto Widodo, membawa banyak agenda, dengan agenda utama mengadakan pertandingan tenis persahabatan melawan diaspora Indonesia yang tergabung dalam klub Indonesian Fun in Tennis (IFiT) Singapura, Sabtu (18/1).

Sehari sebelumnya, Jumat (17/1), selaku tuan rumah yang baik, Kagama Singapura menyambut rombongan dari UGM itu dengan menggelar acara ramah tamah di Ruang Adinata, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura. Banyak hal yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut, khususnya tentang upaya memperkuat networking di antara alumni.
Prof. Kuncoro Harto Widodo menyampaikan apresiasinya atas penyambutan yang hangat dan penuh persahabatan dari segenap pengurus Kagama Singapura. Ia juga sangat berterima kasih kepada pihak KBRI yang sudah memfasilitasi dengan sangat baik, khususnya buat Ny. Irawati Djati, istri Wakil Dubes yang merupakan pembina Kagama Singapura.

Prof. Kuncoro mengatakan rombongan Paguyuban Tenis UGM yang ikut kunjungan ke Singapura total ada sebanyak 21 orang. Termasuk Prof. Wahyudi Kumorotomo, Sekretaris Dewan Guru Besar UGM yang menginisiasi program ALTITUDE dengan mitra mereka yaitu National University of Singapore (NUS).
“Pertemuan dengan Kagama Singapura ini, diharapkan bisa memperkuat jejaring antar warga KAGAMA, dan membuka peluang kerjasama kemitraan antara UGM, Kagama Singapura, serta KBRI Singapura,” ujarnya
Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, Sumber Daya Manusia dan Sistem Informasi FTP UGM tersebut menambahkan, anjangsana komunitasnya ke Singapura memang agenda utamanya adalah dalam rangka mengadakan pertandingan tenis persahabatan melawan para diaspora Indonesia yang bermukim di Singapura. Tujuannya selain dalam rangka mendukung program promosi kesehatan yang diusung oleh UGM, sekaligus memotivasi anggota lebih giat berolahraga khususnya tenis lapangan.
“Harapan lain, kunjungan ini juga bisa membuka kolaborasi yang lebih luas mengingat latar belakang anggota beberapa pihak yang terkait sangat beraneka ragam,” pungkas Prof. Kuncoro.

Sementara itu, Ketua Kagama Singapura, Reynilda Hendryati yang akrab disapa Rere, dalam awal kata sambutannya menceritakan sejarah terbentuknya Kagama Singapura. Ia menuturkan, bermula dari keinginan untuk menyatukan alumni UGM yang ada di Singapura, hingga saat ini sudah ada lebih dari 200 anggota yang tergabung di WAG.
Rere menyebutkan kepengurusan Kagama Singapura terbentuk sejak 2021 lalu, dan telah menjalankan banyak program kerja yang positif dan bermanfaat, seperti menjadi fasilitator di kelas inspirasi untuk murid-murid Sekolah Indonesia Singapura, dengan menghadirkan para alumnus UGM dari beberapa fakultas.
“Dengan kegiatan yang kami lakukan, harapannya bisa menginspirasi anak-anak Indonesia yang bersekolah di Singapura,” terangnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga bekerja sama dengan sebuah LSM di Singapura dalam proyek sukarela, di mana Kagama Singapura mengadakan kursus dan pelatihan bagi pekerja migran Indonesia, dengan mengambil waktu di hari libur. Menurutnya, program yang dijalankan itu sejalan dengan visi dan misi Kagama yaitu guyub, rukun, migunani.

Rere menambahkan, pihaknya berupaya sebisa mungkin untuk mempersatukan para alumni yang tersebar di seantero Singapura. Tujuannya agar diaspora Indonesia yang bermukim di negri Singa itu menjadi satu keluarga yang tentunya ke depannya bisa bermanfaat bagi almamater tercinta dan negara.
“Kami juga membuka ruang seluas-luasnya untuk siapapun yang membutuhkan informasi tentang Singapura, baik tentang tempat tinggal, pendidikan, peluang kerja, hingga life hacks untuk bisa survive di negara ini,” pungkasnya.