Kagama Sekar Gendhing Sinergi Kagama Care Berbakti di Masa Pandemi Melalui Kegiatan Urban Farming

Menyikapi situasi yang berkembang di tengah pandemi corona, sekitar pertengahan bulan April anggota Kagama Sekar Gendhing (KSG) membahas hal apa yang bisa dilakukan buat membantu sesama di tengah krisis akibat Covid-19. Dari berbagai alternatif yang dilemparkan ke floor, akhirnya dipilih kegiatan kegiatan pertanian dalam kota atau urban farming setelah melalui berbagai alasan & pertimbangan. Kegitan tersebut selain meningkatkan kemandirian terhadap kebutuhan pangan dalam skala mikro juga diharapkan mampu menumbuhkan minat kegiatan tanam menanam di lingkungan sekitar, meningkatkan spirit dan kegiatan positif dalam situasi saat ini.

Pada tahap pertama membeli benih dan merawatnya untuk dijual kembali dalam rangka mencari uang donasi. Kemudian pada tahap kedua pembelian benih dengan uang donasi dan sisa benih yang dimiliki disumbangkan kepada masyarakat di perkampungan-perkampungan yang membutuhkan. Yang terlibat dalam kegiatan merawat benih tersebut adalah anggota KSG sendiri. Bagi yang tidak terlibat juga tetap memberikan dukungan dengan cara membeli benih atau berdonasi.

Dona Sambodo, Koordinator DIY 2 Kagama Care – Ketahanan Pangan

Setelah sekian lama berjalan Dona Sambodo, selaku ketua KSG, dan anggota lain berpikiran karena kesibukan masing-masing anggota KSG maka alangkah baiknya seluruh benih diserahkan ke masyarakat untuk dikelola secara mandiri. Tujuannya agar terjadi kesinambungan program yang dicanangkan sejak awal, jangan sampai berhenti karena tak ada lagi yang sanggup mengelolanya.

Gayung bersambut ketika Kagama Care mempunyai program serupa yaitu program ketahanan pangan. Bersama Tata (Faperta ’86) yang mengelola urban farming di Lempuyangan, Dona diamanahi oleh Kagama Care untuk mengelola salah satu dari 10 lokasi kota percontohan di Indonesia dalam inisiasi pembentukan kebun sayur masyarakat. KC memfasilitasi 10 kota percontohan dengan dukungan benih dan uang pembinaan yang digunakan untuk pembelian sarana dukungan lain yang dibutuhkan. Dalam perjalanannya, dengan melihat respon rekan-rekan kagama yang lain, maka target yang semula hanya 1 lokasi kebun masyarakat kini berkembang menjadi 20 lokasi. Untuk memudahkan pengelolaannya maka dibentuk 2 komunitas di kota Yogyakarta. Komunitas DIY 1 dikoordinatori oleh Tata dan DIY 2 dikoordinatori oleh Dona.

Perkembangan tersebut mendorong Dona untuk melakukan re-design terhadap pengelolaan kegiatan tersebut. Dukungan benih dan biaya tambahan menjadi mutlak diperlukan. Untuk itu, Dona bekerja sama dengan beberapa rekan Kagama lain yang berkenan memberikan dukungan teknisnya untuk mensupport 12 lokasi yang diampu oleh DIY 2. Dukungan yang diperoleh berupa suplai benih serta suplai dana tambahan dari KSG (yang diperoleh melalui penjualan bibit) serta dari beberapa donator yang kesemuanya adalah rekan-rekan Kagama.

Anggota KSG ikut kerja bakti bersama warga masyarakat pedukuhan Gandok

Dua belas orang yang akhirnya mendapatkan benih, domisilinya terpencar-pencar lumayan jauh. Untuk Yogyakarta wilayah utara ada yang dari Wedomartani, Gandok (Concat), sampai Salam dan Tempel. Lalu wilayah tengah dari Blunyahrejo & Klitren Lor. Kemudian wilayah selatan dari Wonocatur (Banguntapan), Minggiran, Karanganyar (Brontokusuman) dan Gunung Ampo (Prambanan).

Keduabelas mitra tani DIY 2 yang sebagian besar merupakan anggota Kagama Sekar Gendhing dan Kagama Beksan, yang kemudian lebih familiar menyebut namanya sebagai Komunitas Jogja Tetandur Kagama Care, saat ini lebih banyak berperan sebagai fasilitator untuk masyarakatnya masing-masing. Dalam rangka fasilitasi tersebut dilakukan komunikasi dan monitoring terhadap pengelolaan benih yang telah diterima. Selain untuk memastikan benih-benih dikelola dengan baik, monitoring juga dilakukan sebagai ajang komunikasi dan silaturahmi dengan masyarakat penerima benih. Maksimal setiap 1 bulan sekali rekan-rekan fasilitator melakukan kunjungan ke lokasi-lokasi mitra tani.

Tugas KSG hanyalah memantau dan memonitor bagaimana pengelolaan benih oleh pihak penerima. Jadi program baru yang dikerjakan oleh KSG adalah melakukan kunjungan safari ke lokasi penerima benih, bersilaturahmi dengan warga masyarakat pengelola benih sekaligus menengok hasil kegiatannya. Setelah sebelumnya KSG melakukan safari pertamanya di wilayah Karanganyar, Brontokusuman, pada hari Minggu (9/8/2020) mereka melakukan kunjungan keduanya di Kampung Pandean, Dukuh Gandok, Condong Catur, Sleman. Dalam safari kali ini terdapat 8 fasilitator yang datang dan turut serta. Mereka ikut kerja bakti bersama warga masyarakat pedukuhan Gandok, merawat bermacam tanaman sayur yang sudah mulai tumbuh subur.

Supriyono Atmojo, kepala dukuh Gandok, berbincang-bincang dengan anggota KSG

Menurut Supriyono Atmojo, kepala dukuh Gandok, kebun masyarakat yang berada di RW 56 dirawat & dikelola setiap hari secara bergantian oleh kelompok warga yang terdiri dari 4-5 orang, melibatkan 4 wilayah RT. Mereka adalah warga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani “Pandean Asri” dari RW 56. Lalu setiap hari Minggu diadakan kerja bakti yang melibatkan semua warga pedukuhan.

Meski KWT “Pandean Asri” belum lama usianya, di mana kelompok tersebut baru terbentuk tanggal 14 Juni yang lalu, namun kerja sama di antara mereka terlihat kompak. Itu terlihat dari kebun masyarakat yang dalam waktu kurang dari 2 bulan sudah menunjukkan hasilnya. Tanaman timun, ubi kayu, bayam, kacang panjang, sawi, tomat dll nampak terlihat rimbun dan subur. Bayam sudah panen 2 kali sedangkan tanaman lain seperti timun sudah siap panen juga.

Menurut Dona apa yang terjadi di kebun masyarakat Dukuh Gandok yang dikelola KWT “Pandean Asri” terhitung sukses. Namun Dona jujur mengakui bahwa di daerah-daerah lainnya tidak semudah itu membuat kebun masyarakat karena berbagai kendala yang ada, seperti tidak semua warga tertarik mengelolanya serta keterbatasan lahan. Jadi KSG memberi keleluasaan & menawarkan untuk menanam di rumah masing-masing. Alternatif yang kedua tersebut ada yang sukses juga & bahkan mampu menginspirasi tetangganya untuk ikut-ikutan menanam sayuran di pekarangan rumahnya.

“Tujuan kami melakukan kunjungan safari ke penerima benih, selain untuk memastikan benih dirawat dengan baik kami juga ingin berkenalan dengan warga pengelola dan mengajak ngobrol mereka. Dari situ kami jadi tahu permasalahan dan kendala yang dihadapi. Masukan dari mereka sangat penting bagi kami untuk menentukan langkah-langkah apa yang bisa kami ambil ke depannya.” demikian ucap Dona.


Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*