
Oleh: Humas Kagama Kaltim
Melon hikapel adalah inovasi buah melon berukuran mini yang dikembangkan oleh tim peneliti Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) di bawah pimpinan Prof. Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc. Melon tersebut memiliki berat antara 300 – 700 gram, sehingga seukuran dengan buah apel dan mudah digenggam, sehingga sering disebut sebagai “handy melon”. Hikapel memiliki rasa manis dengan aroma harum serta daging buah berwarna oranye.

Melon hikapel kaya akan nutrisi, terutama beta-karoten dan antioksidan, tertinggi di Indonesia. Selain itu, hikapel juga mengandung vitamin C dan beberapa mineral lainnya. Masa tanamnya relatif singkat, yaitu sekitar 60 hari, lebih cepat dibandingkan melon pada umumnya yang memerlukan waktu 90 hari. Dalam satu tanaman, dapat dihasilkan dua hingga empat buah hikapel.
Sehubungan dengan kolaborasi antara UGM dengan KAGAMA yang selama ini telah menjadi kunci dalam hilirisasi hasil penelitian UGM untuk diimplementasikan pada masyarakat, KAGAMA Pengda Kalimantan Timur turut menjembatani aplikasi budidaya hikapel ini di Desa Sei Seluang, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur terhitung sejak September 2024. KAGAMA Kaltim menggandeng Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Nusantara, yang kemudian mengembangkan demplot (demonstration plot) untuk budidaya melon hikapel. Inisiatif tersebut bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan varietas melon mini yang inovatif kepada petani lokal dan masyarakat setempat.

Ketua KAGAMA Kaltim, Didiek Anggrat pada kesempatan pendampingan panen, Senin (10/03), memberikan penjelasan bahwa bibit yang dibudidayakan di demplot berasal dari Fakultas Biologi UGM sebagai upaya Kagama memperkenalkan produk penelitian akademik UGM. Ia menyatakan budidaya sangat memungkinkan dilakukan di Kalimantan Timur, dikembangkan sebagai tanaman yang berpotensi ekonomi sekaligus mengembangkan potensi daerah.
“Masa tanam melon hikapel ini cukup 50 hari mencapai berat optimal 350 – 400 gram per buah dengan rasa manis. Hal ini tentu menjadi nilai tambah dan menjadi daya saing harga dibandingkan dengan varietas melon lainnya. Kagama juga sudah menjajagi suplai melon hikapel ke beberapa swalayan dan retail di area Balikpapan. Tantangannya adalah ketersediaan stok dalam memenuhi permintaan mereka,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua P4S Nusantara, Andi Burhan Badurahman Abdullah menambahkan, meski normalnya satu buah memiliki berat 350 – 400 gram, namun pihaknya juga sudah melakukan percobaan pembudidayaan hingga berat 700 gram per buah untuk mencoba menyesuaikan dengan selera pasar masyarakat. Dengan demikian petani penanam akan lebih punya kesempatan mendapat manfaat perekonomian.
Menurutnya, melalui pengembangan demplot, P4S Nusantara menyediakan pelatihan dan pendampingan teknis bagi petani yang tertarik membudidayakan melon hikapel. Kegiatan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani dalam teknik budidaya melon, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.

“Selain itu, demplot juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang melon hikapel dan potensi agribisnisnya di wilayah Kaltim,” pungkasnya.