Kagama Berbagi 3: Membuka Ruang Peduli, Membangun Masyarakat Inklusif

Sabtu (27/3/2021) pukul 09:30 – 12:00 WIB, Pengurus Pusat (PP) Kagama kembali menyelenggarakan kegiatan webinar Kagama Berbagi 3 dengan tema “Membuka Ruang Peduli, Membangun Masyarakat Inklusif”. Webinar berlangsung secara daring melalui aplikasi Zoom Meetings dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube Kagama Channel, menghadirkan tiga narasumber yakni, Wuri Handayani S.E., Ak., M.Si., M.A., Ph.D. (Pembina UKM Peduli Difabel UGM), Tio Tegar Wicaksono (Tunanetra dan Pegiat Peduli Difabel) dan Bima Indra Permana (Pegiat Peduli Difabel). Turut hadir Anwar Sanusi, Ph.D (Waketum II PP Kagama & Sekjen Kementrian Ketenagakerjaan RI) menyampaikan kata sambutan dan Ganjar Pranowo, S.H., M.IP (Ketua Umum PP Kagama & Gubernur Jawa Tengah) sebagai keynote speaker. Sebagai moderator adalah Ade Siti Barokah (Ketua Satgas Desa Inklusif Kagama).

Ganjar Pranowo

Tampil sebagai keynote speaker, Ganjar Pranowo mengapresiasi dan mengajak untuk peduli terhadap difabel. Mengakomodasi kebutuhan dan memenuhi hak-hak difabel harus diterapkan dalam menciptakan lingkungan sosial yang inklusif. Ganjar Pranowo menceritakan pengalamanya langsung berinteraksi dengan penyandang disabilitas saat pelantikannya menjadi Gubernur Jawa Tengah.

“Saat saya baru dilantik menjadi Gubernur Jawa Tengah, saya kedatangan tamu dari penyandang disabilitas. Dari halaman kantor, teman-teman difabel dibopong bersama-sama ke dalam ruangan pelantikan dan teman-teman difabel mengatakan perlunya ada akses untuk naik ke dalam ruangan tanpa dibopong dan saya mendapatkan cukup banyak kritik dari publik terkait aksesibilitas untuk teman-teman difabel di wilayah Jawa Tengah.” ujar Ganjar.

Menurut Ganjar, provinsi Jawa Tengah terus melakukan pembenahan kebijakan untuk menciptakan lingkungan sosial inklusif dan memadai dalam sarana dan prasarana publik terutama memprioritaskan untuk mengakomodasi kelompok anak-anak, perempuan dan penyandang disabilitas. Ganjar menambahkan kegiatan webinar yang diselenggarakan PP Kagama dapat menjadi pemantik yang bagus dalam menyiapkan kebijakan inklusif bagi kalangan penyandang disabilitas.

“Webinar ini dapat menjadi cubitan atau tamparan yang dapat membuat para pemangku kebijakan kita sadar bahwasanya untuk menciptakan lingkungan yang inklusif harus mendengarkan dari berbagai kelompok masyarakat termasuk penyandang disabilitas. Kegiatan tema ini dapatnya dijadikan dalam bentuk media cetak seperti buku dan laporan sejenisnya yang bisa kita sama-sama sampaikan pada pejabat kementrian bahkan sampai ke presiden.” pungkas Ganjar mengakhiri presentasinya.

Tio Tegar Wicaksono

Narasumber pertama, Tio Tegar Wicaksono menceritakan pengalamannya dengan diberi judul “Pengalaman Belajar di UGM: Perspektif Disabilitas”. Tio merupakan alumni prodi S1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum UGM. Ia menempuh pendidikan sarjananya dari 2016 – 2020 dan sekarang menjadi jurnalis independen dan peneliti. Tio merupakan penyandang disabilitas netra.

Tio memilih kuliah di Fakultas Hukum UGM dikarenakan ketertarikannya pada isu disabilitas dan keterkaitannya dengan bidang hukum. Tio mendeskripsikan cerita mulai dari tahapan pendaftaran sebagai calon mahasiswa UGM. Pada saat pendaftaran melalui jalur ujian tulis, pada formulir pendaftaran sudah tertera kolom keterangan kondisi disabilitas dan disediakan pembaca dari UGM untuk calon mahasiswa disabilitas netra saat ujian berlangsung.

“Alhamdulillah, saya diterima menjadi mahasiswa Fakultas Hukum UGM pada tahun 2016.” ujar Tio mengungkap rasa syukurnya.

Menurut Tio, dirinya tidak menemui kesulitan atau hambatan dari pihak fakultas maupun unniversitas dalam menjalankan proses studi akademiknya. Pengalaman saat kuliah yang dialami sangat berkesan. Akomodasi yang memadai dalam kegiatan pembelajaran bagi mahasiswa disabilitas yang sudah tersedia. Akses fasilitas fisik berupa sarana dan prasarana menunjangnya seperti adanya elevator, toilet khusus difabel dan tangga naik untuk difabel serta lingkungan sosial yang mendukung mahasiswa disabilitas dalam proses akademik di Fakultas Hukum UGM.

Tio menjelaskan akomodasi yang diberikan kepada mahasiswa disabilitas diantaranya, disediakannya ruang terpisah saat mengerjakan ujian, diperkenankan melakukan ujian mandiri dengan menggunakan laptop, dan disediakan mesin scanner dan computer dengan aplikasi di pembaca layar di perpustakaan Fakultas Hukum. Aksesibilitas fisik yang disediakan dari pihak universitas juga memadai yakni, sudah tersedianya guiding block bagi disabilitas netra, meski menurut Tio di beberapa tempat harus banyak diperbaiki.

Dukungan sosial juga menerima kehadiran mahasiswa disabilitas. Lingkungan pertemanan yang mendukung dalam proses studi akademik seperti mengerjakan tugas baik secara individu maupun kelompok dalam berupa makalah hingga praktek peradilan. Inisiatif juga datang dari pihak pimpinan Fakultas Hukum dengan mengeluarkan berbagai kebijakan yang mempermudah mahasiswa disabilitas dalam menjalankan aktivitas akademiknya.

“Saya dapat menjalankan aktivitas akademik dengan nyaman juga turut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan mahasiswa yang bersifat non-akademik. Hal itu semua diakomodasi oleh Universitas Gadjah Mada.” ujar Tio yang juga meraih beasiswa saat menjalankan studinya.

Tio menambahkan tips yang diterapkan dalam menjalankan aktivitasnya sebagai mahasiswa Fakultas Hukum UGM, yaitu proaktif dalam menjalankan pembelajaran kuliah dan self-advocacy dalam menyuarakan kebutuhan masing-masing sebagai mahasiswa disabilitas.

“Membangun komunikasi dengan teman sebaya, teman-teman sebaya memahami kondisi saya dan selalu mendukung saya dalam berbagai aktivitas akademik maupun akademik sehingga saya merasa senang dan nyaman sebagai mahasiswa fakultas hukum hingga saya menamatkan studi saya di bulan Agustus 2020 yang lalu.” kata Tio mengakhiri paparannya.

Bima Indra Permana

Narasumber kedua, Bima Indra Permana menceritakan kisah dan pengalamannya dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Difabel UGM. UKM Peduli Difabel UGM pada awal pembentukannya bernama Forum Mahasiswa Difabel dan Partner (FMDP) UGM. FMDP UGM adalah sebuah organisasi berbasis komunitas yang menampung, menyalurkan, dan mewadahi aspirasi para penyandang disabilitas guna mewujudkan kampus yang inklusif dalam rangka pemulihan hak-hak difabel terutama dalam bidang pendidikan. FMDP berdiri pada Desember 2011. FMDP UGM kemudian berubah nama menjadi UKM Peduli Difabel UGM pada tanggal 7 Juni 2013.

Bima menjelaskan visi dan misi yang menjadi tujuan dari UKM Peduli Difabel UGM adalah mewujudkan kampus yang inklusif dalam rangka pemulihan hak-hak difabel terutama dalam bidang pendidikan, menjadi wadah komunikasi dan aspirasi difabel maupun non difabel khususnya civitas akademika UGM dalam isu-isu difabel., menjalin hubungan secara sinergis dan harmonis dengan berbagai institusi atau organisasi internal maupun eksternal dan menyediakan sarana dan prasarana bagi mahasiswa difabel UGM sesuai dengan kapasitas organisasi.

Menurut Bima, UKM Peduli Difabel membagi jenis-jenis disabilitas yakni fisik, sensorik, intelektual, dan mental. UKM difabel juga memberikan metode mendampingi mahasiswa difabel seperti etika berinteraksi dengan disabilitas daksa, yaitu menawarkan bantuan ketika melihat mereka sedang membutuhkan bantuan. Kemudian, bertanyalah bagaimana cara untuk dapat membantu. Jika ingin berbicara dengan seorang disabilitas daksa yang duduk dikursi roda sebaiknya ambil posisi sejajar dengannya dan buat senyaman mungkin dalam berkomunikasi. Dan jika ingin membantu pengguna kursi roda untuk mendorongkan utarakan terlebih dahulu maksud untuk membantu agar penyandang disabilitas daksa tersebut mempersiapkan dirinya. Jika berjalan dengan disabilitas daksa samakan kecepatan berjalan dan mengambil posisi di sampingnya.

“Kampus UGM sudah baik dalam menfasilitasi mahasiswa penyandang disabilitas dengan menyediakan tempat parkir yang memadai, ramp, elevator dan toilet khusus difabel.” ujar Bima yang juga tenaga paruh waktu di Humas UGM mengakhiri paparannya.

Wuri Handayani

Narasumber terakhir, Wuri Handayani menyampaikan materinya dengan judul “UGM: Kampus Inklusif?”. Wuri menceritakan pengalamannya menjadi dosen disabilitas yang mengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Berawal dari kecelakaan yang dialaminya pada saat kuliah di Fakultas Farmasi di Universitas Jember, Wuri mulai menggunakan kursi roda dalam menjalankan aktivitasnya. Kemudian, Wuri keluar dari Fakultas Farmasi dan mendaftarkan diri menjadi mahasiswa prodi Akuntasi Fakultas Ekonomika Bisnis UGM.

“Saat saya menjadi mahasiswa pada tahun 1990-an, UGM belum menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas daksa sehingga saya dibantu teman-teman saya dalam menjalankan aktivitas perkuliahan seperti menggotong saya ketika kelas perkuliahan dilaksanakan di lantai 2 atau 3 gedung FEB UGM dan cukup membuat saya kewalahan. Diskriminasi juga saya terima ketika saya mengikuti tes CPNS di Surabaya yang membuat saya tidak diloloskan karena keterbatasan jasmani yang sama miliki karena menggunakan kursi roda. Pengalaman yang berkesan yang didapatkan saya adalah ketika melanjutkan studi ke Inggris. Saya diterima dengan baik dan difasilitasi secara akademik maupun non-akademik sehingga saya dapat menyelesaikan studi doktoral di The University of Hull, Inggris.” ujar Wuri.

Wuri menambahkan, UGM saat ini memiliki mahasiswa disabilitas berjumlah 16 orang yang tersebar di hampir semua fakultas. Mahasiswa dengan status penyandang disabilitas pun tidak tertutup kemungkinan dalam meraih prestasi seperti Althaf, mahasiswa tunarungu yang lulus dengan predikat cumlaude, atau Fahmi yang berhasik menyabet penghargaaan pemuda difabel berprestasi.

Ade Siti Barokah, Ketua Satgas Desa Inklusif Kagama

UGM memiliki tujuan untuk menciptakan pendidikan yang inklusif dengan tidak menyisihkan penyandang disabilitas dalam proses pembelajaran akademik. Mewujudkan UGM sebagai Kampus Pancasila yang menerima semua golongan dengan partisipasi inklusif. Harapannya UGM harus menciptakan peradaban kampus yang inklusif dengan menetapkan kebijakan tertulis mengenai disabilitas, menyiapkan planning support untuk disabilitas, meningkatkan awareness mengenai disabilitas, menyediakan unit layanan disabilitas dan memperbaiki infrastuktur kampus agar lebih terjangkau bagi penyandangan disabilitas. [arma]

*) Materi webinar selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: