Oleh: Humas Kagama Balikpapan
Pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) merupakan jenis tanaman Dipterocarpaceae yang tumbuh alami di Pulau Kalimantan. Selain dikenal sebagai kayu besi, pohon ulin juga memiliki nama lokal lainnya yaitu bulian, bulian rambai, onglen (Sumatera Selatan), belian, tabulin, telian, tulian, dan iron wood.
Kayu ulin dikenal sebagai kayu yang awet dan kuat sehingga memiliki banyak manfaat dan sangat diminati masyarakat. Kayu Ulin Kalimantan banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan yang banyak digunakan untuk pembangunan rumah, jembatan, tiang listrik, bantalan, bangunan maritim, dan dalam industri perkapalan.
Akan tetapi, kayu ulin Kalimantan memiliki pertumbuhan yang cukup lambat. Perkecambahan bijinya saja membutuhkan waktu 6 sampai 12 bulan. Oleh sebab itu, pemanfaatan pohon ulin perlu diimbangi dengan upaya konservasi. Menjaga kelangsungan hidup spesies harus dilakukan bersamaan dengan rencana pengelolaan berkelanjutan.
Upaya konservasi harus diimbangi dengan pemanfaatan tanaman ulin secara bijak, baik pemanfaatan dengan fusngsi yang sudah ada selama ini maupun pemanfaatan baru lainnya. Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Balikpapan mulai awal tahun 2022 ini menggagas ide dan melakukan serangkaian penelitian serta ujicoba pemanfaatan pohon ulin sebagai salah satu sumber bahan pewarna alami untuk tekstil. Pohon ulin merupakan khas Kalimantan, maka pewarna alami yang dihasilkan merupakan warna khas vegetasi bumi borneo.
Pewarna alami ini bisa dihasilkan dari seluruh bagian pohon ulin mulai dari akar, batang dan daun. Aplikasi pewarna tekstil tersebut sedang dicoba diaplikasikan untuk produk batik dan ecoprinting. Beberapa pelatihan batik dan ecoprinting sudah dilaksanakan untuk mengedukasi publik bahwa pohon ulin khas Kalimantan ini memiliki potensi lain yang dapat dikembangkan menjadi kegiatan ekonomi selain dari penggunaan umum sebagai bahan konstruksi bangunan dan kapal. Perlahan tapi pasti produk ecoprint KAGAMA mendapat sambutan positif melalui undangan berbagai pelatihan di Kalimantan sendiri dan beberapa kota di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi.
Rona Natural Nusantara (Ronatura) yang dihasilkan pohon ulin saat ini mulai dikemas oleh KAGAMA Balikpapan dalam program edukasi yang lebih maju melalui kombinasi pembelajaran di sekolah untuk pelajar sekolah menengah. Perpaduan kurikulum ini menjadi mungkin seiring implementasi kurikulum merdeka dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rabu (07/09/2022) KAGAMA Balikpapan mengajak 70 pelajar SMPIT Istiqamah YPAIT Balikpapan untuk mengeksplorasi potensi ulin lebih jauh. Kegiatan berlangsung di habitat endemik pohon ulin di Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) yang berlokasi kurang lebih 20 km dari kota Balikpapan. Kegiatan tersebut dalam rangkaian program sekolah untuk memperkaya wawasan dan ketrampilan (softskill) entrepreneur.
Selama satu semester ini siswa dibimbing untuk mengenal dan melakukan pendekatan sains pada tanaman ulin. Kemudian akan dilanjutkan dengan pratek pembuatan pewarna alami dan aplikasi pada produk ecoprinting. Program pembelajaran ini akan ditutup di akhir semester dengan membekali siswa perhitungan dasar bisnis komersialnya dan melakukan promosi pemasaran melalui e-market hingga produk terjual.
“Dengan mengajak langsung siswa ke habitat endemic ulin di sini, kami berharap mereka mendapat pelajaran langsung dari alam. Alam ini telah menyediakan semua apa yang kita butuhkan, tinggal bagaimana kreatifitas kita dalam memanfatkannya dan tentu saja bagaimana kita bijak dalam mengeksploitasinya,” ungkap Ketua Ecoprint Academy Kagama Balikpapan, Hardiani Gunawan yang akrab disapa Nunik.
Wakil Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Pengcab KAGAMA Balikpapan, Didiek Anggrat yang turut hadir dan menjadi narasumber, menambahkan, “Pewarna alami khas yang dihasilkan dan bisa diimplementasikan dengan produk ecoprinting ini akan menjadi produk bernuansa khas Kalimantan yang kami perkenalkan pada skala nasional bahkan global. Pelajar dan guru diharapkan bisa menjadi agent of change perubahan pemanfaatan tanaman ulin bahkan limbah kayu ulin dengan memperhatikan konservasinya.“
Kegiatan eksploring ulin kali ini dimulai dengan edukasi teori bertempat di Lamin HLSW, dilanjutkan dengan praktek pembuatan pewarna alami berbahan ulin dan penyiapan awal bahan kain untuk diaplikasi ecoprinting (mordanting). Selain itu siswa juga diajak untuk trekking ke dalam hutan untuk mengenal biji, bibit dan tanaman ulin yang berusia muda hingga yang berusia puluhan atau ratusan tahun. Acara ditutup dengan aksi penanaman bibit ulin di sekitar habitat sebagai penanda kehadiran dan peran siswa-siswi SMPIT Istiqamah YPAIT Balikpapan di lahan konservasi yang sudah dikenal dunia internasional ini.