
π Harmoni di Ujung Barat: Mualem Tutup KKN UGM di Pulo Aceh, Kagama Aceh dan Satgas KKN UGM Apresiasi Sinergi Mahasiswa dan Masyarakat
Pulo Aceh, Aceh Besar β Selasa, 5 Agustus 2025, Gampong Alue Riyeung di Pulau Nasi menjadi saksi penutupan program Kuliah Kerja Nyata β Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM). Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), hadir langsung bersama Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Marlina Muzakir (Kak Na), untuk memberikan apresiasi kepada 30 mahasiswa UGM yang telah mengabdi selama 50 hari di Pulo Aceh.
ποΈ Mahasiswa Menyatu dengan Masyarakat Pulo Aceh
Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu tersebar di sejumlah gampong di Pulau Nasi, menjalankan program kerja yang menyentuh isu-isu lokal seperti pengelolaan air bersih, edukasi kesehatan, pemberdayaan UMKM, dan pelatihan teknologi informasi. Kehadiran mereka bukan sekadar akademik, tetapi menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

βTerima kasih kepada tim KKN UGM yang telah menebarkan ilmu dan nilai-nilai kebersamaan. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut dan mendongkrak pembangunan pulau-pulau di Aceh,β ujar Mualem dalam sambutannya.
π€ Kagama Aceh: KKN Sebagai Jembatan Ilmu dan Pengabdian
Plt Sekda Aceh, M Nasir Syamaun, yang juga Ketua Kagama Aceh, menegaskan pentingnya program KKN sebagai bentuk nyata kontribusi kampus terhadap pembangunan daerah. βKKN ini sangat strategis karena menghadirkan mahasiswa dari berbagai daerah untuk tinggal dan mengabdi di sini. Ilmu yang mereka dapatkan di kampus diterapkan langsung di masyarakat,β ujarnya.
Kagama Aceh turut berperan sebagai fasilitator, menjembatani komunikasi antara mahasiswa, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal. Mereka juga mendorong agar hasil KKN menjadi rekomendasi kebijakan pembangunan berkelanjutan di Pulo Aceh.
π Satgas KKN UGM: Belajar dari Ujung Negeri
Satgas KKN UGM melihat Pulo Aceh sebagai laboratorium sosial yang kaya akan nilai-nilai lokal dan tantangan pembangunan. βMahasiswa belajar bukan hanya dari teori, tapi dari interaksi langsung dengan masyarakat. Ini membentuk karakter, empati, dan kemampuan problem solving yang tidak bisa diajarkan di kelas,β ujar salah satu dosen pembimbing.
Program kerja mahasiswa dirancang untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat, termasuk isu infrastruktur, irigasi, dan akses komunikasi yang masih terbatas. Forum Keuchik se-Pulo Aceh bahkan menyampaikan harapan besar agar pemerintah mempercepat pembangunan waduk, dermaga, dan jaringan telekomunikasi.
β¨ Penutupan yang Penuh Makna
Acara penutupan berlangsung hangat, diwarnai dengan penyerahan bantuan simbolis kepada para keuchik, refleksi program kerja, dan harapan untuk masa depan Pulo Aceh. Bagi mahasiswa, ini bukan akhir, melainkan awal dari komitmen mereka sebagai calon pemimpin bangsa.