Diskusi & Silaturahmi Online ‘Angkringan Muda Mudi’ Edisi Perdana Diluncurkan KAGAMAHUT, Bahas Menjaga Kelestarian Satwa Burung

Oleh: Galeh Primadani

KAGAMAHUT menggelar diskusi online via Zoom Meetings bertajuk “Angkringan Muda Mudi” edisi perdana, Jumat (6/9). Diskusi menghadirkan narasumber Koestriyadi Nugra Prasetya (FKT 2008), dan jalannya acara dipandu oleh Ratih Kumalasari (FKT 2006).

Anggota Bidang Pengembangan Alumni dan Pengkaderan PP KAGAMAHUT, Dewi Sulastiningsih (FKT 1995) yang memberikan kata sambutan memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas adanya forum diskusi tersebut. Ia menyatakan, sebenarnya embrio kelahiran “Angkringan Muda Mudi” sudah berlangsung lama. yaitu sejak jaman pandemi Covid-19. Namun baru pada tahun 2024 ini diluncurkan secara resmi sebagai wadah diskusi dan silaturahmi KAGAMAHUT Muda.

Dewi berharap diskusi tersebut dapat berlangsung secara konsisten dan dapat meluas cakupannya. Ia menyarankan perlu adanya diskusi terkait dengan disertai peningkatan kapasitasnya.

“Semoga ajang ini dapat memprerat silaturahmi dan jaringan, diskusi terkait kehidupan sehari-hari maupun pekerjaan atau institusi,” pungkasnya.

Narasumber Koestriyadi Nugra Prasetya menyampaikan materinya yang berjudul “Dari Burung Turun ke Hati, dari Tak Mengenali Menjadi Menyayangi”. Pada awal paparannya ia menyampaikan berdasarkan data Atlas Burung Indonesia (ABI, 2020) Indonesia memiliki 1.794 jenis burung, yang mana 527 jenis di antaranya endemik Indonesia, 557 jenis dilindungi oleh pemerintah, serta 26 jenis merupakan prioritas nasional. Kekayaan burung Indonesia masuk 4 besar dunia, selain Kolombia, Peru, dan Brazil.

Koes melanjutkan, burung-burung endemik di Jawa cukup banyak. Kawasan konservasi menjadi penting perannya bagi kelestarian populasi burung.

Ia menyebutkan semua UPT Direktorat KSDAE memiliki petugas lapangan yang melakukan monitoring serta mendokumentasikan keanekaragaman hayati di wilayah kerjanya masing-masing. Harapannya data bisa terkumpul dengan baik.

“Data dan dokumentasi tersebut dapat dijadikan bahan untuk pengambilan kebijakan, terutama di bidang penelitian dan pariwisata di kawasan konversasi,” terang Koes.

Suasana diskusi berlangsung hangat dan akrab dengan begitu banyak pertanyaan dan masukan. Beberapa komentar dari peserta diskusi sangat menarik, di antaranya datang dari Dede Nur (BBKSDA Jawa Barat) yang bekerja di pusat rehabilitasi Elang Kamojang dan saat ini sedang menangani 112 elang. Menurutnya, lokasi pelepasliaran elang perlu adanya kajian habitat. Terkait dengan maraknya kegiatan pemeliharaan dan perdagangan burung secara ilegal, ia berharap forum diskusi dapat enjadi wadah saling bertukar informasi untuk lokasi translokasi, rehabilitasi dan pelepasliaran berbagai jenis elang.

Peserta lain bernama Jarot Wahyudi yang bekerja di Balai Taman Nasional Merbabu mengatakan beberapa taman nasional telah melakukan healing forest, yang menurutnya akan sangat bermanfaat apabila dibarengi dengan kegiatan mengamati burung. “Tren wisata burung atau avestourism dapat kita kemas dalam versi KAGAMAHUT Muda, serta diupayakan menjadi keunggulan setiap UPT KSDAE,” usulnya.

Menurut rencana, diskusi online “Angkringan Muda Mudi” episode berikutnya akan diselenggarakan tanggal 20 September 2024 dengan tema “Memperoleh Beasiswa dan Lolos Tes 4 Kriteria”.