Oleh: Belinda Arunarwati Margono & Hendricus Widi
Cerita diawali Selasa Wage, 18 Juni 2019, saat uji coba semi pedestrian Malioboro, dimana 16 mataya (penari) dari Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhamardawa Kraton Yogyakarta melakukan flashmob dalam rangka promosi agenda tahunan “Catur Sagatra”, dengan menari menggunakan ragam gerak Kapi (kera mutan). Bersama viralnya flashmob tersebut, demam seni budaya tradisional Jawa di berbagai kota langsung muncul. KAGAMA yang notabene memang berakar dari Yogyakarta langsung tergerak, mengumpulkan semua alumni penggemar seni budaya tari di seluruh Nusantara. Dimulai dari Yogyakarta, dan terus merambat ke kota-kota besar lainnya, tak terkecuali Jakarta.
Sabtu Pahing, 6 Juli 2019, komunitas KAGAMA Beksan Jabodetabek terbentuk. Mengingat keberadaannya di seputaran kota Metropolitan Jakarta, disepakati bahwa KAGAMA Beksan (KaBek) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi akan beroperasi secara terintegrasi sebagai satu kesatuan, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan KAGAMA Beksan Jabodetabek.
Dua minggu setelah berdiri, pada tanggal 20 Juli 2019, KAGAMA Beksan Jabodetabek melakukan latihan perdananya di gedung Manggala Wanabhakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Setelah itu, latihan dilakukan rutin seminggu sekali pada hari Sabtu pukul 13.00 sampai dengan selesai. Yang seru, latihan dilakukan berpindah dan bergantian dari satu kantor kementerian ke kantor kementerian atau institusi lainnya. Dari KemenLHK ke KemenPANRB, KemenPora, KemenSetneg, sampai KemenPar, bahkan di gedung Hutama Karya. Termasuk di Rumah Kagama, apabila perlu latihan ekstra dengan penari terbatas. Ini menggambarkan bagaimana KAGAMA memang memberikan dukungan penuh pada perkembangan KAGAMA Beksan Jabodetabek di ibukota.
Dalam program latihannya, setiap cabang (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) bisa melakukan latihan secara terpisah. Namun sesuai kesepakatan, demi keseragaman gerak, minimal sebulan sekali dilakukan latihan bersama di Jakarta. Dan sebagaimana asal muasalnya, materi tarian wajib adalah Beksan Wanara. Namun beksan Wanara, pakemnya ditarikan penari kakung (pria), maka untuk melengkapi, tarian wajib puteri adalah tari keprajuritan Wira Pertiwi. Kedua tarian itu wajib dikuasai anggota, karena merupakan trademark KAGAMA Beksan Indonesia dalam berbagai aktivitasnya.
Selain berlatih menari bersama, kegiatan KAGAMA Beksan Jabodetabek telah menjadi sebuah ajang untuk bersilaturahmi antar anggota komunitas. Dari semula tidak saling kenal karena memang bergerak pada berbagai sektor dan urusan yang berbeda, berubah menjadi sangat akrab laiknya sebuah keluarga, yaitu Keluarga KAGAMA Beksan Jabodetabek.
Sebuah ritual rutin yang setiap latihan selalu ada, adalah membawa makanan dan minuman secara sukarela. Kemudian di tengah acara latihan saat istirahat, selalu berubah menjadi acara makan bersama. Pada momen itu juga biasa terjadi saling berpromosi usaha makanan/minuman yang digeluti, dengan membawa sample makanan dan akhirnya bisnis makanan anggota pun bisa tersalurkan di kegiatan KAGAMA Beksan Jabodetabek. Bukan hanya bisnis makanan, di KAGAMA Beksan Jabodetabek, apapun pasti terjual alias laris manis, dari kaos sampai berbagai peralatan menari, termasuk sampur, gendewo, kain jarit, kebaya sampai sanggul, dan bahkan makeup. Luar biasa, urusan itu kemudian dinamai Beksan Bisnis.
Jadi pada dasarnya, anggota Kagama Beksan memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam berkegiatan. Ada yang tekun serius ingin mempelajari tariannya. Ada yang suka karena ramai kumpul-kumpul atau ada acara makan barengnya yang seru. Ada pula yang suka motret-motret, dimana mereka merangkap menjadi tim teaser. Ada juga yang ingin menawarkan dagangannya ke sesama anggota. Semua kepentingan itu jadi saling melengkapi dan membuat keluarga KAGAMA Beksan Jabodetabek menjadi solid dan ikatannya sangat kuat.
Di luar acara seru-seruan, untuk program menari selain urusan flashmob, KAGAMA Beksan Jabodetabek juga sangat aktif melakukan berbagai aksi panggung dan pementasan. Bahkan sebenarnya pada ulang tahunnya yang pertama di tahun 2020 lalu, KAGAMA Beksan Jabodetabek mentargetkan untuk melakukan pementasan Sendratari pertamanya. Berbagai persiapan pada waktu itu sudah dilakukan, namun pandemi melanda, dan semuanya tertunda entah sampai kapan, menunggu situasi kembali memungkinkan.
Perlu juga dicatat, sejak awal berdirinya komunitas KAGAMA Beksan memang sangat erat kaitannya dengan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Untuk itu fokus kegiatannya adalah pada budaya Jawa, khususnya menari. BEKSAN sendiri adalah dari kata bekso atau mbekso yang berarti menari klasik. Tari klasik yang menjadi kiblat KAGAMA Beksan Jabodetabek adalah “gagrak Yogyakarta” atau sering disebut “Joged Mataram”. Namun demikian, mengingat keberadaannya di ibukota negara, KAGAMA Beksan Jabodetabek juga fleksibel dan mengakomodir berbagai tarian Nusantara. Fleksibilitas ini juga termasuk untuk semua aktivitas yang berkaitan dengan budaya menari, misalnya aktivitas mengenal budaya berkain dan batik Nusantara, menyanyikan nyanyian Jawa (macapatan berkolaborasi dengan paguyuban terkait), sampai dengan ketrampilan berdandan (makeup) untuk urusan panggung. Berbagai kegiatan ini dapat disimak pada channel Youtube KAGAMA Beksan Indonesia.
Semenjak pandemi melanda, mulai pertengahan Maret 2020, KAGAMA Beksan Jabodetabek tidak melakukan latihan offline lagi. Sebagai gantinya dilakukan latihan online melalui media virtual, dilakukan seminggu sampai dengan dua mingguan sekali, sesuai kebutuhan. Namun pada latihan virtual, tarian klasik gagrak Yogyakarta cukup rumit dilakukan. Untuk itu berbagai tarian Nusantara yang lebih ringan, lebih banyak menjadi menu latihan virtual, misalnya tarian Betawi Lenggang Nyai ataupun tarian Bali Kembang Girang. Selain itu KAGAMA Beksan Jabodetabek juga aktif dalam pembuatan video untuk event khusus seperti KAGAMA Virtual Choir, Beksan Nir Corona Kraton Yogyakarta, dan “Konser Ora Iso Mulih”.
Walaupun latihan virtual juga digalakkan, mengingat sifat menari adalah live, tetap diprogramkan bahwa pada saatnya nanti, ada tempat latihan offline bagi KAGAMA Beksan Jabodetabek. Latihan di berbagai kantor kementerian atau instansi tidak menjadi pilihan, dikarenakan tidak sesuai dengan sifat komunitas yang berkaitan dengan pengembangan seni dan budaya. Berkenaan dengan hal tersebut maka, KAGAMA Beksan Jabodetabek sedang berproses untuk bisa menjadi salah satu komunitas tetap di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pada ulang tahunnya yang ke-2, KAGAMA Beksan Jabodetabek berkomitmen untuk terus tetap beraktivitas, termasuk dalam bentuk flashmob dan pementasan panggung, apabila situasi sudah memungkinkan. Juga dalam bentuk pembuatan video-video tarian tradisional yang dipersiapkan untuk konsumsi media sosial. Keseriusan KAGAMA Beksan Jabodetabek dalam mengembangkan diri pada usinya yang masih muda, termasuk segala yang terkait dengan dunia menari dan pengembangan budaya Jawa secara umum, merupakan salah satu bentuk bhakti KAGAMA dalam menjaga budaya adiluhung bangsa Indonesia.
Bangga menjadi komunitas Kagama Beksan. Lestari budayaku sejalan dng nilai yg dianut UGM sbg universitas kebangsaan.