Canthelan Show 4: Canthelan Sebuah Langkah Kecil yang Berdampak Luar Biasa

Hari Minggu (20/9/2020) jam 10.00 – 12.00 WIB Kagama Care sinergi Kagama Canthelan kembali menggelar webinar Canthelan Show jilid 4 lewat aplikasi Zoom dengan tema “Canthelan, Solidaritas Sosial untuk Ketahanan Pangan”, yang diikuti oleh lebih dari 100 peserta. Webinar menghadirkan 3 narasumber yang domisilinya berbeda-beda kota yaitu Ekandari Sulistyaningsih (Yogyakarta), Dariah Suhaedi (Depok) dan Syamsul Fauzi (Magelang). Sebagai moderator adalah aktivis Kagama Care, Isma Kurniatanti. Turut hadir Anak Agung Gede Putra, Ketua VI PP Kagama menyampaikan pidato pembukaan.

Tampil sebagai pembuka di awal acara, Anak Agung Gede Putra mengatakan pandemi Covid-19 bisa dilihat dari 2 sudut pandang. Yang pertama memandang pandemi sebuah bencana yang sangat menakutkan, sehinga selalu merasa ketakutan dan cemas dalam berbagai persoalan kehidupan. Yang kedua memandangnya sebagai sarana untuk berbuat kebaikan kepada sesama, seperti apa yang dilakukan oleh teman-teman Kagama lewat gerakan canthelan dan membahasnya dalam webinar.

Anak Agung Gede Putra, Ketua VI PP Kagama

Begitu pula kawan-kawan dari Bidang VI PP Kagama dalam konteks pengabdian masyarakat melihat momentum ini dari sudut pandang positif di antaranya adalah tumbuhnya spirit sosial untuk saling berbagi dan gotong royong menyelesaikan masalah-masalah yang diakibatkan oleh pandemi. Kegiatan yang dilakukan Bidang VI dalam jangka pendek salah satunya adalah membantu kebutuhan dasar masyarakat yaitu makanan. Untuk tahap menengah kegiatan yang dilakukan di antaranya adalah berbagi sembako. Lalu untuk jangka panjangnya membangun ekonomi-ekonomi kecil yang memiliki ketahanan dalam kesinambungannya.

Gede Putra memuji teman-teman Kagama yang terlibat dalam pengelolaan canthelan yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri di tengah pandemi, namun juga memikirkan sesama agar tetap bisa bertahan. Apa yang dilakukan bukanlah sekedar teori muluk-muluk namun benar-benar melaksanakan aksi konkrit yang sangat berguna buat masyarakat luas.

Gerakan canthelan memang hanyalah langkah kecil, namun kita tahu untuk menuju 1000 langkah membutuhkan 1 langkah awalan. Canthelan sangat menunjukkan Kagama sekali dengan ciri khasnya yaitu sangat migunani. Gede Putra berharap dari kebaikan-kebaikan kecil yang sudah dilakukan seperti canthelan, akan menimbulkan dampak luar biasa di masa yang akan datang.

Ekandari Sulistyaningsih

Narasumber pertama Ekandari Sulistyaningsih yang mengelola canthelan di Code, Gondolayu, Badran dan Mangunsudiran menceritakan kisahnya menggeluti canthelan dengan segala permasalahannya, di mana pada tiap-tiap lokasi berbeda-beda pula masalah berikut tantangannya. Apalagi canthelan ini berlangsung di tengah pandemi, jadinya tantangan yang teramat berat adalah edukasi kepada masyarakat tentang protokol kesehatan menghadapi covid, misalnya perihal pemakaian masker dan keharusan menjaga jarak. Tantangan lainnya adalah menjaga durasi canthelan agar bisa bertahan lama. Karena dana stimulus dari Kagama Care tidak banyak dan dana dari donatur juga tidak bisa diharapkan secara kontinyu.

Ekan menyebut hal-hal pendukung yang mana membuat keempat canthelan yang diinisiasinya bisa berjalan lancar. Yang pertama tentu saja atas kebaikan donatur yang ada saja tiap hari memberikan bantuan baik berupa uang tunai atau barang yang langsung bisa ikut dicanthelkan, seperti bantuan sayur dari Genduli (Gerakan Peduli Petani) yang dikelola oleh teman-teman gelanggang UGM. Yang kedua relawan dari masing-masing lokasi canthelan, karena sudah pasti tidak bisa sendirian mengelolanya. Yang ketiga dukungan dari aparat setempat seperti ketua RT dan RW, karena sebagai orang luar Ekan tidak bisa langsung masuk begitu saja ke sebuah kampung tanpa permisi. Yang keempat adalah rekan-rekan sesama penggiat canthelan yang selalu setia berbagi kisahnya masing-masing, saling mensupport dan saling menyemangati. Yang terakhir dukungan keluarga sangat penting. Ekan menceritakan beberapa penggiat canthelan sendiri ada yang terdampak pandemi sehingga dibutuhkan kekompakan seluruh anggota keluarga termasuk dari anak-anak.

Masalah utama yang dihadapi canthelan sebenarnya adalah keberlanjutannya. Untuk daerah Code, Gondolayu dan Badran Ekan saat ini sudah tidak ikut campur tangan lagu, namun sudah diambil alih atau diteruskan oleh warga. Warga yang terlibat akhirnya menjadi kreatif, semisal di Gondolayu yang biasanya melakukan kegiatan Jumat berkah di masjid kampung dengan berbagi nasi kotak, kemudian digeser menjadi canthelan sehingga bisa untuk keperluan sehari bagi sebuah keluarga. Kemudian yang di Badran bekerja sama dengan kelompok dasa wisma, di mana donasi yang masuk dikelola bareng dengan dana kas dasa wisma dan sudah berlangsung selama dua bulan lebih.

Untuk cathelan di rumah Ekan sendiri, Dalem Mangunsudiran, canthelan sudah bermutasi menjadi pasar tiban. Awalnya pasar tiban dilakukan seminggu sekali, namun saat ini berlangsung sebulan sekali. Konsepnya pengunjung membayar 5000 rupiah dan mendapatkan 7 kupon untuk kemudian bisa menebus 7 jenis barang yang disukai. Uniknya barang yang ditawarkan bukan hanya sayuran dan kebutuhan sehari-hari, tapi juga mainan buat anak dan buku-buku.

Sebagai penutup, Ekan mengatakan jika bicara masalah perubahan kita tidak perlu muluk-muluk seperti akan mengubah dunia, tapi kita bisa mulai melakukan secara riil langkah kecil yang bermanfaat buat lingkungan sekitar kita. Ekan mengingatkan di masa pandemi ini kita tidak sendiri, banyak saudara atau sahabat yang terkena dampaknya juga. Yang semuanya saling peduli dan saling berbagi.

Dariah Suhaedi

Dariah Suhaedi sebagai narasumber kedua yang mengelola canthelan di kampungnya Mekarsari, Cimanggis, Depok, menyatakan ia memulai canthelan pada tanggal 1 Juni 2020 dengan hanya mencanthelkan 7 paket. Namun lambat laun warga sekitar mulai tahu dan menjadi bahan perbincangan dan jumlah paket yang dicanthelkan semakin bertambah banyak juga, seiring dengan meningkatnya jumlah donatur. Bahkan sekitar 3 minggu kemudian Dariah mampu membuat satu titik canthelan lagi di lokasi baru yang berjarak sekitar 1 km dari rumahnya.

Ketika perekonomian mulai membaik, canthelan yang dikelola Dariah bermetamorfosa menjadi pasar tiban. Meski sudah menerapkan protokol kesehatan namun rupanya banyak juga pelanggaran khususnya dalam menjaga jarak karena saking berjubelnya, sehingga terpaksa pasar tiban ditutup untuk sementara. Kemudian setelah dievaluasi pasar tiban dibuka kembali tentu saja dengan lebih ketat pengaturannya.

Dariah mengakui program canthelan yang digagas bersama Kagama Care, baginya bukan sekedar program berbagi bansos tapi program yang bisa menjadi jalan transformasi nilai-nilai empati, peduli dan cinta dengan sesama yang akhir-akhir ini menipis tergerus jaman modern yang semakin egois. Melalui canthelan, warga secara pelan kembali disadarkan untuk peduli pada sekeliling. Canthelan telah menjadi suluh kepedulian dan kebersamaan bagi warga perkotaan. Sama seperti Ekan, Dariah juga tidak berharap yang muluk-muluk, namun ia hanyalah sekedar menjalankan sebuah aksi nyata kecil-kecilan akan tetapi dampaknya sangat membantu warga di sekitarnya. Terakhir ia mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada semua donatur, juga kepada Kagama Care dan Kagama Depok, serta teman-teman Kagama penggiat canthelan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Syamsul Fauzi

Narasumber terakhir Syamsul Fauzi yang mengelola canthelan di Tegowanon, Payaman, Secang, Kab. Magelang mengatakan awal mula mengadakan canthelan dulu dengan penuh keraguan. Penyebabnya adalah ia berpikir apakah mampu mengembangkan program canthelan di dusunnya, apakah ada sukarelawan yang mendukungnya, dan untuk selanjutnya apakah akan ada donatur yang mendukung canthelan agar tetap berjalan. Namun semua pemikiran pesimis itu dibuang jauh-jauh dan segera ia realisasikan.

Syamsul memulai canthelan pertama kali pada tanggal 11 Juni 2020 di pagar rumahnya sendiri berupa bahan-bahan pangan sejumlah 7 paket canthelan. Atas usulan warga mulai mulai hari ke-3 lokasi canthelan digeser ke rumah warga yang lebih luas yang bisa lebih banyak menampung canthelan. Syamsul sangat setuju karena menurutnya target atau sasaran pengambil canthelan memang warga yang kurang mampu terdampak Covid-19 yang berada di sekitar dusun dan warga yang sedang lewat lokasi.

Isma Kurniatanti, moderator webinar

Lambat laun canthelan yang dikelola oleh Syamsul mulai dikenal khalayak luas dan masih berlangsung sampai saat ini dengan jumlah canthelan yang semakin banyak, karena mampu memancing donatur dari berbagai wilayah. Yang membuat Syamsul bangga pada suatu hari para donatur yang berasal dari Kemirirejo, Kota Magelang dan Bumi Prayudan Permai, Moyudan, Kab. Magelang berkunjung ke Tegowanon untuk bermaksud belajar kegiatan canthelan mulai dari belanja bahan, meracik paket canthelan, dan menyaksikan canthelan diambil oleh masyarakat yang membutuhkan. Ternyata mereka yang awalnya menjadi donatur menjadi tertarik untuk menduplikasi di daerahnya masing-masing.

*) Materi webinar bisa dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=R-PZgXclRps