Alumni Pencinta Alam UGM Inisiasi Wisata Packrafting di Kali Papah, Kulon Progo: Tawarkan Petualangan Sekaligus Peduli Lingkungan

Wisata arung sungai packrafting yang diinisiasi oleh alumni pencinta alam Universitas Gadjah Mada di Kali Papah, Kulon Progo sungguh menarik. Karena bukan saja menawarkan petualangan yang mendebarkan, namun juga ada pesan kesadaran menjaga lingkungan yang disisipkan selama perjalanan.

Lalu apa itu packcrafting? Sebenarnya packcrafting hampir mirip dengan rafting, baik dari jenis kegiatannya maupun bentuk dan bahan perahunya. Yang sedikit membedakan adalah perahu untuk rafting ukurannya lebih besar dan mampu menampung penumpang dalam jumlah banyak, sementara perahu packrafting umumnya hanya buat penumpang tunggal.

Pemanasan sebelum turun ke sungai

Lalu, perahu packrafting didesain sedemikian rupa bisa dilipat atau dipacking, sehingga menjadi ringkas dan mudah dibawa berpetualang ke mana-mana. Begitu pula dayungnya yang bilah ganda dan model knock down bisa dilepas menjadi 2 bagian terpisah.

Packrafting selama ini dikenal sebagai kegiatan arung sungai yang dilakukan oleh perorangan sebagai olah raga atau hobi. Dua tahun lalu, di Indonesia belum ada yang mengelolanya sebagai wisata buat umum.

Peluang itulah yang dimanfaatkan oleh 4 orang alumni pencinta alam UGM, yaitu Haryo Prakoso Tri Windarto, Ferri Iskandar, Sidik Hutomo, dan Ajun E. Nugraha, menginisiasi wisata packrafting untuk umum di Kali Papah, Desa Banguncipto, Kec. Sentolo, Kulon Progo, pada bulan Agustus 2022. Mereka mendirikan usaha bernama Mystus dan menawarkan wisata packrafting untuk outbond serta liburan keluarga (fun trip).

Titik start

Kepada kagama.id yang mewawancarainya, Ajun E. Nugraha mengatakan, Mystus adalah pelopor wisata packrafting untuk umum di Yogyakarta, bahkan di Indonesia. Mystus diharapkan menjadi role model wisata semi petualangan atau soft adventure untuk warga masyarakat.

Ia dan kawan-kawan sengaja memilih Kali Papah karena arusnya tidak terlalu deras dan ketinggian sungainya sendiri hanya mencapai maksimal 1,5 meter, sehingga aman buat pemula. Aliran air Kali Papah menggunakan aliran irigasi dari selokan Kali Bawang sehingga debit air bisa dikontrol sesuai diinginkan tergantung banyaknya pengunjung.

“Peserta tour akan mengarungi sungai sepanjang kurang lebih 3,5 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Arusnya memang relatif tidak deras, namun cukup memacu adrenalin bagi pemula,” jelas Ajun.

Ajun menerangkan, Mystus Packraft mematok harga Rp 100.000 per orang untuk paket packrafting. Harga tersebut sudah komplit meliputi transportasi lokal, pemandu profesional, peralatan standar, dan welcome drink & snack.

Dalam satu kali sesi, demi alasan keselamatan jumlah maksimal peserta adalah 25 orang. Setiap lima orang peserta akan didampingi oleh dua orang pemandu, mengawal di depan dan belakang.

“Kemudian, tim instruktur dan penyelamat akan selalu siaga di titik-titik rawan, siap membantu peserta apabila ada masalah,” ujar Ajun mengakhiri wawancaranya.

Rekan Ajun, Sidik Hutomo menambahkan, dalam perjalanannya tim Mystus kemudian mengajari warga mengelola wisata packrafting, baik dari segi teknis maupun manajemen. Sekalian juga meminjamkan peralatan komplit, meliputi perahu dan dayungnya.

Setelah dirasa mampu, pihaknya mulai melepas pelan-pelan, hingga akhirnya warga berhasil mengelola wisata packrafting secara mandiri. Jadi ada unsur pemberdayaan warga, demikian imbuhnya.

Menurut Sidik, saat ini Mystus hanya bertugas ikut mencarikan tamu peserta packrafting, meski warga juga sudah bisa mencari sendiri. Sesekali kru Mystus turun tangan langsung apabila dibutuhkan.

Sejenak mundur ke belakang, Sidik menceritakan ada sebuah misi yang diusung saat mendirikan Mystus dua tahun lalu, yaitu kepedulian pada lingkungan atau ecology education. Sepanjang Kali Papah yang dibuat tempat tour memang bukanlah perairan terbuka, namun terlindungi rindangnya dedaunan dari pohon-pohon yang berada di kedua sisi sungai. Jadi peserta sepanjang perjalaan tour diberikan pemahaman akan pentingnya menjaga kelestarian vegetasi.

Titik finish

“Selain itu juga disisipkan pesan akan kesadaran menjaga kebersihan sungai, terutama dari sampah plastik,” terang Sidik.

Tentang menjaga kebersihan sungai itu, Sidik menjelaskan bahwa pihaknya membuka diri untuk bekerja sama dengan pihak mana saja. Semisal baru-baru ini menerima sumbangan thrash barrier dari Yayasan Mapagama Bhakti Lestari, yang sangat bermanfaat untuk menghadang sampah hingga mudah diambil.

Sidik bersyukur, selama 2 tahun ini wisata packrafting Kali Papah semakin terkenal ke mana-mana. Pengunjung umumnya tahu dari sosial media dan agen travel. Ia menyebutkan itu semua berkat dukungan Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Yogyakarta, Pemerintah Desa Banguncipto, BUMDES “Bangun Cipta Mandiri”, dan Pokdarwis “Dewi Kacipto”.

Pengelola tour Kali Papah

Sidik menyatakan, saat ini pengelola tour Kali Papah memiliki asset perahu total sebanyak 18 buah, yang mana 13 perahu kepunyaan Mystus dan 5 perahu milik desa yang dibeli lewat BUMDES. Semua perahu adalah produksi The Trekkers, perusahaan milik salah satu pendiri Mystus, Ferri Iskandar.

“Kami minta doa dan supportnya semoga wisata packrafting yang kami kelola semakin berkembang. Harapan ke depan, tour Kali Papah akan menjadi destinasi wisata favorit, yang menawarkan petualangan menantang serta sekaligus mengajarkan untuk peduli kepada lingkungan,” pungkas Sidik.