Akar Kampus, Sayap Karier: Kepemimpinan Berkarakter di Era Transformasi

Akar Kampus, Sayap Karier: Kepemimpinan Berkarakter di Era Transformasi

YOGYAKARTA, KAGAMA.ID— Di tengah arus perubahan global yang kian cepat, kepemimpinan yang berakar kuat pada nilai dan karakter menjadi kebutuhan mendesak. Hal ini mengemuka dalam rangkaian Workshop Leadership KAGAMA 2025 yang digelar di Yogyakarta, Minggu (9/11), menghadirkan sejumlah tokoh nasional dari berbagai bidang.

Forum yang diinisiasi oleh Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) ini menjadi ruang refleksi sekaligus inspirasi bagi generasi muda untuk menyiapkan diri menghadapi tantangan zaman dengan kepemimpinan yang tangguh, adaptif, dan berintegritas.

Kepemimpinan Dimulai dari Komunikasi dan Karakter

Acara dibuka dengan sambutan dari Ir. M. Erry Sugiharto, S.T., M.H., M.T., IPU, ASEAN.Eng, Direktur Penunjang Bisnis PT Pertamina (Persero), yang menyoroti empat tantangan utama dunia kerja saat ini: persaingan global, kesenjangan dunia kampus dan industri, transformasi digital, serta tekanan sosial yang memicu kelelahan mental.

“Kesuksesan tidak instan. Ia lahir dari kerja keras, integritas, dan kemampuan beradaptasi,” ujar Erry, yang mengangkat studi kasus pembangunan Jembatan Suramadu sebagai contoh kepemimpinan kolaboratif dan solutif.

Paparan Erry menjadi pengantar yang selaras dengan sambutan Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM. Dalam pidatonya, Arie menekankan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal posisi, tetapi kemampuan untuk memengaruhi dan mengajak orang lain dalam lingkungan kerja.

“Dalam kepemimpinan itu perlu adanya kemampuan mempersuasi dan mengajak orang untuk sepaham dengan kita,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa komunikasi menjadi fondasi utama dalam membangun pengaruh, menyampaikan gagasan, dan menciptakan kolaborasi yang produktif.

Keduanya sepakat bahwa kepemimpinan masa kini menuntut lebih dari sekadar pengetahuan akademik. Kapabilitas, karakter, komunikasi, dan kredibilitas menjadi elemen penting yang harus dibangun sejak dini.

Kepemimpinan Autentik untuk Generasi Digital

Sementara itu, Prof. Anwar Sanusi, Ph.D, Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan RI, menekankan pentingnya kepemimpinan autentik di tengah dominasi generasi milenial dan Gen Z.

“Generasi digital tetap membutuhkan pemimpin yang memberi pengakuan, umpan balik langsung, dan ruang otonomi,” ujarnya. Ia menambahkan, pemimpin masa kini harus memiliki kesadaran diri, regulasi diri, serta keberanian moral untuk bertindak secara etis dan berkelanjutan.

Anwar juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan dunia usaha dalam menyiapkan lulusan yang adaptif dan inovatif. Program pemagangan nasional serta platform digital seperti SIAPkerja dan MagangHub menjadi jembatan strategis antara kampus dan dunia kerja.

Dari Akar Nilai ke Sayap Global

Mengusung semangat locally rooted, globally respected, Ir. Iwan Hermawan, Executive Vice President Divisi Perencanaan Jalan Tol PT Hutama Karya, menekankan pentingnya self-leadership sebagai fondasi kepemimpinan.

“Pemimpin sejati adalah mereka yang mampu memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain,” ujarnya. Ia menguraikan tujuh pilar kepemimpinan diri, mulai dari personal mastery hingga self-motivation, yang menjadi kunci membentuk pemimpin tangguh dan berdaya saing global.

Iwan juga menekankan pentingnya membangun leadership brand yang mencerminkan nilai, visi, dan cara memberi pengaruh. “Kepemimpinan bukan sekadar jabatan, tapi proses sosial yang menciptakan dampak,” katanya.

Kepemimpinan sebagai Pembeda Karier

Dalam sesi lainnya, R.A. Yashinta Sekarwangi Mega, Anggota DPD RI Dapil DIY 2024–2029, mengangkat konsep “University Roots, Career Wings” sebagai filosofi kepemimpinan yang berakar pada nilai kampus dan tumbuh menjadi sayap karier.

“Kepemimpinan bukan tentang siapa yang paling tinggi, tapi siapa yang paling berdampak,” ujarnya, mengutip Bung Karno. Ia menekankan pentingnya self leadership, social leadership, serta personal branding sebagai pembeda dalam karier profesional.

Yashinta, yang juga alumnus UGM dan UI serta lulusan program internasional di Sciences Po Paris dan London School of Economics, menjadi contoh nyata bagaimana nilai kampus dapat menjadi fondasi kepemimpinan publik.

“UGM telah membentuk saya menjadi pribadi yang berpikir kritis, bertindak arif, dan mengabdi dengan hati. Kini saatnya kita semua menebarkan manfaat, di mana pun kita berada,” pungkasnya.

Simulasi Kepemimpinan dan Kontribusi SDGs

Seminar dilanjutkan dengan sesi Leaderless Group Discussion (LGD) dari dua kelompok peserta selama 30 menit, diikuti dengan presentasi kelompok. Kegiatan ini dirancang untuk membangun jiwa kepemimpinan mahasiswa dan alumni dalam memasuki jenjang karier serta berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 4 (pendidikan bermutu) dan poin 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi).