I Wayan Gunawan Warga Kagama yang Berkarya di The Isle of Wight, Inggris

Oleh: Drajat Wibawa

Mengenal pak Wayan Gunawan, warga KAGAMA berawal dari pesanan beliau untuk mendapatkan Masker KAGAMA Bali yang dijual dalam rangka penggalangan dana untuk mendukung program Bakti Sosial Kagama Muda Bali yang bekerjasama dengan Kagama Care pada program Canthelan yang mulai ramai digelar di beberapa daerah di Indonesia. Perbincangan dengan pak Wayan Gunawan secara lebih intensif terjadi setelah beliau memesan masker donasi Kagama Bali. Banyak hal yang menarik untuk diketahui dari sosok pak Wayan Gunawan setelah beliau bercerita lebih banyak lingkungan tempat tinggalnya di the Isle of Wight, sebuah county dan pulau terbesar dan terpadat kedua di Inggris yang terletak di Selat Inggris, antara dua dan lima mil di lepas pantai Hampshire.

Berbincang dengan pak Wayan Gunawan, setelah beliau memesan masker donasi Kagama Bali, cukup menyenangkan. Penulis sendiri lebih tertarik untuk mengenal lebih jauh sosok pak Wayan Gunawan setelah beliau bercerita lingkungan tempat tinggalnya di the Isle of Wight, sebuah county dan pulau terbesar dan terpadat kedua di Inggris yang terletak di Selat Inggris, antara 2 dan 5 mil di lepas pantai Hampshire. Secara singkat pak Wayan Gunawan menjelaskan the Isle of Wight adalah “Bali”nya Inggris, karena memang pulau yang ia tinggali saat ini memiliki banyak kesamaan dengan Bali. The Isle of Wight merupakan daerah tujuan wisata sejak zaman Ratu Victoria, dan dikenal dengan iklimnya yang lembut, dikelilingi pantai yang indah dan pemandangan alam yang damai, serta dataran rendah yang hijau. Ditempat yang jauh dari bumi pertiwi ini rupanya KAGAMA juga hadir, terus berkarya dan selalu ingat akan tanah kelahiran tercinta, Bali, Indonesia, dan mungkin juga kangen “kampus biru” UGM di Bulaksumur yang telah lama ia tinggalkan.

Setelah lulus dari Fakultas Tehnik Mesin UGM pada tahun 1993, tentunya setelah berjuang keras untuk menamatkan kuliahnya sejak terdaftar sebagai mahasiswa UGM pada angkatan 1983. Sambil bercanda pak Wayan Gunawan berseloroh, bahwa dirinya mungkin termasuk “Angkatan Sepultura” alias sepuluh tahun lagi rampung.

Setelah menamatkan kuliah, beliau merasa beruntung segera bisa bergabung dengan PT. IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) yang sekarang berganti nama menjadi PT. DI (Dirgantara Indonesia), sebagai struktur engineer yang ikut mendesain bagian struktur pesawat N250. Selama berkarya di PT IPTN pak Wayan Gunawan dibimbing oleh beberapa ahli dari luar negeri dalam rangka transfer technology yang dicanangkan pemerintah waktu itu. Sayangnya pada tahun 1998 Indonesia mengalami masa krisis ekonomi yang mengakibatkan berkurangnya dana dari pemerintah untuk pengembangan pesawat terbang yang berdampak dipulangkannya para ahli dari luar negeri. Dengan keadaan tersebut pak Wayan Gunawan tanpa henti menambah pengalaman dengan belajar sendiri sambil mencoba mencari pekerjaan di luar negeri. Para karyawan PT IPTN di bagian struktur banyak diberi semangat dan referensi oleh para ahli yang sudah dipulangkan, sehingga tambah semangat untuk melamar pekerjaan di luar negeri. Akhirnya Januari 2001 pak Wayan Gunawan beserta tujuh teman eks karyawan PT IPTN diterima bekerja di Inggris di perusahaan penerbangan GKN Aerospace dengan visa kerja.

Meski berkarya jauh dari Ibu Pertiwi, namun pak Wayan Gunawan tidak akan pernah melupakan tanah air tercinta, Indonesia dan tetap akan mendarma-bhaktikan dirinya dalam berbagai cara melalui peran sertanya di KAGAMA. Bersama dengan beberapa rekan warga KAGAMA di Inggris, beliau tetap menjalin tali silaturahmi yang erat. Diantaranya dengan rekan KAGAMA dari Bali, alumnus FK UGM bagian Keperawatan yang saat ini bekerja di salah satu rumah sakit di Isle of Wight UK. Selain itu masih ada teman sesama lulusan Tehnik Mesin Angkatan 1983, pak Muh. Tafsir Dwimulani yang sekarang bekerja di bagian desain struktur pesawat di Airbus Bristol England. Ada juga warga KAGAMA lain, yakni pak Anton Alfiandi yang mantan wartawan BBC yang tinggal di London bersama istrinya yang juga KAGAMA.

Dalam situasi pandemi covid saat ini pak Wayan Gunawan bersama keluarga taat mengikuti anjuran pemerintah Inggris untuk tetap tinggal dan bekerja dari rumah. Beliau memberikan gambaran sepintas bahwa di lingkungannya di the Isle of Wight, sejak diberlakukan kebijakan lockdown mulai 23 Maret 2020, secara umum masyarakat sangat patuh. Tidak banyak pelanggaran, sebab yang melanggar akan dikenai denda tertentu. Semua orang diwajibkan untuk tetap tinggal dirumah (stay at home) kecuali key workers. Namun demikian, untuk hal yang esensial seperti belanja kebutuhan makanan, obat-obatan maupun olahraga, masyarakat masih diperbolehkan berkegiatan diluar rumah secara terbatas. Di Inggris, menurut pak Wayan, pelaksanaan social distancing berjalan sangat bagus. Masyarakat taat untuk saling menjaga jarak fisik setidaknya dua meter terutama saat berada dalam antrian. Namun demikian jumlah kasus dan kematian di Inggris masih tinggi, sehingga masyarakat benar-benar waspada dan menerapkan protokol kesehatan dengan seksama.

Masih terkait dengan suasana pandemi covid di Inggris, pak Wayan Gunawan bersama sang istri tercinta saat ini sedang sibuk dengan pekerjaan ekstra membuat masker kain (bukan standar rumah sakit) yang dipesan oleh kolega-kolega kerja putrinya yang tertarik dengan masker kain bikinan keluarga pak Wayan. Berbeda dengan kondisi di Indonesia, dimana saat ini masker kain bisa diperoleh dengan harga murah, di Inggris masker standar masih menjadi barang langka. Sehingga saat bu Arum istri pak Wayan dan putrinya membuat masker kain dan dipakai putrinya bekerja, maka banyak orang mulai tertarik. Masker kain ini hanya diperuntukan buat staff di care home dan keluarganya untuk dipakai di luar tempat kerja karena ditempat kerja sudah disediakan perlengkapan sesuai standar di Inggris. Saat ini pak Wayan dan bu Arum, selain tetap bekerja sesuai bidang profesinya, juga sibuk membuat masker kain yang juga dibagikan kepada sesama warga Indonesia yang tinggal di pulau Isle of Wight dan beberapa mahasiswa di Inggris.

Meski jauh di negeri orang, pak Wayan dan bu Arum tetap cinta dan bangga dengan KAGAMA dan berharap KAGAMA ke depan dapat menjadi organisasi besar yang didukung oleh warganya secara kompak dan menjauhkan diri dari semua perbedaan yang ada. Demikian beliau melihat kondisi KAGAMA saat ini dan harapannya kedepan. Beliau juga bangga dengan rekan KAGAMA di Indonesia yang punya banyak gagasan inovatif melalui program bakti sosial Canthelan yang khas dipelopori Kagama Care, serta program-program bantuan masyarakat lain, seperti program Ketahanan Pangan. Sementara itu, pak Wayan dan bu Arum juga berharap bisa semakin merekatkan tali silaturahmi antar sesama warga KAGAMA yang berada di Inggris. Semoga kedepan KAGAMA Inggris bisa berdiri secara resmi menjadi salah satu Cabang Khusus (Cabsus) KAGAMA di Inggris, menyusul rekan-rekan Cabsus lain seperti di Belanda; Arab Saudi, dan Korea Selatan.