Jika Kampung Bausasran saat ini terkenal dengan sebutan kampung sayur yang berprestasi & menuai banyak pujian bukan serta merta terjadi begitu saja, namun lewat proses panjang yang melibatkan kekompakan & keguyuban seluruh warga kampung. Sejarahnya bermula pada tahun 2009 warga RW 09 mempunyai ide membuat olahan kripik daun bayam. Tak dinyana ide sederhana itu mendapat sambutan hangat warga kampung. Produksi dari skala kecil pelan-pelan menjadi banyak.
Namun kemudian permasalahan timbul akibat susahnya mencari bahan baku. Lalu sebuah usulan muncul bagaimana kalau menanam bayam sendiri saja di lahan kosong di RW 09. Tidak disangka dari menanam bayam tersebut lama-lama banyak jenis sayur yang ditanam. Selanjutnya pada akhir tahun tahun 2012 di RW 09 berdirilah Kelompok Wanita Tani “Gemah Ripah” dimana ditunjuk Marfuah sebagai koordinator. Saat berdirinya yang bersedia bergabung tidak begitu banyak, namun saat ini anggota ada 25 orang yang aktif 15 orang dengan pola kerja bergiliran setiap hari ada 2-3 orang yang menanam atau merawat tanaman.
Yang terjadi berikutnya adalah euphoria seluruh warga Kampung Bausasran untuk memanfaatkan setiap lahan kosong & di segala tempat yang bisa buat menaruh tanaman di rumahnya masing-masing, juga di dinding-dinding gang kampung mereka. Yang terjadi berikutnya adalah menyusul berdirinya 5 KWT yang meliputi 4 RW. Selain “Gemah Ripah” di RW 09 ada juga KWT “Amanah”, KWT “Sumur Bening” & KWT “Bon Jowi” di RW 10, KWT “Bustan Adi” di RW 11 & KWT “Manunggal Lestari” di RW 12 yang dipelopori oleh Meinita Chandralena (Tata) warga Kagama Fak. Pertanian angkatan 1986.
Sebulan sekali setiap tanggal 19 perwakilan dari KWT tersebut menghadiri pertemuan di Nitikan yang diprakarsai oleh Asosiasi Pertanian Kota, dengan agenda semacam penyuluhan dengan narasumber dari pegawai Dinas Pertanian. Hasil dari pertemuan tersebut kemudian mereka terapkan di kelompok tani masing-masing.
Untuk masalah bibit secara umum keenam KWT tersebut membeli dari pegawai dinas pertanian yang keliling jualan bibit & juga membeli langsung ke Bibis, Godean. Namun kebanyakan mereka membeli dari pedagang bibit besar yang berlokasi di Magelang, karena harganya relatif lebih murah meski harus membeli dalam jumlah banyak.
Bibit ditanam di polybag kecil dengan komposisi tanah, pupuk kandang, sekam dengan perbandingan 1:1:1. Namun menurut Marfuah, koordinator RW 09, kadang-kadang ia tidak menyertakan sekam karena berdasar pengalamannya sekam mentah yang sudah busuk justru bisa merusak & mematikan bibit.
Setelah bibit agak besar, kemudian dipindah langsung ke hamparan tanah atau polybag yang lebih besar atau media tanam lain semacam ember plastik, pot, botol plastik, dll. Menurut Tata cara perawatan sayuran yang ditanam relatif mudah. Namun ia pernah mengalami tanaman kangkungnya terkena serbuan hama ulat. Biasanya disemprot dengan air tembakau dicampur sedikit sabun cuci piring sudah mati namun ternyata tidak berpengaruh. Akhirnya terpaksa disisir satu-satu secara manual.
Saat ini secara umum warga Bausasran menanam sayur berbagai jenis seperti bayam, kangkung, sawi, cabai, terong, kembang kol, kobis, sledri, daun mint, jahe & golden mama. Sedangkan buah-buahan yang mereka tanam adalah jambu air, nanas, pepaya, pisang, jeruk bali, anggur, klengkeng & cherry belanda. Di beberapa RW bahkan ada yang memadukan pertanian dengan beternak ikan lele atau ikan nila. Untuk hasil panen diprioritaskan terlebih dulu untuk mencukupi kebutuhan anggotanya. Baru setelah ada sisa ditawarkan kepada warga kampung non anggota lewat grup WA kampung.
Yang menarik dari Kampung Sayur Bausasran ini kegiatannya bukan hanya melibatkan ibu-ibu namun juga bapak-bapak, bahkan anak-anak juga tertarik karena bisa bermain-main air saat menyiram tanaman. Pokoknya hampir seluruh warga kampung terlibat yang mana membuat aktifitas pertanian mereka menjadi semakin semarak. Pada bulan November 2019 yang lalu Kampung Bausasran meraih juara pertama lomba Program Kampung Iklim (ProKlim) se-Kota Yogyakarta mengalahkan 13 kecamatan lainnya. Mereka berhasil menjadi juara karena menurut penilaian tingkat swadaya mereka paling tinggi.
Karena prestasinya tersebut, membuat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo penasaran kemudian tertarik mengunjungi Kampung Sayur Bausasran pada tanggal 8 Desember 2019. Dalam kata sambutannya Syahrul mengungkapkan kekagumannya sekaligus keheranannya pada fenomena Bausasran yang notabene wilayahnya di tengah kota namun ada kebun sayurnya. Ia berjanji akan memberikan sumbangan baik berupa material maupun immaterial untuk mendukung kegiatan pertanian di Bausasran agar semakin maju berkembang.