Kagama UMKM menggelar talkshow edisi perdana dengan judul “Tingkatkan Kreativitas dengan Membuat Naskah Konten Digital & Voice Over Keren” di Academic Production House UGM, Rabu (16/8). Talkshow menghadirkan narasumber news producer SCTV, Christiyanto, S.Pt., M.I.Kom. Jalannya acara dipandu oleh Erryza Susilo selaku host. Mewakili PP Kagama, Koordinator Departemen Fasilitasi Kagama Cabang Luar Negeri dan Komunitas, Destina Kawanti memberikan kata sambutan sebelum acara dimulai.
Christiyanto atau akrab disapa Chris, menyampaikan dua materi, yaitu cara merancang naskah untuk konten digital dan teknik dubbling / voice over yang keren. Ia mengawali materinya dengan menyampaikan fakta bahwa semua orang membutuhkan sosialisasi dan komunikasi.
Sosialisasi, artinya manusia butuh orang lain, butuh teman untuk berbagi apapun, termasuk pesan dan informasi yang dinilai perlu untuk disebarkan kepada orang lain. Di situlah komunikasi memegang peran penting. Apa, kepada siapa, dan bagaimana pesan tersebut harus disampaikan, supaya tepat sasaran dan sesuai dengan target tujuan harapannya, apa yang menjadi tujuan dari pemberi pesan (komunikator), benar-benar diterima oleh target (komunikan) tanpa ada bias.
Menurut Chris, di zaman digital seperti sekarang ini, peran media sosial (medsos) sangat penting sebagai media untuk menyampaikan segala jenis pesan, informasi, dan konten. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mengoptimalkan medsos untuk mencapai keinginan kita?
Chris menjelaskan, yang pertama tetapkan tujuan dan audiens yang tepat. Untuk apa dan siapa konten dibikin. Lalu, kita juga harus jeli memilih kanal atau platform yang sesuai dengan target sasaran.
“Jangan lupa harus selalu konsisten menggunakan nama dan narasi yang sama pada semua platform. Misal nama, channel, tagline, dll, diupayakan harus sama. Lalu upayakan rutin membuat konten, sesuai minat dan kemampuan kita,” pesan Chris.
Ia menyarankan utamakan konten berujud video. Mengapa harus video? Mengutip pernyataan Dr. James McQuiey di Forrester Research, Chris menyatakan konten video dengan durasi 1 menit setara dengan 1,8 juta kata.
Di zaman digital sekarang ini, memroduksi video bukanlah hal sulit, lanjut Chris. Saat ini sudah tersedia banyak smartphone yang canggih untuk menghasilkan video yang sempurna. Apalagi alat-alat yang mendukungnya semakin beragam, seperti tripod, mic ekstra, stabilizer, dan lighting.
Alat dan sarana pendukung sudah tersedia, berikutnya memikirkan bagaimana membuat konten yang menarik, imbuh Chris. Ia kemudian memberikan tips-tipsnya, yaitu mulailah dengan konten yang kita sukai. Berikutnya membuat konsep, naskah singkat, dan daftar shot atau pengambilan gambar. Untuk yang terakhir, Chris menyarankan untuk mendapatkan gambar yang menarik dan tidak monoton, sebaiknya bervariasi yaitu meliputi full shot, medium shot, dan close up.
Untuk mengedit video mentah yang sudah kita hasilkan, Chris mengatakan saat ini di smartphone sudah tersedia banyak sekali aplikasi video editor. Ada Filmora, Kine Master, Power Director, Inshot, dll.
“Ketika materi video sudah jadi, tentu saja adalah menguploadnya ke medsos milik kita sendiri, seperti di FB, Instagram, Twitter, TikTok, dll. Kuncinya rutin, berkala, dan konsisten. Ingat, materi harus menarik audiens, dan kalau bisa yang ringan-ringan saja kontennya,” ujar Chris mengakhiri sesi pertamanya.
Selanjutnya, Chris masuk ke materi kedua, yaitu tentang dubbing atau voice over (VO). Ia memberikan penjelasan awal, dubbing / VO / sulih suara di Indonesia, dimulai ketika tahun 80-an TVRI menayangkan serial film Oshin dari Jepang, sehingga memerlukan sulih suara. Selanjutnya, mulai banyak kegiatan yang memerlukan jasa sulih suara, baik film, sandiwara radio, iklan, dll. Teknologi terus maju dengan pesat, sehingga dubbing / VO bisa dilakukan dengan mudah, tanpa harus bertemu.
Lalu siapa yang sebaiknya melakukan dubbing atau VO? Tentu saja si pembuat konten sendiri, yang lebih memahami materinya, dan bisa lebih menjiwai. Kalau diserahkan ke orang lain ada 2 alternatif, yaitu untuk meminimalkan anggaran bisa memakai orang-orang terdekat, seperti anak istri, teman, kolega, dll. Atau bisa menggunakan jasa profesional, yang hasilnya lebih bagus namun tentu saja lebih mahal biayanya.
“Ingat, yang harus diperhatikan saat dubbing / VO adalah artikulasi, volume, intonasi, tanda baca, stressing / tekanan, dan tempo,” ujar Chris.
Ia kemudian menjelaskan secara detil satu persatu. Untuk artikulasi pelafalannya dan pengucapannya harus sesuai dengan KBB. Pengucapan huruf-hurufnya hurufnya harus jelas, nyata, benar dan bulat. Huruf “e” misalnya harus dibedakan antara “e” pada kata enak, enyah, dan cengeng. Lalu huruf B, P, dan D berpotensi menimbulkan suara blebep blebep, sehingga benar-benar harus hati-hati.
“Sebisa mungkin, hindari dialek daerah,” pesan Chris.
Untuk volume, Chris menyarankan gunakan pernafasan perut, bukan memakai dada. Caranya, ambil nafas lalu keluarkan pelan-pelan bersama suara. Dengan cara itu, suara akan lebih kuat dan stabil.
Berikutnya, intonasi juga wajib diperhatikan. Misal, tinggi rendahnya nada pada kalimat untuk news dan infotainment berbeda. Intonasi berbeda-beda tergantung pada kondisi yang menyertainya apakah untuk hard news, feature, dokumentar, company profile, iklan, dll.
Chris mewanti-wanti, tanda baca juga wajib dipatuhi. karena jika tidak, makna bisa berubah, terdengar aneh, dan salah.
Stressing / tekanan juga harus menjadi perhatian, karena ada kata-kata tertentu yang harus mendapat penekanan agar mendapat perhatian yang lebih besar dari audiens. Idealnya, sebelum melakukan pengisian suara, dubber harus membaca dahulu naskah yang akan didubbingnya, sehingga bisa memahami mana yang harus diberi penekanan.
Yang terakhir, tempo atau cepat lambatnya pembacaan narasi atau naskah juga harus diperhatikan. Misal, untuk materi penuh kegembiraan tempo sebaiknya cepat, sedangkan untuk yang bersifat kesedihan temponya diusahakan lambat.
“Untuk menjadi dubber yang handal, tentulah dibutuhkan latihan rutin yang terus menerus. Selamat mencoba,” pungkas Chris.