Sabtu (12/2/2022), PP KAGAMA kembali menggelar webinar serial Inspirasi KAGAMA melalui Zoom Meeting. Pada seri ke-14 kali ini mengangkat tema bagaimana mendapatkan keuntungan dari budidaya ayam. Webinar menghadirkan 2 narasumber, yaitu pengusaha ayam broiler, drh. Teguh Budi Wibowo, dan dosen Fakultas Peternakan UGM dan co-founder Broiler-X, Ir. Galuh Adi Insani, S.Pt., M.Sc., IPM. Sambutan dari panitia disampaikan oleh Kordep Pemberdayaan Masyarakat Bidang VI PP Kagama, Dr. dr. Cahyono Hadi, Sp. OG (K), dan sambutan dari PP Kagama oleh Waketum II PP Kagama & Sekjen Kemnaker, Anwar Sanusi, PhD. Jalannya acara dipandu oleh Dian Nirmalasari dan Delta Hatmantari.
Teguh Budi Wibowo yang mengelola peternakan ayam broiler di daerah Tasikmalaya, menjelaskan ada 5 faktor yang membuat kita bisa mendapatkan keuntungan dari budidaya ayam.
Yang pertama, tipe beternak memilih mandiri atau kemitraan. Beternak mandiri artinya semua ditangani sendiri, dari pembelian sarana produksi peternakan (sapronak) yang meliputi DOC, pakan, obat dan vaksin, pemeliharaan, sampai penjualan hasil panen.
Sedangkan beternak kemitraan adalah kita bekerja sama dengan perusahaan inti yang menyediakan sapronak. Tugas kita hanya memelihara saja, urusan penjualan hasil panen ditangani oleh perusahaan inti.
Teguh menyarankan sebaiknya ikut pola kemitraan. Pertimbangannya, 3-4 tahun ini banyak peternak mandiri banyak yang tumbang karena naik turunnya harga sangat fluktuatif.
“Di kemitraan kita bekerja berdasar kontrak. Keuntungannya adalah ketika harga jual jatuh, kita masih bisa memperoleh senilai yang sudah ditentukan di depan. Jika harganya melambung tinggi, kita bisa mendapatkan prosentase keuntungannya. Meski untuk mendapatkannya kita memang harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang sudah disepakati bersamam,” jelas Teguh.
Yang kedua, kita harus mempunyai ilmu yang mencukupi. Jika kita tidak punya ilmu yang mumpuni kita bisa menyewa tenaga ahli yang kompeten. Sekarang kita bisa mendapatkan ilmu dengan mudah di internet.
Ilmu peternakan dan kesehatan ternak berkembang pesat. Sekedar contoh, dulu di era 90-an, seekor ayam untuk mencapai bobot badan 2 kg membutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 42 hari, namun saat ini cukup 35 hari saja.
Saat ini juga berlangsung revolusi pakan. Feed Conversion Ratio (FCR) atau banyaknya kg pakan yang diubah menjadi 1 kg daging mengalami efisiensi. Dulu rasionya mencapai 1,7-1,8, saat ini hanya 1,4-1,5. Artinya ayam broiler modern dapat tumbuh lebih besar dengan jumlah pakan yang semakin sedikit. Hal itu bisa terjadi karena perbaikan genetik ayam broiler dan revolusi pakan.
Yang ketiga, kita harus paham teknologinya. Teknologi yang harus dikuasai adalah teknologi modern atau kekinian tentang hardware, yang meliputi kandang, perlengkapan, dan sarana pendukung lainnya, serta software seperti aplikasi yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan ayam.
Teguh menyarankan, gunakan kandang clouse house dengan alat kontrol suhu. Karena saat ini memang tidak kondusif lagi dari segi iklim. Kandang close house bukan tentang kemewahan, namun sudah menjadi kebutuhan.
Yang keempat, modal besar mutlak diperlukan. Saat ini kita perlu modal yang kuat agar skala usaha bisa berjalan dengan perekonomian yang dapat menghasilkan keuntungan. Jika kita tidak bekerja secara efektif dan efisien, sangat sulit untuk meraih keuntungan.
Yang kelima, menguasai manajemen sangat penting. Manajemen secara umum adalah ilmu dan seni agar suatu pekerjaan berjalan dengan alur yang sesuai dan menghasilkan keuntungan. Untuk pengelolaan beternak ayam, bukan hanya ilmu saja yang dibutuhkan, namun juga perlu seni. Manajemen di sini meliputi manajemen sanitasi dan higienis, manajemen kandang, manajemen pemeliharaan, manajemen panen, dll.
Narasumber kedua, Galuh Adi Insani, menjelaskan performance ayam dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Jika salah satu atau keduanya tidak optimal, maka hasil akhirnya juga tidak optimal. Bisa dikatakan genetik adalah kemampuan, sedangkan lingkungan adalah kesempatan. Genetik sebagus apapun, jika lingkungannya tidak mendukung, maka performancenya juga akan ala kadarnya.
Adi sangat mendukung pendapat Teguh tentang pentingnya teknologi dalam budidaya ayam, misalnya dengan membuat kandang close house. Dengan sistem close house, kelembaban dan suhu kandang yang bisa dikontrol akan menyebabkan ayam menjadi nyaman.
Cuma menurut Adi, banyak kandang close house yang tidak dilakukan recording atau rekam data. Sehingga kita tidak bisa tahu penyebabnya jika ada ayam yang mati mendadak misalnya. Jika ada recording bisa diketahui penyebabnya ternyata kadar amoniaknya tinggi. Sehingga kemudian kita bisa melakukan penanganan untuk menurunkan angka mortalitas.
Di perusahaannya yang bernama BroilerX, Adi bersama tim menciptakan software yang terhubung dengan internet untuk mendukung pengelolaan kandang close house agar sehat semua ayamnya dan hasilnya optimal.
Adi menyatakan sudah banyak peternak yang bergabung menjadi mitra perusahaannya, tersebar di pulau Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, dengan sebagian besar berada di pulau Jawa. Mereka memakai sistem yang dikembangkan BroilerX, dengan maksud agar datanya valid.
“Kami berupaya secara legal dan menjalin koordinasi dengan Kementerian Kominfo serta Kementerian Koperasi & UMKM. Jadi ada win win solution antara pemerintahan dengan para peternak. Kami berada di area pengkajian apa yang terjadi di antara keduanya,” demikian pungkas Adi.
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: