Sekitar pertengahan tahun ini, KAGAMA Shibori & Ecoprint (KSE) diminta untuk mengadakan acara dalam rangka ikut serta memeriahkan Dies Natalis UGM ke 70. Setelah tertunda beberapa lamanya karena adanya aneka kegiatan KSE (KSE Goes to Tlatah Bocah, pameran, dan workshop), akhirnya diskusi mendalam mengenai rencana tersebut dilakukan lagi baru mulai sekitar bulan September.
Ide acaranya adalah nyelup bareng. Acara ini dianggap cukup sederhana untuk bisa diikuti semua orang, baik yang sudah pernah membuat shibori ataupun belum, baik tua ataupun muda. Diskusi yang lebih alot terjadi dalam penentuan tanggal pelaksanaan. Harinya jelas harus Minggu, karena Sabtu masih ada panitia dan calon peserta yang bekerja. Rencana semula acara akan diadakan pada bulan November. Namun karena persiapan dirasa akan serba tergesa, maka kemudian diputuskan diundur hingga bulan Desember. Bulan Desember adalah bulan sibuk bagi anak-anak yang bersekolah (dan orang tuanya!). Demi menghindari UAS, maka diputuskan acara dilaksanakan Minggu, 15 Desember 2019. Minggu 22 atau 29 Desember akan terlalu dekat dengan masa liburan, jelas ada tantangan berbeda lagi.
Kami menyadari bahwa tanggal tersebut berdekatan dengan Dies Natalis UGM, sehingga mungkin akan ada acara lain yang diadakan pada saat itu. Jam 10 pagi ditetapkan sebagai jam mulainya acara dengan pertimbangan agar tidak bertabrakan dengan Nitilaku, bila kebetulan diadakan pada hari itu juga. Saat keputusan tersebut diambil pada awal Oktober, dari informasi yang coba dikumpulkan (termasuk di situs web dies.ugm.ac.id) sama sekali belum ada kejelasan rencana acara di lingkungan UGM, termasuk Nitilaku.
Waktu berjalan, persiapan mulai dikerjakan. Semakin dekat hari H, semakin santer kabar dilaksanakannya aneka acara di lingkungan UGM pada hari yang berdekatan bahkan sama dengan acara kami. Meski sempat gamang, namun segenap panitia bertekad untuk tetap bekerja demi suksesnya acara.
Selama ini KSE sudah banyak kali mengadakan workshop shibori maupun ecoprint dalam skala relatif kecil dengan peserta sekitar belasan orang, tidak hanya di Yogya, tapi juga di kota lain. Berbekal pengalaman tersebut, acara Nyelup Bareng “Shiboriku di Kampus Biru” terlaksana sudah pada hari Minggu 15 Desember 2019 lalu.
===
Kami memutuskan menyelenggarakan acara ini dengan menggunakan zat pewarna alami (warlami) indigo strobilanthes. Setidaknya ada dua alasan utama yang mendasari keputusan tersebut.
Pertama kami ingin mencoba berkarya dengan menggunakan material yang lebih ramah lingkungan. Semangat ini ingin kami tularkan kepada para peserta.
Kedua, warna biru amat khas untuk karya-karya shibori. Tema acara Nyelup Bareng ini kemudian disepakati “Shiboriku di Kampus Biru”. Klop sudah!
Keputusan untuk menggunakan warlami ini tentu dengan membawa konsekuensi: butuh persiapan ekstra, butuh waktu pencelupan ekstra, dan perlu banyak doa agar pada hari H cuaca cerah matahari bersinar. Sinar matahari amat diperlukan dalam proses munculnya warna biru indigo. Syukurlah doa kami terkabul, cuaca cerah sepanjang berlangsungnya acara.
===
Kami telah mengedarkan kuesioner elektronik untuk menjaring umpan balik kesan pesan dari para peserta mengenai kegiatan Nyelup Bareng kemarin. Dari beberapa hasil isian yang sudah masuk, semuanya menyatakan puas dan ingin mengikuti lagi bila ada kegiatan sejenis.
Kebahagiaan luar biasa untuk kami.
Apresiasi sebesar-besarnya pada teman-teman panitia yang tetap kompak dalam menghadapi kendala-kendala yang muncul, teknis maupun non teknis.
Kami belajar
Kami berkarya
Kami bergembira
Leave a Reply