Hari Selasa (18/8/2020) UGM bersinergi dengan Kagama melakukan pembekalan wisuda program sarjana dan diploma periode Agustus 2020 secara daring lewat Zoom meeting. Pembekalan menampilkan 3 narasumber, yaitu Dr. Friderica Widyasari Dewi (Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas), Wirastuti Widyatmanti, S.Si., Ph.D. (Dosen Fakultas Geografi UGM & Ketua Pusat Inovasi Kajian Akademik) dan Ajar Edi (Director Corporate Affairs Microsoft Indonesia). Berkenan memberikan kata sambutan adalah Ganjar Pranowo Ketua Umum KAGAMA dan Prof. Dr. Paripurna P. Sugarda, SH, M.Hum., LL.M. yang merupakan Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni.
Tampil sebagai membuka acara adalah Prof. Paripurna, memberikan selamat kepada para alumni yang berhasil meraih gelar kesarjanaannya di tengah suasana pandemi. Saat ini kondisinya sangat berbeda dengan adanya pandemi, namun pandemi tidak boleh merubah kita akan tetapi kita harus membuktikan siapa kita sebagai lulusan UGM. Dan ini adalah tantangan kita di mana kita harus tetap semangat, serta sadar situasi apa yang kita hadapi.
Dari hasil studi penelusuran ditemukan angka 80% lulusan bekerja sesuai dengan bidang ilmu yang mereka pelajari. Ke depannya yang kita hadapi akan sangat jauh berbeda. Namun justru itu bisa menjadi terobosan kita yang memungkinkan akan pindah dari disiplin ilmu yang satu ke disiplin ilmu lain, lingkungan yang satu ke lingkungan lain, sedemikian rupa sehingga kita akan menjadi orang yang kompetitif dan berdaya saing serta dituntut untuk menghasilkan inovasi-inovasi. Sehingga kita bisa keluar sebagai pemenang dalam persaingan dunia kerja yang ketat. Akan tetapi sebagai lulusan UGM jangan lupa kita tetap harus mempunyai sifat gotong-royong yang tinggi. Selain berdaya saing tinggi lulusan UGM dikenal sangat mudah berkolaborasi dengan sesama.
Di manapun berada kita tetap menyangga status sebagai alumni UGM. Sangat membanggakan di mana saja alumni kita bisa dikatakan sebagai role model. UGM melahirkan sangat banyak alumni hebat seperti RI 1, berikut 8 orang yang membantunya menjadi menteri, dan banyak lagi pejabat penting lainnya baik yang di pemerintahan atau sektor swasta. Untuk itu dengan tingkat percaya diri yang tinggi mari kita jaga nama baik UGM. Dan jangan lupa kampus UGM adalah rumah kita bersama sehingga jangan segan untuk kembali ke kampus jika ada keperluan atau kepentingan.
Tampil sebagai pembuka berikutnya, Ganjar Pranowo mengatakan di saat pandemi ini daripada mengutuk kegelapan lebih baik menjadi lilin penerang. Maksudnya daripada marah-marah tidak jelas lebih baik melakukan sesuatu membantu warga yang terdampak covid. Seperti yang telah banyak dilakukan kawan-kawan Kagama semisal membagikan sembako, mengadakan gerakan canthelan, berbagi wifi gratis, dll. Selama kita menuntut ilmu di Bulaksumur bukan hanya kecerdasaan intelektual saja yang diasah namun kecerdasan emosionalnya juga. Biasanya yang kuliah di UGM itu kelakuannya ‘ndeso’ & lebih saling menghormati. Yang menarik dari Kagama adalah rasa guyub & rasa rukunnya begitu tinggi, sesrawungan atau pergaulannya selalu menimbulkan manfaat atau migunani.
Saat ini ada tantangan yang luar biasa gara-gara pandemi. Dunia sedang disetting ulang, ekonomi terjun bebas sehingga kwartal kedua pertumbuhan kita minus. Pengangguran & angka kemiskinan jadi meningkat. Yang harus kita jaga adalah jangan sampai terjadi destruksi dalam skala masif. Saatnya kita sekarang mengambil kesempatan untuk mengambil kontribusi nyata. Para Kagama Muda dan dari Komunitas Kagama Virtual telah memberikan contoh yang nyata, di mana mereka bergerak dalam aksi-aksi bermanfaat yang sungguh luar biasa. Yang membuat salut adalah ketika menolong mereka tidak bertanya agama dan sukunya apa. Jadi atas dasar murni kemanusiaan.
“Teman-teman Kagama umumnya membiasakan bersilaturahmi, berkomunikasi dan membangun jejaring. Orang yang banyak membangun network biasanya survive. Begitu wisuda jejaring mesti dibangun untuk menyelesaikan persoalan, minimal menyelesaikan masalahnya sendiri.” demikian pungkas Ganjar.
Tampil sebagai narasumber pertama Dr. Friderica Widyasari Dewi yang akrab disapa Kiki mengatakan kelulusan bukanlah suatu akhir namun justru menjadi permulaan untuk sesuatu yang baru. Lulusan S1 tidak menjamin kita akan bekerja sesuai ilmu yang dipelajarinya. Jalan hidup kita tidak ada yang tahu, tapi di manapun nanti bekerja tetap wajib disyukuri karena semua pastilah akan membawa kebaikan bagi kita. Setelah lulus kita dihadapkan kepada banyak pilihan apakah akan mencari pekerjaaan, menjadi pengusaha atau menekuni dunia entrepeneurship, ataukah tidak keduanya karena berbagai faktor.
Jika mengambil keputusan untuk melanjutkan kuliah lagi perlu dipikirkan matang-matang alasan dan tujuannya. Lalu harus memikirkan juga pembiayaannya apakah biaya sendiri atau mencari bea siswa. Harus dihitung benar plus minusnya.
Apabila mengambil keputusan untuk mencari pekerjaan, ingat di luar sana ribuan orang fresh graduate S1 dari berbagai perguruan tinggi juga sedang mencari pekerjaan. Namun kita beruntung menjadi alumni sebuah universitas terkemuka, meski hal itu tidak menjamin kita akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Yang perlu dicatat adalah terjadinya trend peningkatan pengangguran lulusan universitas saat ini.
Kalau memutuskan menjadi entrepreneur maka harus memikirkan bisnis apa yang cocok dengan minat & skill yang mendukungnya, punya modal atau tidak, kerja sendiri atau berpartner, serta hal-hal apa saja yang dibutuhkan atau disyaratkan. Menjadi pengusaha itu tidak gampang. Ia harus punya karakter yang kuat. Untuk menghadapi fluktuasi usaha dibutuhkan ketahanan mental yang luar biasa.
Narasumber kedua, Ajar Edi alumni Fakultas Filsafat UGM memberikan materi secara filosofis yang ia beri judul “Mantra Tiga Takdir”. Mantra pertama adalah jadilah pribadi otentik atau jadilah dirimu sendiri. Pahami tujuan hidup ini dan hiduplah dengan penuh tanggung jawab yang dalam bahasa Jawa disebut mulat sariro. Sering-seringlah berdialog dengan diri sendiri untuk menemukan tujuan hidup.
Mantra yang kedua adalah jadilah pribadi yang ngelmu, yang artinya selalu mau belajar mencari ilmu dari setiap peristiwa yang terjadi dengan pikiran terbuka. Perjalanan hidup akan membuat kita berkembang dan membesar. Pada titik ini harus meminggirkan pikiran yang membelenggu. Misal setelah lulus memperoleh pekerjaan yang tidak diharapkan, jalani saja dengan semangat dan yakini perjalanannya akan memberikan pengalaman-pengalaman baru, sebagai dasar untuk lompatan berikutnya.
Mantra yang ketiga adalah buatlah sebanyak mungkin jaringan. Karena sudah menjadi warga Kagama maka usahakan aktif di Kagama untuk membuka jaringan. Intinya membangun relasi seluas-luasnya karena dengan banyak kawan maka kita akan mendapatkan banyak info yang mungkin sangat berguna bagi dalam hubungannya dengan pekerjaan.
Narasumber terakhir, Wirastuti Widyatmanti mengatakan setiap orang adalah unik. Jadilah dirimu sendiri, tidak perlu mencoba menjadi orang lain. Berusahalah untuk menjadi bermanfaat kepada orang lain dengan mengenali dirimu sendiri, kemampuanmu, pencapaianmu, dan keunikanmu. Yang perlu untuk diingat adalah tetap fokus dan selalu berusaha jujur. Kesuksesanmu kuncinya hanya ada pada dirimu sendiri. Kamu harus bangga dan menghargai dirimu sendiri, serta tidak boleh lupa menghargai serta menghormati orang lain. Yang terakhir harus selalu bersyukur kepada Tuhan atas segala karunia-Nya yang telah kamu terima sampai hari ini.
Leave a Reply