Tidak Mudik Lebaran Tetap Asyik

Minggu (2/5/2021) pukul 13:00 -15:00 WIB, PP Kagama bekerjasama dengan Pengda Kagama DKI dan Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM menyelenggarakan webinar berjudul “Mudik Lebaran di Saat Pandemi Covid-19, Ditinjau dari Aspek Kesehatan dan Epidemiologi”. Webinar menghadirkan tiga pembicara, yaitu H.E. Mr. Hermono (Duta Besar Indonesia untuk Malaysia), dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO (Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI), dan dr. Riris Andono Ahmad, MD, MPH., Ph.D (Direktur Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM). Opening speech disampaikan oleh Dra. Meinarwati, Apt. M.Kes (Ketua Pengda Kagama DKI), dan  Anwar Sanusi, Ph.D. (Wakil Ketua Umum 2 PP Kagama) menjadi keynote speaker. Jalannya acara dipandu oleh drg. Dwi Rini Setyawati, M.Kes., dan Anis Fuad, S.Ked., DEA bertindak selaku moderator.

Anwar Sanusi, Waketum II PP Kagama

Anwar Sanusi menyatakan mobilitas masyarakat merupakan salah satu pemicu penyebaran dan peningkatan angka persebaran COVID-19 di Indonesia. Kebijakan larangan mudik dilaksanakan untuk mencegah dan menghambat laju penyebaran COVID-19.  Belajar dari mudik lebaran tahun 2020, tidak adanya larangan mudik namun hanya ajakan untuk tidak mudik membuat angka korban terinfeksi COVID-19 meningkat tajam. Sehingga pada mudik lebaran 2021 kali ini, sarana transportasi dibatasi untuk mengurangi laju penularan COVID-19.

“Salah satu kebijakan yang dilaksanakan pemerintah adalah mengatur ulang cuti liburan dan menerbitkan surat edaran larangan mudik sebagai ikhtiar mengurangi angka penularan COVID-19 dengan membatasi mobilitas masyarakat. Pelarangan mudik juga sebagai alarm peringatan terhadap lonjakan kasus yang ekstrem di India.” tutur Wakil Ketua Umum 2 PP Kagama tersebut.

H.E. Mr. Hermono, duta besar Indonesia untuk Malaysia

Narasumber pertama, Hermono, duta besar Indonesia untuk Malaysia, memberikan gambaran kurang lebih tiga juta jiwa penduduk Indonesia yang bekerja di Malaysia. Pandemi COVID-19 juga memberikan dampak besar bagi pekerja migran Indonesia di Malaysia. Banyaknya jumlah pekerja migran kehilangan mata pencahariannya terutama di sektor jasa dan konstruksi turun secara signifikan.

“Pekerja migran yang undocumented cukup parah keadaannya. Dari sisi mata pencaharian yang sudah hilang, banyak di antaranya mengalami sakit dan kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Mudik lebaran juga tidak dapat dihindarkan oleh pekerja migran Indonesia, banyak diantaranya nekat melakukan mudik dengan berbagai cara. Hal tersebut cukup merepotkan pihak KBRI Malaysia ketika dalam keadaan tersebut terjadi kecelakaan dan hal-hal yang berbahaya lainnya. Namun di masa pandemi, animo mudik lebaran menurun drastis. Ketatnya pengamanan keluar masuk Malaysia dan prosedur protokol kesehatan yang harus dipenuhi mengurungkan niat para pekerja migran untuk mudik lebaran.” ungkap Hermono.

Menurut Hermono, pekerja migran Indonesia masih dapat melakukan perjalanan pulang ke Indonesia dengan beberapa kondisi seperti sakit, kehilangan pekerjaan dan melahirkan. Jalur transportasi dari dan menuju Malaysia hanya terbatas pada kota Batam, Jakarta, Surabaya dan Medan. Namun, banyak permasalahan baru timbul yakni, pemalsuan hasil pemeriksaan tes COVID-19/ PCR yang cukup marak terjadi. Sehingga, pihak KBRI Malaysia mewajibkan adanya SKIM.

“Kalaupun ada yang terpaksa pulang ke Indonesia itu hanya sedikit jumlahnya dan terpaksa dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan di Malaysia.” pungkas Hermono.

dr. Imran Agus Nurali, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI

Narasumber kedua, dr. Imran Agus Nurali memberikan gambaran posivity rate COVID-19 per 29 April 2021 berada pada angka 10,51%. Belajar dari pengalaman pelaksanaan libur panjang 2020 mengakibatkan kenaikan kasus COVID-19. Jeda antara libur panjang dan kenaikan kasus sekitar 10 – 14 hari yang berdampak peningkatan angka penularan selama tiga minggu. Sehingga, pada hari raya idul fitri dianjurkan berlebaran secara virtual.

“Rekomendasi berdasarkan analisis data mobilitas mengeluarkan kebijakan dengan tetap mewaspadai penyebaran kasus di pusat perbelanjaan, mewaspadai penyebaran kasus di tempat wisata, mewaspadai penyebaran kasus di tempat ibadah, meminimalisir perjalanan dan mobilitas penduduk yang dapat meningkatkan risiko penularan.” ungkap dr. Imran.

Menurut dr. Imran, penularan COVID-19 rentan terjadi di tempat dan fasilitas umum, tempat kerja, moda transportasi, dan tempat rekreasi. Penularan tersebut sulit dilacak keberadaan awalnya. Tingkat kematian dengan penyakit bawaan dan terinfeksi COVID-19 juga tinggi di mana 1 penyakit komorbid berisiko 6,5 kali lipat untuk meninggal, 2 penyakit komorbid berisiko 15 kali lipat, dan lebih dari 3 penyakit komorbid berisiko 29 kali lipat.

“Sehingga untuk menghindari penularan COVID-19 dan membuat daya tahan tubuh menjadi sehat dan prima, Kemenkes menggalakkan program Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) di antaranya meningkatkan aktivitas fisik, meningkatkan perilaku hidup sehat, menyediakan pangan sehat dan perbaikan gizi, meningkatkan pencegahan dan deteksi dini penyakit, meningkatkan kualitas lingkungan, dan meningkatkan edukasi hidup sehat.” demikian dr. Imran mengakhiri paparannya.

dr. Riris Andono Ahmad, Direktur Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM

Narasumber ketiga, dr. Riris Andono Ahmad menjelaskan mobilitas manusia merupakan faktor utama penyebaran dan penularan COVID-19. Saat ini, Pandemi COVID-19 sedang berada pada fase gelombang kedua. Peningkatan kasus yang muncul secara global disebabkan karena euphoria akan ketersediaan vaksin dan kampanye vaksinasi, peningkatan mobilitas paska restriksi, relaksasi aturan mobilitas dan protokol kesehatan. Kasus di India misalnya, kampanye politik dan perayaan keagamaan yang menyebabkan mobilitas secara massif dan terjadi mutasi gen COVID-19 yang meningkatkan kemampuan penularan.

“Ada tiga mutasi virus COVID-19 yakni mutasi virus dari Inggris, Afrika Selatan, dan India, yang mengakibatkan peningkatan kemampuan penularan dan tingkat keparahan. Di India, kasus harian COVID-19 mencapai angka 400.000 kasus, sehingga membuat India menjadi episentrum baru COVID-19.” ujar dr. Riris.

Menurut dr. Riris, di Indonesia tren kasus COVID-19 sedang mengalami penurunan yang cukup signifikan. Fase gelombang pertama baru saja dilewati pada bulan April lalu. Namun, peningkatan terjadi kembali dikarenakan mobilitas yang mulai naik perlahan akibat program vaksinasi yang telah dilakukan. Momen idul fitri dan kenaikan Isa al Masih yang bersamaan di tahun 2021 perlu diketatkan pencegahan dan upaya pembatasan mobilitas.

“Sebagai catatan, Aktivitas mudik pada awal pandemi mempunyai potensi meningkatkan penularan ke wilayah lain. Aktivitas mudik pada satu tahun pandemi dapat mengakibatkan penularan komunitas yang luas terutama dikota-kota besar di Indonesia. Sehingga, pelarangan mudik adalah kebijakan yang sudah sesuai. Akan tetapi, perlu disertai restriksi mobilitas di dalam populasi. Komunikasi risiko dan penerapan peraturan terkait protokol kesehatan perlu ditingkatkan selama perayaan lebaran.” pungkas dr. Riris. [arma]

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: