Solidaritas Kagama pada Peluncuran Buku Esai Fotografi Karya Novi Indrastuti & Harno Dwi Pranowo

Pada gelaran Sastra Bulan Purnama di Rumah Budaya Tembi edisi ke-134, Sabtu (5/11/2022), menjadi ajang peluncuran buku esai fotografi berjudul “Banyuwangi: Ratna Mustika di Penghujung Timur Jawa” karya warga Kagama, yaitu Dr. Novi Kussuji Indrastuti dan Prof. Harno Dwi Pranowo. Ada dua narasumber yang menjadi pembahas yaitu Dr. Sri Margana membahasnya dari sudut pandang keilmuan akan budaya Banyuwangi dan Farid Wong berbicara dari sisi fotografinya.

Dr. Novi Indrastuti mengatakan, buku esai fotografi ini dirancang untuk memberikan informasi dan gambaran awal kepada masyarakat pembaca mengenai potensi-potensi keindahan alam, sejarah, dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh objek-objek wisata di kawasan Banyuwangi.  Dengan kata lain, buku esai fotografi ini dapat dipergunakan sebagai sarana penunjang promosi wisata di wilayah Banyuwangi.  Esai fotografi ini secara khusus memang mengangkat tema tentang pariwisata dan budaya yang menjadi potensi unik dan spesifik dari Banyuwangi.

Melalui buku esai fotografi ini diharapkan dapat menimbulkan perhatian (attention), menimbulkan ketertarikan (interest), dan membangkitkan keinginan  atau hasrat (desire) dalam diri pembaca sehingga akhirnya memutuskan untuk  melakukan perjalanan (action) menuju ke destinasi  wisata yang sesuai dengan keinginan, selera, dan kebutuhannya masing-masing.  Jadi, buku esai fotografi ini dapat membantu pembaca untuk mengambil keputusan yang tepat dalam memilih destinasi wisata yang sesuai dengan tujuan dan harapannya. Berbagai destinasi wisata yang termaktub dalam buku ini dinarasikan dan dilengkapi dengan suguhan foto yang memvisualisasikannya sehingga para pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas. Jadi narasi dan foto saling melengkapi.

“Tahun depan rencana buku ini akan bertransfomasi menjadi buku puisi fotografi, Mohon doa restunya,” pungkas Dr. Novi.

Sementara itu Prof. Harno mengatakan ia bersama Dr. Novi sudah melakukan kerja sama sejak lama dalam menciptakan karya kreatif berupa buku. Namun baru kali ini mereka menghasilkan karya esai fotografi. Sebelumnya karya-karya kolaborasi mereka berdua adalah puisi fotografi.

Prof. Harno bercerita bagaimana bisa menghasilkan buku bertema Banyuwangi. Hal itu tak lepas dari statusnya sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) untuk mahasiswa KKN UGM yang sudah dijalaninya selama 7 tahun. Sengaja ia memilih kampung halamannya yaitu Banyuwangi, dan mengajak Dr. Novi menjadi DPL juga di sana. Akhirnya terciptalah sebuah kolaborasi yang ciamik tentang Banyuwangi.

Prof. Harno menambahkan daya tarik Banyuwangi sesungguhnya sangat luar biasa. Di bidang bahari, Banyuwangi memiliki pemandangan lautan yang begitu bagus dan ombaknya sangat ideal untuk melakukan surfing. Ada pula Pulau Merah yang sangat bagus. Potensi lain adalah suaka marga satwa Meru Betiri yang terdapat banyak flora fauna yang dilindungi termasuk bunga Raflesia.

Selain itu Banyuwangi juga menyimpan banyak cerita tentang budayanya, dari zaman kerajaan Blambangan. Sisa-sisa peninggalannya masih ada dan terawat sampai sekarang, seperti umpak songo yang sangat bagus untuk diabadikan.

“Semua potensi keindahan Banyuwangi akhirnya kita buat menjadi buku. Saya secara relatif sangat tahu tentang Banyuwangi karena saya memang putra asli Banyuwangi, dan saya bangga bisa mempersembahkan sesuatu buat tanah kelahiran saya,” pungkas Prof. Harno.

Yang menarik dari acara peluncuran buku “Banyuwangi: Ratna Mustika di Penghujung Timur Jawa” bukan hanya pembahasan bukunya saja, namun banyaknya keterlibatan anggota Kagama yang ikut mendukungnya. Kawan-kawan Kagama Poetry Reading, di mana Dr. Novi sebagai ketuanya, dari berbagai kota seperti Yogya, Solo, Cirebon dan Semarang ikut menyemarakkan suasana dengan pembacaan puisi. Beberapa nama beken yang tampil adalah Margono Wedyopranasworo, Afnan Malay, Yanti Sastro Prayitno, Mas Yanto Herlianto, Farid Wong, Wahjudi Djaja, Jaka Marwasta, Kamal Firdaus, dsb.

Kemudian ada pula peragaan busana karya warga Kagama bernama Essy Masita. Ia membawa 4 peragawati yang 2 di antaranya adalah anggota Kagama juga. Essy memamerkan koleksi-koleksi baju cantik karyanya.

Partisipasi dari kawan-kawan Kagama membuktikan tagline guyub rukun migunani bukanlah sekedar slogan semata. Namun benar-benar diejawentahkan dalam kehidupan nyata.