Sinergi Wastra Nusantara: KAGAMA Hidupkan Batik Nitik di Panggung Modern

Sinergi Wastra Nusantara: KAGAMA Hidupkan Batik Nitik di Panggung Modern

YOGYAKARTA — Dalam semangat menyambut Hari Batik Nasional, KAGAMA Batik dan Wastra Nusantara menggelar pemotretan bersama di Gedung Grha Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada, Sabtu (27/9/2025). Mengenakan batik nitik khas Kembangsongo, Bantul, para anggota dan pengurus komunitas alumni ini merayakan warisan budaya sekaligus menghidupkan kembali semangat kebersamaan melalui wastra.

Pemotretan dipandu oleh fotografer seni Tom Blero, yang dikenal dengan pendekatan humanistik dalam menangkap narasi visual. Latar GIK UGM yang modern dan terbuka menjadi simbol dialog antara tradisi dan inovasi—antara akar budaya dan masa depan.

“Batik nitik kami pilih karena motifnya mencerminkan nilai-nilai yang kami junjung: ketekunan, keselarasan, dan kesabaran,” ujar Nurhayati Nirmalasari, Ketua KAGAMA Batik dan Wastra Nusantara. “Motif ini bukan hanya indah, tetapi juga mengajarkan kita untuk menghargai proses. Di tengah dunia yang serba cepat, batik nitik mengingatkan kita untuk kembali pada ritme yang manusiawi.”

Batik Nitik: Titik-Titik yang Menyimpan Jejak Peradaban
Batik nitik merupakan salah satu motif klasik dari Yogyakarta yang dikenal dengan pola geometris menyerupai titik-titik kecil. Secara historis, motif ini memiliki keterkaitan dengan batik jlamprang dari Pekalongan, yang dipengaruhi oleh motif tenun patola dari Gujarat, India. Patola, sebagai kain bergengsi yang dibawa oleh pedagang India sejak abad ke-13, menjadi inspirasi visual dalam perkembangan batik pesisir.

Pengaruh budaya India, Tiongkok, dan Timur Tengah sangat kuat dalam pembentukan wastra Indonesia, terutama di masa perdagangan maritim dan kolonial. Motif nitik diyakini sebagai hasil akulturasi antara teknik lokal dan pengaruh Hindu-India, menjadikannya salah satu bentuk batik yang merepresentasikan jejak sejarah panjang interaksi budaya.

Penasehat KAGAMA Batik dan Wastra Nusantara, Ir. Titik Purwati Widowati, MP., turut menyampaikan apresiasi atas inisiatif KAGAMA Batik dan Wastra Nusantara yang mengangkat batik nitik sebagai tema utama dalam perayaan tahun ini. “Kami sangat senang dan bangga karena batik nitik merupakan salah satu motif klasik yang memiliki akar sejarah panjang dan teknik pengerjaan yang sangat khas. Dukungan komunitas alumni seperti KAGAMA sangat penting untuk menjaga keberlanjutan batik nitik sebagai identitas budaya sekaligus aset ekonomi lokal,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa batik nitik khas Kembangsongo telah ditetapkan sebagai indikasi geografis oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham RI sejak 2022, dan pelestariannya merupakan langkah strategis dalam menjaga warisan budaya yang mencerminkan kekayaan akulturasi Indonesia.

KAGAMA Batik: Menyatukan Langkah, Menjaga Warisan
KAGAMA Batik dan Wastra Nusantara merupakan komunitas alumni Universitas Gadjah Mada yang berkomitmen untuk melestarikan, mempromosikan, dan mengembangkan kekayaan wastra Indonesia. Melalui kegiatan edukatif, pameran, dan kolaborasi lintas sektor, komunitas ini menjadi ruang perjumpaan antara pengrajin, akademisi, pelaku industri kreatif, dan pecinta budaya.

Kegiatan pemotretan ini bukan sekadar dokumentasi visual, tetapi juga bentuk kampanye budaya yang mengangkat batik sebagai identitas kolektif dan warisan lintas generasi. “Batik bukan sekadar kain. Ia adalah narasi bangsa yang terus ditulis ulang oleh generasi yang mencintainya,” ujar Nurhayati.

GIK UGM: Ruang Kreatif untuk Tradisi
Gedung GIK UGM dipilih sebagai lokasi pemotretan karena merepresentasikan semangat keterbukaan, kolaborasi, dan keberlanjutan. Sebagai pusat inovasi kampus, GIK menjadi simbol bahwa pelestarian budaya tidak harus terjebak dalam romantisme masa lalu, tetapi bisa hadir dalam ruang-ruang modern yang mendukung ekspresi kreatif dan interdisipliner.

Kegiatan ini ditutup dengan sesi refleksi bersama, di mana peserta berbagi pengalaman pribadi tentang makna batik dalam kehidupan mereka. Foto-foto hasil pemotretan akan dipublikasikan dalam kampanye digital #BatikAdalahKita dan #KAGAMABatik, serta menjadi arsip visual komunitas untuk generasi mendatang.

Fotografer: Tom Blero