Tahun 2020 sudah berakhir, dan kita kini sudah berada di tahun 2021. Semoga tahun baru membawa harapan baru. Banyak orang menganggap bahwa 2020 menjadi tahun yang buruk, penuh dengan masa kelam, karena adanya pandemi.
Lalu bagaimana tahun 2020 dan 2021 menurut kacamata psikolog? Tim Humas Kagama mencoba mencari tahu dengan menghubungi Lya Fahmi, alumnus Fakultas Psikologi UGM, yang merupakan salah satu psikolog di Yogyakarta.
“Tahun 2020 sesuatu yang benar-benar berbeda. Bagi banyak orang tahun 2020 berat dan ingin dilupakan.” ujar Lya saat dihubungi oleh tim Humas PP Kagama.
Menurut pengamatannya melalui linimasa sosial media, banyak orang merasa lega bahwa 2020 sudah berakhir dan 2021 memiliki secercah harapan atau menjadi tahun yang lebih baik.
“Aku tidak menganggap 2021 tidak akan cerah, namun aku tetap berjaga-jaga bahwa 2021 akan sama seperti 2020.” demikian imbuh Lya.
Lya mengungkapkan bahwa seharusnya orang tidak berekspektasi berlebih dengan tahun 2021. Ia menganggap hal tersebut merupakan suatu cara pikir yang berbahaya. Menurutnya, jika 2021 tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2020, beban psikologis akan terasa semakin berat bagi yang terlalu berharap. Mereka akan merasakan kekecawaan dan tekanan yang lebih besar karena sesuatu yang diharapkan tidak terjadi.
“Sikap pribadi yang aku pilih adalah aku berusaha untuk bertahan selama mungkin dengan segala ketidaknyamanan ini.” ungkap Lya.
Menurutnya 2021 bukan akhir dari masa pandemi. Ia mencoba berpikir realistis bahwa hingga sekarang tidak ada data yang mendukung pandemi akan berakhir pada tahun 2021. Ia juga mengungkap bahwa dengan mudahnya akses informasi serta berkembangnya ilmu pengetahuan, orang-orang akan lebih siap menghadapi pandemi pada tahun 2021.
Ketika tim Humas mencoba menanyakan tips untuk menjalani tahun 2021, Lya justru menjawab dengan bertanya balik, “Memangnya 2021 akan seperti apa?”
Menurutnya 2021 tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2020, sehingga ia menyarankan agar informasi dan pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman melalui tahun 2020, dijadikan bekal untuk menghadapi tahun 2021.
“Banyak orang sudah beradaptasi dengan baik di tahun 2020, sehingga pada tahun 2021 mereka akan menjalani hidup dengan cara yang lebih baik. Jangan terlalu berharap tahun 2021 akan jauh lebih baik dari tahun 2020. Jalani saja tahun 2021 dengan informasi dan pengetahuan menjalani hidup di tahun 2020. Jangan denial, terima kondisi pandemi, terus beradaptasi, dan bertahan selama mungkin.” imbuh Lya.
Pada akhir sesi wawancara, Lya menyarankan agar seseorang lebih mengenal emosi diri mereka sendiri. Mengingat karena pandemi banyak faktor yang membuat emosi orang dapat berubah sewaktu-waktu karena kondisi yang tidak menentu saat ini.
“Pada masa pandemi ini kan emosi orang bisa berubah sewaktu-waktu, bisa karena banyak faktor misalnya terdampak ekonomi akibat pandemi. Sehingga kontrol emosi sangatlah perlu agar orang di sekitarnya tidak terkena akibat dari kondisi tersebut.” demikian pungkas Lya. [Itok]