Minggu (20/06/2021) pukul 09:00 – 12:00 WIB, Pengurus Pusat (PP) Kagama bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Sleman mengadakan webinar seri Desa Wisata Show lewat Zoom Meetings. Pada seri kedua kali ini yang mengambil tema ‘Holopis Kuntul Baris’ menghadirkan 3 narasumber, yaitu Agus Supriyo (Ketua DPD AELI DIY), Ngatijan (Desa Ekowisata Pancoh), dan Sarwoto Dwi Admodjo (Desa Wisata Bromonilan). Webinar diawali dengan penyampaian kata sambutan oleh Prof. Dr. Paripurna, S.H, M.Hum., LL.M (Ketua Bidang IV PP Kagama & Wakil Rektor Bidang Kerja sama dan Alumni UGM) dan Dra. Hj Kustini Sri Purnomo (Bupati Sleman). Webinar berlangsung dipandu oleh Wiwit Wijayanti, dari tim Humas PP Kagama, sebagai moderator dan MC oleh Nyoman Rai Savitri.
Hj. Kustini Sri Purnomo membuka webinar dengan memberikan apreasiasi terhadap kegiatan Desa Wisata Show yang berusaha mengenalkan potensi-potensi desa wisata unggulan yang berada dalam wilayah Kabupaten Sleman. Menurutnya, webinar kali ini mengangkat tema yang menarik dan bermakna filosofis. Dan bertujuan mampu memberikan informasi secara rinci terkait desa-desa wisata dan bagaimana beradaptasi dalam masa pandemi covid-19.
“Holopis kuntul baris merupakan ungkapan dalam bahasa Jawa yang berarti tolong menolong dan gotong royong. Slogan ini selalu kita gaungkan untuk membangkitkan semangat dalam menghadapi kondisi yang berat. Dengan keyakinan akan meringankan beban yang tengah kita hadapi bersama ini.” ujar Hj. Kustini.
Senada dengan Bupati Sleman, Prof. Paripurna P. Sugarda juga mengapresiasi kreativitas PP Kagama dengan menghadirkan kegiatan menarik dan bermanfaaat bagi semua kalangan. “Desa yang merupakan bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia dan khususnya di Kabupaten Sleman ini mampu menarik wisatawan dengan mengemasnya dalam aturan protokol kesehatan. Nantinya dapat menciptakan brand image, berwisata ke desa dengan aman dan selalu patuh untuk mencegah penyebaran covid-19.” ucap Prof. Paripurna.
Narasumber pertama, Sarwoto Dwi Admodjo memberikan materinya dengan judul ‘Strategi Pengelolaan Desa Wisata Bromonilan sebagai Destinasi Alternativ di Kabupaten Sleman’ “Berawal dari tujuan penyelamatan atau konservasi lingkungan yang rusak di Desa Bromonilan, saya bersama masyarakat berusaha mengkonversikan lingkungan tersebut untuk kembali asri dan lestari. Hal tersebut berhasil dicapai yang kemudian menarik potensi wisata alam. Dikemas dengan menarik, Wisata alam yang disediakan Desa Bromonilan yaitu, tiket masuk berupa bibit pohon untuk ditanam.” ujar Sarwoto.
Sarwoto menambahkan, sewa tempat berupa kegiatan malam juga dihadirkan, di antaranya wahana outbound, susur sungai dan tracking. Hadirnya Desa Wisata Bromonilan tidak terlepas dari dukungan dan kerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat diantaranya, Dinas Pariwisata Sleman, Kadin Sleman, APJI dan AELI.
“Desa Wisata Bromonilan bisa ditemukan informasinya di berbagai media sosial, brosur dan plang penunjuk. Sejauh ini, Desa Wisata Bromonilan sudah mendapatkan banyak prestasi. Salah satu di antaranya adalah pernah mewakili Kabupaten Sleman pada Gelora Pesona Budaya DIY.” pungkas Sarwoto.
Narasumber kedua, Ngatijan yang merupakan pengelola Desa Ekowisata Pancoh, mengatakan masyarakat Pancoh membentuk ekowisata dengan tema kepedulian lingkungan pada kawasan rawan bencana. Untuk diketahui, Dusun Pancoh, Girikerto, Turi terletak di kaki Gunung Merapi, kira-kira 10 Km dari puncak Merapi.
“Erupsi Merapi tahun 2010 silam membuat masyarakarat Pancoh sadar akan rawan bencana tempat tinggalnya. Kepedulian lingkungan menjadi penting sebagai upaya pencegahan pada kawasan bencana. Ekowisata yang dihadirkan di Pancoh antara lain, embung, camping ground, susur sungai, kebun salak, pemanfaatan biogas dan pengelolaan bank sampah. Turut juga menghadirkan kerajinan batik, caping bambu dan gamelan.” kata Ngatijan.
“Ke depannya ekowisata Pancoh ingin berkolaborasi dengan CSR perusahaan terkait pembangunan ekowisata dan merintis pembuatan masterplan jangka panjang pengembangan desa. Kaderisasi dan pelatihan pemuda juga diperlukan sebagai regenerasi pengurus dan pendampingan bahasa asing.” pungkas Ngatijan.
Pembicara terakhir, Agus Supriyo, ketua DPD AELI DIY, membawa pandangan bahwasanya pandemi bukanlah penghambat yang tidak ada solusinya. Justru, menurut Agus pandemi bisa dijadikan inspirasi untuk mengelola lebih baik desa wisata. Kepemanduan misalnya yang di masa sebelum pandemi hadir secara real-time dan berada di tempat. Di masa pandemi, kepemanduan bisa dihadirkan dalam media daring / online.
“Untuk menyiapkan desa wisata dengan kondisi pandemi. Setidaknya ada tiga prinsip yang musti diterapkan yaitu, mindset, skillset dan toolset. Selanjutnya dengan menerapkan 4 langkah antara lain, creativity, opportunity, small action, dan training. Pementasan wisata bisa dihadirkan melalui via live streaming dan live event. Hal semacam ini akan hadir tentunya dengan konseptual ide yang matang, taktisnya rancangan pelaksanaan dan detailnya teknis.” ujar pria alumnus Fakultas Kehutanan UGM tersebut.
“Di masa pandemi yang juga perlu diperhatikan dalam desa wisata adalah aspek keamanan dan manajemen resiko. Perlunya SDM yang mendukung, perizinan yang resmi, ketersediaan sarana dan prasarana yang mumpuni yang tentu memakan biaya pada awalnya.” demikian ucap Agus mengakhiri paparannya. [arma]
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: