Hari Minggu (28/6/2020) pagi saat jarum jam pendek belum menunjukkan angka 6 dan mentari masih enggan menunjukkan dirinya, kesibukan sudah terjadi di Dalem Mangunsudiran, Bangirejo. Ekan NS selaku tuan rumah sudah terlibat sibuk hilir mudik menyiapkan sayur mayur dan bahan-bahan kebutuhan pokok dibantu oleh saudaranya Dimas Rossyantoko, asisten andalan Fandolin, Isma Kurnia, Ardiati Bima (tokoh pelopor canthelan) dan anak-anak muda warga Bangirejo. Mereka bersiap-siap akan menggelar hajatan yang bernama “Pasar Tiban Mangunsudiran” untuk kedua kalinya.
Mereka terlibat kompak bahu membahu mengangkat meja, kursi, rak-rak, keranjang bambu untuk meletakkan sayur-sayuran dan barang-barang lainnya. Barang yang akan dijajakan ditata dengan rapi di tempat yang sudah disediakan di halaman rumah & jalan kecil depan rumah. Mendekati pukul 06.45 WIB persiapan sudah rampung. Sementara itu sudah banyak warga yang antri, kebanyakan ibu-ibu, menunggu aba-aba dari tuan rumah.
Tepat pukul 07.00 WIB tuan rumah mempersilahkan warga untuk memasuki lokasi acara, dengan terlebih dulu mencuci tangan pakai sabun, dan diwajibkan memakai masker. Mereka masuk satu-satu dengan tertib, mengisi daftar hadir di kertas yang sudah disediakan, memasukkan uang 5000 rupiah ke dalam toples dan mendapatkan kupon yang bisa dipakai menebus 7 dari sekitar 40 lebih jenis barang yang disediakan. Kenapa mendapatkan 7 jenis? Kata Dimas, “Tujuh bahasa Jawanya adalah pitu, yang bisa kita artikan sebagai pitulungan”. Sebuah konsep yang sangat filosofis dan bijak.
Para pengunjung yang datang sebagian besar adalah warga sekitar Bangirejo, namun ada juga seorang ibu yang datang dari jauh naik sepeda. Terlihat kegembiraan nan ceria di wajah mereka. Namun ada seorang ibu yang nampak heran dan penasaran sepertinya, karena bagaimana mungkin dengan hanya membayar 5000 rupiah bisa mendapatkan barang yang nilainya jelas-jelas lebih banyak dari 5000. “Ini dananya dari mana to mas?” tanyanya serius.
“Dari Gusti Allah, bu!” jawab Dimas sambil bercanda. Dan si ibu tertawa, juga pengunjung lainnya.
Tepat jam 09.00 WIB, saatnya mengakhiri acara sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Kebetulan pengunjung sudah hampir tidak ada dan barang-barang yang dijajakan juga sudah tinggal sedikit. Namun tiba-tiba masih ada seorang ibu yang datang tergopoh-gopoh. Ia adalah pengunjung terakhir nomor urut 84. Seusai ibu tersebut berpamitan, barang-barang yang tersisa langsung dikemasi. Uang dalam toples dihitung dan rupanya hasilnya mencapai 400 ribu rupiah kurang sedikit. Sebuah hasil ‘donasi’ yang lumayan banyak, bisa untuk mensubsidi kegiatan pasar tiban berikutnya.
Menurut Ekan kegiatan pasar tiban kali khusus sayur yang dijajakan adalah sumbangan dari GENDULI (Gelanggang Peduli Petani). Iqbal sebagai koordinator Genduli mengatakan Genduli mendapatkan dana sumbangan dari panitia Nitilaku Kebangsaan 2019 yang saat itu berhasil melelang lukisan wajah Sultan HB IX karya Eggy Yunaedi. Kata Iqbal dari sumbangan tersebut masih ada lumayan banyak sisanya dan akan didonasikan beberapa kali lagi dalam ujud sayur mayur.
Ekan menjelaskan kegiatan Pasar Tiban Mangunsudiran yang rencananya akan diadakan seminggu sekali setiap hari Minggu tersebut merupakan lanjutan dari program canthelan yang diadakan oleh Dalem Mangunsudiran sinergi dengan Kagama Care yang telah berjalan sekitar 3 minggu. “Jika canthelan orang hanya bisa mengambil paket yang sudah disediakan secara cuma-cuma tanpa bisa memilih jenisnya apa saja, tapi kalau di pasar tiban ini mereka memang disyaratkan membayar 5000 rupiah tapi mereka bisa memilih jenisnya apa saja. Bebas mau ambil sayut mayur, lauk pauk berupa telur – tempe – tahu, gula, teh, beras, bumbu masak, frozen food, peralatan mandi, bahkan ada juga buku bergambar untuk anak-anak, monggo silakan, yang penting maksimal 7 jenis.” ujar Ekan menjelaskan.
Kebetulan program canthelan di Mangunsudiran sudah akan berakhir pada hari Selasa (30/6/2020), begitu pula di lokasi canthelan lainnya, sesuai waktu yang mereka canangkan sejak awal. Bahkan sudah ada yang menghentikannya digantikan dengan program lain semisal pemberdayaan masyarakat seperti yang dilakukan di dusun Kleben VII, desa Sidorejo, Kec. Godean, Sleman. Karena program canthelan tidak mungkin akan ada selamanya. Setelah memasuki fase new normal dibutuhkan strategi membantu masyarakat dengan cara yang lain. Namun apapun caranya teman-teman Kagama akan selalu siap mendukung, tentu saja bersinergi bersama Kagama Care.
Leave a Reply