Oleh: drh. Ahmad Faisal, M.Res. (Ketua Forum Harimau Kita)
Forum Harimau Kita (FHK) didirikan pada tahun 2008 atas mandat dari dokumen nasional Strategi Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatra (STRAKOHAS) 2007-2017 oleh Kementerian Kehutanan. Anggotanya merupakan individu penggiat konservasi harimau sumatera, di mana individu-individu tersebut berasal dari intansi pemerintahan, LSM, akademisi, dll. Saat ini jumlah anggota ada sekitar 100 orang, jumlah relawan kira-kira 300 orang dan jumlah mitra ada 20-an.
Ada 4 kegiatan besar yang dilakukan FHK. yaitu field activities, community service, communication dan education. Meski ada kegiatan lapangan, namun kita tidak secara langsung turun ke lapangan karena pada prinsipnya FHK adalah think tank yang memberikan support knowledge.
Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) yang berjalan pada periode 2007-2017 mempunyai 5 strategi utama yaitu mempertahankan popilasi dan bentang alam, pembangunan kapasitas dan dukungan infrastruktur, penguatan pengelolaan di luar kawasan konservasi, penguatan jejaring kerja dan infrastruktur komunikasi, serta penguatan program konservasi ex-situ. Dalam pelaksanaannya ternyata kurang tercapai targetnya. Ada beberapa faktor utama penyebab rendahnya capaian indikator sukses, yaitu pemerintah belum sepenuhnya menjalankan sebagai leading agency, internalisasi STRAKOHAS kepada pemerintah daerah belum dilakukan secara efektif, FHK belum melaksanakan fungsinya secara optimal, rencana aksi STRAKOHAS disusun tanpa menetapkan indikator yang rinci dan jelas, serta program konervasi ex-situ masih bersifat parsial dan belum selaras dengan upaya konservasi harimau sumatera di alam.
Ancaman terhadap eksistensi harimau Sumatera adalah perburuan liar beserta memperdagangkannya, adanya illegal logging atau pembalakan liar yang jelas merusak ekosistem harimau, dan kehilangan habitat yang disebabkan oleh manusia dan juga alam. Kerusakan yang disebabkan oleh alam bisa berasal dari kebakaran hutan yang masih saja terjadi di negara kita.
Saat ini di Sumatera memiliki 23 bentang alam atau lanskap yang diidentifikasi menjadi kantung-kantung populasi harimau sumatera yang tersisa. Terbagi menjadi 3 bagian yaitu lanskap besar dengan daya dukung lingkungan untuk lebih dari 70 harimau, lanskap sedang untuk populasi lebih kecil dari 70 dan lanskap kecil berupa lahan gambut yang tidak terlalu luas. Selain itu sebenarnya banyak juga harimau yang hidup di luar kawasan teridentifikasi tersebut. Maka di dalam dokumen SRAK harimau sumatera periode 2018-2028 akan ada strategi untuk menjaga populasi harimau di luar bentang alam yang dikelola atau di luar kawasan konservasi.
Selama ini FHK telah membina banyak sekali relawan yang mereka sebut dengan nama Tiger Heart. Mayoritas terdiri dari mahasiswa & mahasiswi yang ada di Sumatera. Namun ada juga jejaring relawan yang berada di Jawa seperti Jakarta dan Purwokerto. Jaringan Tiger Heart itu mempunyai fungsi tersendiri dalam mendukung konservasi harimau sumatera. Ke depannya FHK akan terus mensupport dan mendorong Tiger Heart, karena jika tidak mulai sekarang kita mempersiapkan generasi muda dalam upaya perlindungan harimau maka siapa lagi yang bisa diharapkan kelak.
FHK membuka pintu lebar-lebar buat generasi muda yang ingin tergabung dalam konservasi harimau sumatera. Mulai dari hal-hal yang sederhana semisal menjaga alam lingkungan sekitar kita, lalu berikutnya bisa ikut berkontribusi dalam hal edukasi. Di level selanjutnya bisa lebih aware lagi, misalnya peduli pada perdagangan satwa liar termasuk harimau secara online. Jika positif ilegal bisa melaporkan langsung ke instansi terkait seperti BKSDA di provinsinya masing-masing.
*) Makalah ini disampaikan dalam KAGAMA Goes Green Webinar berjudul “Global Tiger Day 2020 – Harimau Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Proyeksi Akan Datang” Minggu 9 Agustus 2020