Karawitan Kagama Jember Ikut Meriahkan Pagelaran Wayang Kulit di RRI Jember

Oleh: Humas Kagama Jember

Grup karawitan Kagama Jember ikut berpartisipasi pada pagelaran wayang kulit yang dihelat di halaman RRI Jember, Sabtu (10/8). Pentas wayang kulit tersebut merupakan hajatan yang diadakan oleh Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) dalam rangka pelantikan 17 ketua komisariat HISKI seluruh Indonesia.

Wayang kulit semalam suntuk yang dipentaskan mengambil lakon “Pandawa Syukur”, menceritakan tentang keberhasilan para Pandawa membuka hutan Wanamarta dan berhasil mendirikan Negara Amarta atau Indraprastha. Sebagai tanda syukur kepada Sang Hyang Widhi, mereka menyelenggarakan sesaji Raja Suya yaitu suatu selamatan yang harus dihadiri 100 raja.

Dalang yang mementaskan adalah warga Kagama bernama Trisula Aji Manohara Sajati atau dikenal sebagai Ki Aji Carito. Ia sempat tampil di Balairung ketika masih menjadi mahasiswa S1 FIB UGM di Dies Natalis UGM tahun 2018. Kini ia sudah lulus S2 dari Program Magister Sastra UGM.

Sebuah kehormatan, Kagama Jember diberi kesempatan untuk turut serta sebagai karawitan pembuka dalam acara yang melestarikan kesenian dan budaya adiluhung bangsa. Kagama Jember memainkan gending “Lancaran Sasanti Gadjah Mada”, “Makaryo”, “Gugur Gunung”, dan “Asmaradana”.

Yang menarik hampir semua pucuk pimpinan Kagama Jember ikut pentas, mulai dari ketua umumnya, sekretaris, hingga bendahara. Sebagai bukti bahwa Kagama Jember peduli pada kelestarian seni tradisi negeri ini.

Sekretaris Kagama Jember yang juga ikut pentas memainkan saron, Ivan Syahbana mengatakan, walaupun baru terbentuk lagi sejak bulan bulan Juni 2024 yang lalu, para pemain karawitan Kagama Jember tampak sangat percaya diri. Karena beberapa minggu sebelum pentas mereka sudah latihan intensif di bawah bimbingan suami istri Hadi Susilo dan Dr. Asri Sundari, pemilik Sanggar Mustika Budaya Jember, yang juga merupakan anggota Kagama Jember.

Menurut Ivan sebagian besar pemain bahkan tidak mempunyai latar belakang karawitan sama sekali. Hanya pemain bonang barung, Endang Sulistyowati yang pernah main. Itupun ketika ia masih duduk di bangku SMP puluhan tahun yang lalu.

“Saking semangatnya bahkan salah satu anggota pemain, Purwati Harini yang baru mengalami cedera kaki masih tetap ikut tampil walaupun berjalan tertatih-tatih dengan kruknya,” ujarnya.

Ivan menambahkan, Kagama Jember merasa bangga diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah event budaya. Meski dalam ruang lingkup yang relatif kecil, namun yang terpenting adalah Kagama Jember turut berperan serta melestarikan kesenian dan budaya bangsa sendiri.

“Kalau bukan kita, lalu siapa yang nguri-uri seni tradisi negeri ini. Jangan sampai budaya adiluhung kita punah karena tidak ada yang merawatnya,” pungkasnya.