Sabtu (3/4/2021) pukul 10:00 – 14:00 WIB, Pengurus Pusat (PP) Kagama kembali menyelenggarakan webinar melalui aplikasi Zoom Meeting bertema KAGAMA Scholarship Series, yang merupakan rangkaian kegiatan terkait beasiswa studi lanjut ke luar negeri. Pada seri kedua kali ini mengupas tuntas bagaimana mendapatkan beasiswa di Rusia, menghadirkan 3 narasumber, yaitu Azis Nurwahyudi (Wakil Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus), Alfachreza Azure (People’s Friendship University of Russia & Ketua Indonesia Rusia Youth Association), Dana Riksa Buana (National Research Tomsk State University). Berkenan memberikan kata sambutan adalah Prof. Dr. Paripurna P. Sugarda, SH, M.Hum., LL.M (Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni). Acara dipandu oleh Triza Yusino sebagai moderator dan Muthe Muthiah sebagai MC.
Dalam kata sambutannya Prof. Paripurna memberikan apresiasi kegiatan Kagama Scholarship yang memberikan informasi kepada civitas akademika UGM dan masyarakat luas terkait studi lanjut ke luar negeri. Seluk beluk kehidupan di negara tujuan studi juga harus dipersiapkan oleh para calon dan penerima beasiswa. Persiapan yang cukup harus diperhatikan terutama pada urusan administrasi, program studi yang ingin dituju, juga perlu kesiapan fisik maupun mental.
“Persahabatan Indonesia dan Rusia sudah terjalin dari lama, Di Rusia ada sebuah masjid bernama masjid biru atau blue mosque yang juga populer disebut masjid Soekarno oleh masyarakat Rusia. Produk-produk makanan dari Indonesia juga banyak terdapat di Rusia. Sehingga, orang Indonesia yang ingin melanjutkan studi di Rusia tidak perlu khawatir” ujar Prof. Paripurna.
Narasumber pertama, Azis Nurwahyudi menjelaskan terkait mengapa Rusia menjadi tempat tujuan studi mahasiswa Indonesia. Dilatarbelakangi oleh hubungan persahabatan antara Indonesia dan Rusia sudah terjalin cukup lama, secara historis ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda yang beribukota Batavia, Rusia sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Rusia yakni dibawah Tsar Nicholas II. Hubungan formal kenegaraan Indonesia dan Rusia terjalin pada masa awal kemerdekaan. Rusia termasuk segelintir negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia.
“Terbukti pada tahun 1950, di Rusia tepatnya Saint Petersburg State University sudah adanya program studi kajian Indonesia yang menunjukkan hubungan Indonesia dan Rusia dalam dunia pendidikan sudah terjalin sejak lama. Begitupun di Indonesia, pada tahun 1962 didirikan program studi Sastra Rusia di Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran. Hingga saat ini, Hubungan persahabatan Indonesia-Rusia masih terjalin harmonis dan baru-baru ini pada tahun 2017 didirikannya studi Indonesia di Kazan Federal University.” ujar Azis yang juga alumnus jurusan Hubungan Internasional, Fisipol UGM.
Azis mengungkapkan isu-isu miring terkait Rusia dimasa lalu yang bernama Uni Soviet itu sudah tidak berlaku. Rusia pada masa sekarang bukan negara dengan corak pemerintahan komunis. Saat ini, Rusia merupakan negara demokratis yang di mana adanya pemilihan umum untuk presiden, perdana menteri dan anggota parlemen. Rusia merupakan negara maju yang mempunyai industri dan teknologi yang terdepan. Terlihat dari PDB Rusia yang masuk dalam kategori negara berpenghasilan tinggi yang tidak kalah dari negara-negara Eropa dan Amerika. Rusia juga negara yang secara geografis sangat luas yang terbentang dari Saint Petersburg di bagian barat dan Vladivostok di sebelah timur. Luas wilayah Rusia adalah 10 kali dari luas wilayah Indonesia.
“Sehingga banyak manfaat yang bisa diambil dari persahabatan Indonesia dan Rusia tidak hanya pada bidang politik, ekonomi, dan militer namun juga pada bidang pendidikan dan kebudayaan. Jumlah mahasiswa Indonesia yang mengambil studi di Rusia sudah mencapai angka 800 orang.” ujar Azis menutup paparannya.
Narasumber kedua, Alfachreza Azure menceritakan pengalamannya menempuh studi master di Rusia, tepatnya di Global Security & Development Cooperation, People’s Friendship University of Rusia (RUDN). Alfachreza ingin membagikan tips dan trik yang dipergunakan dalam meraih beasiswa studi di Rusia. Program beasiswa dari pemerintah Rusia dapat diperoleh pada situs resmi Russian Government Scholarship yang buka pada bulan Desember.
“Pada periode Desember hingga Januari semua dokumen harus sudah tersedia dan paling utama di lihat adalah abstrak penelitian yang harus mengikuti focus interest yang tersedia di Rusia. Perlu mencari dan mengetahui terlebih dahulu terkait program studi apa yang ingin dituju. Persyaratan TOEFL tidak menjadi persyaratan wajib karena seluruh program studi di Rusia menggunakan bahasa Rusia sebagai bahasa pengantar. Sebelum memasuki program studi yang dituju, mahasiswa diberikan fasilitas belajar satu tahun bahasa Rusia.” ujar Alfachreza
Alfachreza menambahkan, setelah proses belajar bahasa Rusia, calon mahasiswa akan diberikan pilihan sejumlah enam universitas dengan satu pilihan studi. Setelah universitas dipilih oleh calon mahasiswa, akan diarahkan langsung untuk melengkapi adminitrasi dokumen seperti passport, visa, medical check-up file dan berbagai dokumen penunjang lainnya. Calon mahasiswa sesampainya di Rusia, akan didampingi oleh pihak pendidikan tinggi dan universitas yang dipilih di Rusia dan diberikan uang bulanan yang berbeda pada setiap jenjang studi S1, S2 maupun S3.
“Walaupun tidak diwajibkan mahir berbahasa Inggris, kemampuan bahasa inggris tetap diperlukan ketika sudah tinggal Rusia karena akan memudahkan dalam mempelajari bahasa Rusia. Terjemahan dari bahasa Rusia ke Bahasa Inggris lebih mudah dipahami makna dan artinya ketimbang dari bahasa Rusia ke Bahasa Indonesia.” kata Alfachreza mengakhiri ceritanya.
Narasumber ketiga, Dana Riksa Buana menggambarkan kehidupan studi doktoral di Rusia. Dana membagi pembahasannya menjadi tiga bagian yakni, beasiswa studi di Rusia, sistem pendidikan doktoral di Rusia dan pembelajaran doktoral di Rusia. Ada dua tipe beasiswa untuk studi lanjut ke Rusia yaitu beasiswa dari pemerintah Rusia dan beasiswa dari kampus / universitas.
“Beasiswa pemerintah Rusia mencakup seluruh program sarjana, master dan doktoral yang menanggung seluruh pembiayaan terkait akomodasi, kebutuhan hidup dan biaya penunjang fasilitas. Beasiswa kampus memiliki perbedaan dalam menanggung pembiayaan studi, ada yang menanggung seluruh pembiayaan dan ada yang parsial dengan persentase yang telah disepakati kampus dan mahasiswa yang menerima beasiswa tersebut.” ujar Dana yang merupakan pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana Jakarta.
Dana menjelaskan sistem pendidikan doktoral di Rusia sedikit berbeda dengan program doktoral di Eropa Barat maupun Amerika. Pendidikan Doktoral di Rusia setara dengan ijazah Ph.D dan D.Sc. Rusia belum memiliki sistem pendidikan doktoral riset penuh. Pembelajaran doktoral di Rusia juga cukup unik dalam menyelesaikan studi Ph.D yang ditempuh dalam waktu studi 3 tahun untuk bidang ilmu sosial dan 4 tahun untuk bidang ilmu saintek, di luar program bahasa. Secara rinci dibagi dalam tiga tahapan yakni, tahapan pertama lulus ujian bahasa, lulus ujian mata kuliah filsafat, dan lulus mata kuliah pedagogic pendidikan tinggi. Tahapan selanjutnya, lulus ujian bidang studi, lulus praktikum bidang studi, lulus praktikum pedagogis dan pengajaran. Tahun terakhir, memenuhi minimal 4 publikasi sesuai bidang kajian (melalui Vak, Scopus, atau WOS), lulus ujian negara (kompre), dan lulus ujian tesis secara internal maupun eksternal.
Gambaran cukup jelas yang dipaparkan ketiga narasumber menjadi informasi yang komprehensif sebagai pengetahuan awal untuk melanjutkan studi di Rusia. Melanjutkan studi di Rusia tidak kalah hebatnya daripada melanjutkan studi di Eropa Barat maupun Amerika. Hubungan persahabatan Indonesia dan Rusia yang terjalin erat dan kokoh seperti dua stadion kembar, Gelora Bung Karno di Jakarta dan Luzhniki Olympic Complex di Moskow. [arma]
*) Materi webinar selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channnel: