Kagama Lampung Bikin Latihan Modifikasi Olahan Singkong Jadi Camilan ala Prancis

Sebagai tindak lanjut dari program ketahanan pangan dan diversifikasi kuliner non beras, Kagama Pengda Lampung memberikan pelatihan cara pembuatan makanan olahan berbasis singkong kepada ibu-ibu anggota Kelompok Tani Wanita (KWT) Bina Petani Liman Benawi, Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah,  di rumah salah satu anggotanya, Maisaroh, Sabtu (29/7/2023). Seminggu sebelumnya, telah diberikan pelatihan mengolah makanan dengan bahan baku singkong juga, yaitu keripik sanjai, peuyeum, marmer cassava cake, yang dimentori oleh 2 warga Kagama Lampung, Sri Wahyuni dan Rinda Mulyani.

Kali ini pelatihan diberikan oleh anggota Kagama Lampung bernama Mamiek Tri Hutami yang mengajarkan cara pembuatan cemilan ala Prancis bernama cassava quiche loraine dan prol tape dengan memodifikasi bahan dari campuran tape singkong.

Kegiatan semi formal tersebut dihadiri oleh Wakil Ketua Pengda Kagama Lampung, Sri Waluyo, bendahara Ruri Astuti, serta 3 pengurus lainnya yaitu Ely Jazdzyk, Sri Wahyuni, dan Rinda Mulyani.

Dalam kata sambutannya, Sri Waluyo mengatakan, program diversifikasi kuliner berbasis singkong bertujuan untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap singkong. Selama ini singkong dipandang lebih rendah dari beras, namun sesungguhnya singkong merupakan pengganti makanan pokok terbaik dengan kandungan nutrisinya yang lebih lengkap.

“Di Lampung sawah terbatas, potensi utamanya ladang dan kebun. Lampung dikenal secara nasional sebagai produsen singkong nomor satu. Daerah kita ini kuat komoditi singkongnya, yang mana saat ini lebih banyak diambil tepung tapiokanya. Nah, program Kagama menanam singkong tujuan utamanya adalah untuk ketahanan pangan,” tuturnya.

Seiring perkembangan zaman, lahan pertanian semakin menyusut oleh pembangunan, seperti jalan tol, rumah, industri, dan lainnya. Maka, menurutnya singkong bisa menjadi juru selamat pangan masyarakat.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung itu menambahkan, saat ini olahan makanan dari singkong yang dimodifikasi sesuai selera anak muda sudah banyak ditemukan di kafe-kafe dan restoran. Ia bercerita ketika pulang dari Bogor mampir di suatu restoran, makan puding tape, terasa halus sekali, rasanya enak, dan harganya tentu saja lebih mahal. Makanya ia meminta jangan pandang rendah singkong.

“Saya berharap, ke depannya Kagama bisa memberikan lebih banyak inovasi makanan berbahan dasar singkong dan turut mendampingi pemasaran produk tersebut. Semoga nanti bisa lebih banyak lagi membantu perekonomian keluarga,” pungkas Sri Waluyo.

Sementara itu, Mamiek Tri Hutami menjelaskan sejak dulu sudah ada makanan dan camilan olahan berbahan singkong, tetapi mungkin kurang diminati anak-anak muda. Dengan melakukan modifikasi camilan atau kuliner masa kini berbahan baku singkong, diharapkan anak-anak muda akan lebih menyukainya.

“Makanya hari ini kita akan belajar membuat cassava quiche loraine dan prol tape. Cassava quiche loraine ini merupakan camilan asal Prancis, tetapi kita modifikasi dengan pangan lokal yaitu singkong kukus yang dihaluskan. Camilan ini pantas hadir di menu-menu kafe dan diterima di pasar modern,” kata Mamiek.

Ibu-ibu KWT Liman Bemawi yang ikut pelatihan dengan semangat ikut bersama-sama mempraktekkan pembuatan dua jenis makanan olahan singkong tersebut dan mencicipi hasil buatan mereka sendiri. Sang tuan rumah, Maisaroh, tak kuasa menyembunyikan pujiannya. Menurutnya rasanya sangat lezat, dan hal itu diamini oleh ibu-ibu lainnya. Semuanya mengacungkan jempo; usai mencicipi dua hidangan yang fresh from the oven itu.