Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam rangkaian memperingati dies natalis UGM yang ke-73 tahun ini, kembali UGM menganugerahkan penghargaan kepada insan-insan yang berprestasi di lingkungan civitas akademikanya. Acara penganugerahaan digelar di Grha Sabha Pramana, Rabu (2/11/2022) malam, dihadiri oleh sekitar 200 orang baik mereka yang menerima penghargaan maupun tamu undangan.
Ada yang istimewa dari malam penganugerahan penghargaan kali ini, yaitu tampilnya Kagama Komunitas mempersembahkan fragmen teater tari berjudul “Wira Prasetya Palapa”, selama sekitar 15 menit sebagai pembuka acara. Meski cuma tampil dalam waktu yang relatif singkat, namun ternyata sangat berkesan bagi para tamu undangan yang hadir. Tepuk tangan terdengar begitu bergemuruh ketika pentas usai.
Pentas merupakan kerja kreatif bersama 3 komunitas Kagama, yaitu Kagama Teater, Kagama Beksan, dan Kagama Sekar Gending, yang melibatkan pula adik-adik mahasiswi dari UKM UKJGS (Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta). Total didukung oleh 3 orang aktor, 12 penari, 20 pengrawit, dan 8 orang tim back stage.
Tentang keterlibatan UKM UKJGS, sutradara pementasan sekaligus ketua Kagama Teater, Patah Ansori, mengatakan hal itu tak lepas dari hasil pertemuan antara Wakil Rektor Bidang Alumni, Kemahasiswaan, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dr. Arie Sudjito dengan beberapa perwakilan Kagama Komunitas bulan Agustus 2022. Salah satu point pentingnya waktu itu adalah Dr. Arie berpesan untuk meningkatkan sinergi antara UGM dengan alumni.
“Keterlibatan adik-adik mahasiswi adalah pada dasarnya melaksanakan amanah yang disampaikan mas Warek,” ujar Patah.
Patah menjelaskan episode “Wira Prasetya Palapa” dari serial Wira Pertiwi Tribuwana Tunggadewi menampilkan betapa tepat pengambilan keputusan penguasa Majapahit pada waktu itu untuk mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih, menggantikan Arya Tadah yang pensiun. Mengenai mengapa memilih episode tersebut, Patah menuturkan memang tujuannya sekalian untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda. Tari Wira Pertiwi karya almarhum Bagong Kussudiardjo yang bernuansakan keperwiraan kaum perempuan dikemasnya menjadi sebuah fragmen teater tari untuk menyampaikan semangat yang terkandung dalam Sumpah Palapa Gajah Mada, yakni semangat Dwipantara, semangat untuk memperjuangkan persatuan dan kejayaan Nusantara.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga pentas berlangsung lancar dan sukses. Kolaborasi 3 komunitas terjalin secara baik meski belum lama berinteraksi. Saya pribadi berharap kolaborasi akan terus berlanjut. Memang ada rencana akan menggelar pentas sendiri yang lebih kolosal, namun tanggal belum bisa dipastikan. Mohon doa restunya saja semoga bisa terwujud dalam waktu dekat,” ucap Patah seusai pertunjukan berakhir.