Rekam jejak pengabdian Kagama Care di Kampung Ledok Gowok, Caturtunggal, Depok, Yogyakarta sudah berlangsung sejak bulan Juni 2020 lewat gerakan canthelan. Saat itu Kagama Care menginisiasi canthelan dan berjalan baik di bawah koordinasi 2 aktivisnya yaitu Isma Kurniatanti dan Ika Andreyo.
Lalu ketika canthelan sudah diambil alih oleh warga secara swadaya, Isma dan Ika selanjutnya memberikan pendampingan kepada warga menggarap tanah kosong milik kampung yang berada tepat di pinggir Kali Gajah Wong. Beberapa jenis benih mereka mintakan kepada Kagama Care – Ketahanan Pangan, seperti terong, cabai, tomat. kacang panjang, dan kangkung. Benih-benih tersebut ditanam di lahan kosong yang disebut kebun bersama. Lalu bibit juga disebar kepada 8 kelompok kecil untuk ditanam warga yang mempunyai pekarangan cukup luas.
Waktu itu kendalanya adalah terletak pada ketersediaan pupuk. Jika beli anggarannya tidak ada, sedangkan kalau bikin pupuk organik sendiri warga banyak yang belum paham. Maka pada bulan September diadakan pelatihan composting dan eco enzyme bagi warga. Warga diajarkan mengolah limbah organik rumah tangga seperti ampas buah dan sayuran, minyak jelantah, dll menjadi bermacam-macam produk turunan seperti cairan yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pengganti detergen, sabun, cairan pembersih lantai, juga pupuk organik.
Masih dalam rangkaian pelatihan yang dilakukan bulan September yang lalu, pada hari Minggu (22/11/2020) Isma dan Ika, mewakili Kagama Care, mengadakan pelatihan membuat sabun cuci berbahan dasar minyak jelantah buat warga Ledok Gowok. Lokasi pelatihan di pos ronda RW 06 yang dihadiri oleh 12 ibu-ibu dari RT 14 dan 15.
Sebelum pelatihan dimulai, rekan Isma seorang staf pengajar di UIN Yogyakarta bernama Esti Wahyu Widowati menjelaskan tentang bahayanya minyak jelantah atau minyak goreng yang telah dipergunakan menggoreng berkali-kali. Minyak jelantah (waste cooking oil) atau minyak goreng bekas sebenarnya dikategorikan sebagai limbah karena berpotensi merusak lingkungan dan menimbulkan sejumlah penyakit. Juga diduga mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang terbentuk selama proses penggorengan, seperti peroksida dan epoksida. Senyawa-senyawa inilah yang menyebabkan pemakaian minyak jelantah dalam waktu lama akan beresiko menyebabkan kanker, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, dan hipertensi.
Mengingat resiko yang mungkin timbul akibat penggunaan minyak jelantah, disarankan untuk membatasi penggunaan minyak goreng untuk penggorengan secara berulang maksimal dua kali. Merujuk pada gaya hidup zero waste, maka penggunaan minyak goreng perlu dikurangi setiap harinya supaya tidak menimbulkan limbah minyak jelantah. Namun, jika ternyata kita memiliki minyak jelantah, harus diperhatikan pembuangannya agar tidak di sebarang tempat karena dapat mencemari lingkungan.
Di samping itu, salah satu cara mengurangi limbah minyak jelantah adalah dengan memanfaatkannya sebagai bahan pembuat sabun. Kandungan asam lemak dalam minyak jelantah memungkinkan untuk terjadinya reaksi hidrolisis dengan penambahan suatu alkali, sehingga minyak jelantah dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan sabun.
Berikutnya tugas Ika yang menjelaskan dan mempraktekkan proses pembuatan sabun cuci berbahan dasar minyak jelantah. Menurut Ika tidak sulit membuatnya, juga bahan bakunya. Bahan-bahan yang dibutuhkan tentu saja minyak jelantah. Lalu soda api, air dan pewangi / aroma.
Cara membuatnya:
- Campur 16 gr soda api dan 27 ml air, aduk sampai larut dan tunggu sampai dingin.
- Jika sudah dingin, tuang minyak ke campuran soda api, aduk sampai kental dan berat.
- Tambahkan pewangi dan cetak
- Diamkan 24 jam, lepas dari cetakan. Diamkan 3 minggu dan siap dipakai
Ibu-ibu peserta pelatihan sangat antusias mengikuti praktek pembuatan sabun. Mereka dengan tekun menyimak prosesnya. Mereka mengakui ilmu sederhana yang diajarkan tim Kagama Care dirasa sangat bermanfaat buat mereka, karena hampir semua rumah tangga mempunyai masalah sampah organik, termasuk limbah minyak jelantah.
Di akhir pelatihan mereka berharap Kagama Care lebih sering mengadakan pelatihan serupa. Isma dan Ika dengan tangan terbuka menghargai permohonan warga dan berjanji suatu saat akan kembali mengadakan kegiatan yang sederhana namun bermanfaat serta tepat guna buat kebutuhan warga.
Leave a Reply