Oleh: Arif Budi Haryanto
Era pandemi Covid-19 telah membuka pintu portal teknologi dan kesadaran masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi informasi pada semua aspek kehidupan. Migrasi dari penggunaan sistem manual ke sistem digital berlangsung sangat cepat dalam kurun waktu beberapa bulan saja. Salah satunya adalah digitalisasi transaksi perbankan baik pembayaran, kredit, investasi dan lain sebagainya. Segala kegiatan bisnis mulai berjalan pada platform pembayaran digital, baik untuk transaksi besar hingga transaksi harian yang remeh.
Namun dalam beberapa hal masih banyak dijumpai masyarakat yang masih gagap dan belum sepenuhnya melek teknologi digital. Hal tersebut mempunyai konsekuensi negatif dengan munculnya berbagai macam tindak kejahatan yang memanfaatkan ketidakpahaman dan kelengahan masyarakat. Menjadi tugas bersama dari masyarakat terdidik salah satunya Kagama untuk berperan serta memperluas wawasan masyarakat terhadap penggunaan teknologi digital dan internet dalam segala urusan perbankan dan financial lainnya. Hal inilah yang menjadi tema untuk Kagama Balikpapan Weekend Sharing #7 pada hari Minggu (15/11/2020).
Sebagai keynote speaker adalah Putut Ariwibowo, alumnus Teknik Sipil UGM tahun 1985, yang juga sebagai Ketua III Bidang Pengembangan Usaha PP Kagama. Putut memaparkan bahwa dari data tahun 2019, penipuan transaksi online lebih dari 50 ribu laporan, dengan rata-rata kerugian per transaksi 1,7 juta. Bisa dibayangkan berapa rupiah transaksi yang salah arah atau jatuh ke pihak yang tidak berhak. Paling tinggi penipuan ada di platform yang paling dikenal masyarakat, yaitu Instagram sebesar 46%, kemudian Whatsapp 28% dan Facebook 12,9% . Modusnya rata-rata belanja online, pinjaman online, pembajakan, dan lain-lain.
Putut melanjutkan, untuk investasi baik online maupun biasa ada 4 (empat) karakter yang harus kita pahami, yaitu tujuan investasi, proyeksi investasi, perhitungan resiko dan bisa dikontrol. Sehingga kita tidak mungkin membiarkan dana kita masuk ke investasi dan berharap bisa berkembang sendiri Ini bukan masanya lagi, karena kita harus perhatian dengan investasi yang kita ikuti.
Menurut Putut ada 8 (delapan) tips investasi online, yaitu investasi pada platform yang sudah berlisensi dari OJK; riset sebelum investasi; pahami sistem investasinya termasuk bagaimana revenue nya; jangan percaya pada keuntungan yang tidak masuk akal; pastikan tidak ada unsur money game atau skema Ponzi; teknik diversifikasi yaitu memecah beberapa investasi untuk memecah resiko; mulai dengan budget kecil dan terakhir pahami semua resiko investasi.
Pembicara kedua adalah Made Yoga Sudharma selaku Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kaltim. Made menjelaskan tugas OJK adalah mengatur dan mengawasi industri jasa keuangan, seperti sektor perbankan, industri keuangan non bank dan pasar modal. Adapaun cara OJK melindungi konsumen dan masyarakat yaitu dengan pencegahan/preventif berupa edukasi guna meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan produk dan layanan keuangan serta penindakan/kuratif. Untuk kasus penindakan ada 1 (satu) lembaga SWI (Satgas Waspada Investasi) yang menilai apakah ada investasi yang ditengarai illegal berdasarkan aduan masyarakat.
Made menyarankan untuk mewaspadai investasi illegal, dengan mengetahui secara detail apa yang dibeli. Biasanya masyarakat kecewa ketika tidak bisa memaksimalkan jasa keuangan yang dimiliki pada saat mereka butuhkan, karena ada hal-hal yang bersifat detail tidak diketahui. Contohnya di asuransi, ada yang klaimnya ditolak sehingga ada stigma tidak perlu ikut asuransi, padahal bukan produknya yang tidak pas, tapi pengetahuan masyarakat yang tidak detail terhadap produknya itu sendiri. Sehingga saat berinvestasi, pastikan 2L yaitu legal dan logis.
Pembicara selanjutnya adalah Gandang DH. Sugiharto, seorang analis implementasi kebijakan sistem pembayaran di Bank Indonesia Provinsi Kaltim. Gandang mambawakan materi dengan judul “Peran Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran”. Adapun tugas Bank Indonesia sesuai Undang Undang adalah moneter, sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah serta stabilitas sistem keuangan. Sesuai misi sistem pembayaran Bank Indonesia mempunyai tujuan membuat sistem pembayaran yang aman, efisien, lancar dan andal dengan memperhatikan perluasan akses dan tentunya perlindungan konsumen.
Gandang menjelaskan tentang visi blueprint system pembayaran Bank Indonesia yaitu mendukung integrase ekonomi-keuangan digital nasional; mendukung digitalisasi perbankan; menjamin interlink antara fintech dengan perbankan; menjamin keseimbangan antara inovasi dengan consumers protection, integritas dan stabilitas serta persaingan usaha yang sehat; dan menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi-keuangan digital antar negara. Lebih lanjut Gandang menerangkan tentang instrument sistem pembayaran ritel berupa APMK atau Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, seperti kartu kredit, kartu ATM dan kartu debit serta uang elektronik seperti e-toll, gopay, dana, dan lain-lain.
Di akhir paparannya, Gandang memberikan tips mengenai keamanan transaksi secara daring bahwa keamanan data yang dimiliki nasabah harus dijaga, karena trendnya kecurangan ini melakukan social engineering dengan menggali data nasabah untuk transaksi secara online. Ada 3 (tiga) data yang perlu dijaga oleh nasabah yang menjadi otorisasi secara online adalah what you have, what you know dan what you are.
Nara sumber berikutnya adalah Andi Asni dari Bank Syariah Mandiri Balikpapan. Pertumbuhan transaksi digital di bank terlihat di saat terjadinya covid-19. Pertumbuhan kredit melambat, aktivitas ekonomi menurun, suku bunga acuan yang dipangkas mempengaruhi pendapatan non bunga bank, memaksa bank melakukan transformasi khususnya strategi digital supaya bisa bertahan di kondisi saat ini. Hal ini memang memberi keuntungan pihak bank dari sisi efisiensi, penghematan biaya operasional, meningkatkan efektifitas manajemen, dan memberikan pengembangan produk dan layanan untuk nasabah sesuai kebutuhannya.
Andi juga menerangkan tentang wealth management application atau aplikasi manajemen keuangan, karena ada tools yang mana kita bisa menghitung berapa investasi yang ingin kita lakukan. Selain itu kita bisa mengakses berapa portofolio yang aman dari harta kita miliki supaya bisa masukkan ke investasi, katanya mengakhiri.
Nara sumber terakhir Akhmad Saekhu yang merupakan pengusaha nasi kebuli yang merupakan pengguna transaksi online. Saekhu menceritakan tantangan dalam transaksi dengan pembeli, yaitu pembayaran masih multi platform di tiap perbankan, dimana perbankan mengeluarkan Electronic Data Capture (EDC) atau mesin penerima pembayaran yang dapat menghubungkan antar rekening bank dengan edisi dan kebijakan masing-masing, sehingga harus menyediakan tempat di kasir mesin EDC dengan bank yang berbeda. Saekhu berharap adanya platform yang sederhana yang bisa menghubungkan bank yang berbeda di 1 (satu) mesin EDC.
Moderator webinar kali ini adalah Mardatillah, alumnus S-2 UGM fakultas Psikologi tahun 2001. Marda yang sehari-hari sebagai Ketua STIE Madani mampu berinteraksi dengan nara sumber dan memberikan narasi yang sesuai, karena sehari-hari juga mengajar di kampus yang sama. Peserta webinar kali ini hampir mencapai 150 peserta.
*) Webinar bisa dilihat di channel youtube Kagama Balikpapan: https://www.youtube.com/watch?v=496TWMul3tE
Leave a Reply