KAGAMA Babel Gelar Halalbihalal, Ada Pesan Ikut Menjaga Kelestarian Alam

Oleh: Humas Kagama Babel

KAGAMA Bangka Belitung menggelar acara halalbihalal dan temu kangen di Pantai Cemara, Desa Rebo, Kec. Sungailiat, Bangka, Minggu (19/5). Lokasi yang dipergunakan merupakan kawasan hutan lindung yang berada di pesisir timur Pulau Bangka. Kawasan tersebut telah dikelola menjadi daya tarik wisata baru, yang berdampak bagi pelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Acara dihadiri sekitar 150 warga Kagama beserta keluarganya yang berada di Babel. Turut hadir sejumlah tamu undangan, antara lain Pj. Sekda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Fery Afrianto (Teknik Geologi 1989), Kepala BPDAS Baturusa-Cerucuk Kep. Bangka Belitung, Muchtar Effendi (Kehutanan 1999), dan Pembina Kagama Babel, Eddy Zuniardi (Pertanian 1977).

Acara dimulai dengan menikmati hidangan makan siang, berupa menu spesial kambing guling 2 ekor yang disajikan oleh “Mitra Aqiqah”. Lalu ada pula es coklat istimewa produk “Kamiz Choc’s”. Panitia memilih kedua UMKM tersebut, sebagai bentuk dukungan Kagama Babel kepada pengusaha lokal dengan semangat enterpreneurshipnya.

Selain menu andalan kambing guling, panitia juga menyuguhkan tongseng ayam kampung, gulai kambing, ayam krispi, aneka sambal, serta bermacam cemilan seperti lemper, empek-empek, risoles, dll. Ditambah potluck aneka minuman dan buah-buahan, sumbangan dari anggota Kagama Babel.

Untuk memeriahkan acara, gathering dimeriahkan dengan permainan untuk anak-anak dan bapak-bapak. Menang kalah tidak penting, yang penting semuanya bahagia dapat bingkisan dari panitia. Selain itu, peserta bebas bermain sampan dan motor ATV di lokasi wisata Pantai Cemara.

Ketua panitia acara, Pujianti (Pascasarjana Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2019) dalam kata sambutannya menyampaikan, bahwa keberadaan Kagama Babel sangat mendukung dan membantu pekerjaannya sebagai CSR Pertamina. “Pertamina mendukung sepenuhnya aktivitas yang dilakukan Kagama Babel, sepanjang kegiatannya positif dan bermanfaat,” ujarnya.

Mewakili Ketua Pengda Kagama Babel yang tidak bisa hadir karena suatu hal, Drh. Suhadi (Kedokteran Hewan 1983) mengutarakan bahwa Kagama Babel selalu guyub rukun, menjunjung tinggi kebersamaan dan kerukunan. “Ketika itu terwujud, maka harus migunani tumraping liyan atau bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya,” pesannya.

Sementara itu, dalau tausiyahnya Ketua Dewan Pembina Kagama Babel, Prof. Bustami Rahman (Sosiologi 1971) menyampaikan kebanggaannya terhadap UGM yang memiliki sifat kesederhanaan, sebagaimana dicontohkan, salah satunya oleh tokoh pendiri UGM, Prof. Harjono, yang ke mana-mana naik sepeda. Menurutnya, nilai itu harus jadi pegangan setiap alumni UGM.

Prof. Bustami menambahkan berkenaan dengan menjaga dan menguatkan hubungan persaudaraan antar sesama, UGM merupakan universitas yang dari awal konsisten memegang teguh nilai-nilai kejujuran. Oleh karena itu para alumni harus menjaga dan mengamalkan nilai tersebut.

“Karena UGM didirikan bukan untuk warga Jogja semata tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia,” pungkasnya.

Di akhir acara dipanjatkan doa yang dipimpin oleh salah satu Pimpinan Ponpes At-Toyibah, Balun Ijuk, Merawang, Ustadz Amir Syuhada (Pascasarjana Agama dan Lintas Budaya 2011). “Marilah kita menguatkan nilai-nilai persaudaraan dengan kasih sayang dan saling menghargai antar sesama,” pesannya.

Pada kesempatan terpisah, Ketua Kagama Babel, Warsangka (MIPA Matematika 1984) atau akrab disapa Pakde Songko, mengatakan panitia sengaja memilih lokasi wisata Pantai Cemara sebagai tempat gathering. Ada pesan di baliknya, yaitu Kagama Babel tidak mau ketinggalan ikut serta dan peduli kepada kelestarian lingkungan tempat wisata tersebut.

Pakde Songko menambahkan, suasana penuh kerukunan dan kebersamaan serta kebermanfaatan bagi sesama, semoga tidak hanya dalam kegiatan halalbihalal saja, namun tetap terwujud dalam keseharian, ketika bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurutnya, semangat kerukunan itu tertera dalam kaos seragam bertuliskan “Kagama Seperadik Gale” yang dipakai hampir seluruh peserta.

Seperadik gale bisa diterjemahkan kita semua bersaudara. Artinya kita sebagai warga Kagama tidak boleh tersekat-sekat, tapi harus menjadi satu guyub rukun bersama,” pungkas Pakde Songko.