Kagama Beksan Jabodetabek (KBJ) tak henti-hentinya berkreasi menciptakan tontonan yang sangat mengagumkan. Tepat setahun lalu, KBJ menghelat pagelaran mandiri perdana, sebuah parade tari dan budaya Nusantara berjudul “Cakrawala” di Gedung Pewayangan Kautaman TMII Jakarta.
Pada hari jadinya yang ke-5 tahun ini, kembali KBJ menampilkan pentas kolosal yang luar biasa keren. Berkolaborasi dengaan Paguyuban Wayang Orang Bharata (WOB), KBJ menggelar pentas Drama Tari Kalayatra di Gedung Kesenian Jakarta, Sabtu (10/8).
Sekjen PP KAGAMA, Ari Dwipayana (Foto: Tri H. Sulistiyo)
Sebuah pagelaran yang tidak main-main, karena didukung oleh total 285 orang, meliputi pemain dan crew. Selain itu menampilkan beberapa bintang tamu spesial dari Forum Sekretaris Kementerian Lembaga RI, yaitu Prof. Drs. Anwar Sanusi, MPA., Ph.D. (Sekjen Kementerian Tenaga Kerja RI & Wakil Ketua Umum II PP KAGAMA), Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, S.H., M.H (Sekretaris Badan Pengelola Perbatasan & Pejabat Gubernur Sulawesi Selatan), Dr. Ir. Noor Sidharta, M.H., MBA (Sekjen LPSK RI & Ketua Forum Ses K/L RI), Dr. A.A.G.N Ari Dwipayana, M.Si. (Koordinator Staf Khusus Presiden RI & Sekjen PP KAGAMA), dan Dra. Ni Wayan Giri Adnyani, M.Sc., CHE. (Sekretaris Kemenparekraf / Sekretaris Utama Baparekraf).
Foto: Tri H. Sulistiyo
Kalayatra bisa hadir begitu spektakuler, selain merupakan hasil kerja bersama di antara semua pendukungnya, juga tak lepas ada nama-nama hebat di belakangnya. Mereka adalah Koordinator KBJ, Belinda Arunarwati Margono (Penanggung Jawab), Prabowo Hanifianto (Produser), Teguh “Kenthus” Ampiranto (Sutradara), M. Hanif Adelphi (Direktur Eksternal), Shinta Rizanti Binol (Direktur Internal), Moch. Wahyudi (Direktur Artistik), dan Lukas Danasmoro (Penata Musik).
Dalam kata sambutannya, Sekjen PP KAGAMA, AAGN Ari Dwipayana yang ikut main sebagai Batara Brahma, menyatakan nguri-nguri kebudayaan merupakan pondasi bangsa dari budaya yang adiluhung. “Kalayatra memuat pesan tentang kehidupan. Tontonan dan tuntunan yang disampaikan, semoga bisa menjadi panduan untuk meniti masa depan,” katanya.
Foto: Tri H. Sulistiyo
Pimpinan produksi, Prabowo Hanifianto mengungkapkan alur cerita Kalayatra yang artinya lorong waktu, berkisah tentang tiga tokoh utamanya bernama Abinaya, Bagaskara, dan Diyara yang melintasi lorong waktu ke alam Ramayana. Sebagai para ksatria yang terpilih, ketiga sahabat tersebut berhasil membantu Sri Ramawijaya mengalahkan sang raja raksasa, Prabu Rahwana. Kalayatra juga mengisahkan bagaimana kepercayaan terhadap persahabatan dan diri sendiri dapat menumpaskan angkara murka, sehingga penonton belajar untuk percaya dengan diri sendiri ketika menghadapi rintangan dalam kehidupan.
“Oleh karena itu, pagelaran ini cocok untuk dinikmati siapa saja, terutama bagi mereka yang sedang mencari kepercayaan sejati dalam diri. Seperti yang dialami oleh ketiga tokohnya dalam menemukan kepercayaan diri serta arti pentingnya perjuangan. Kalayatra bukan hanya soal diri kita, tetapi siapa kita semua. Bagaimana kita berbagi tentang rasa,” ucap Prabowo.
Foto: Tri H. Sulistiyo
Direktur internal pementasan, Shinta Rizanti Binol menambahkan Drama Tari Kalayatra yang mengambil tema “Gejolak Jiwa, Tercipta Satria Wiwaha”, menyajikan cerita yang cukup unik dengan meleburkan permasalahan yang sering ditemui di zaman sekarang dan cerita Ramayana. Kombinasi yang lebih dekat dengan anak muda serta membawa audiens untuk merefleksikan diri saat menontonnya. Dengan sentuhan budaya Nusantara, penonton pun juga dibawa untuk melihat kembali kekayaan yang dimiliki negeri ini.
“Kalayatra adalah suatu terobosan dalam seni pertunjukan drama tari yang mengawinkan legenda Ramayana dan kehidupan jaman sekarang, yang diharapkan tidak hanya memberikan suatu tontonan namun juga tuntunan bagi generasi muda dalam mengambil hikmah dalam cerita Ramayana sekaligus mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia,” pungkas Shinta.
Foto: Tri H. Sulistiyo
Sementara itu, penanggung jawab pagelaran, Belinda Arunarwati Margono mengatakan Kalayatra digarap dengan sangat serius oleh KBJ dan WOB. Penataan musik yang tailor made dan fitting cerita dunia anak muda ke dunia wayang, adalah sebuah terobosan untuk peningkatan kualitas penyajian seni budaya di masa kini dan mendatang.
Menurutnya penggarapan Kalayatra dilakukan cukup lama, mulai dari pematangan ide dan konsep, walaupun latihan intensif hanya dilakukan sebulan terakhir. Pemilihan Alas Purwo yang berada di Banyuwangi sebagai background cerita pun dilakukan dengan hati-hati, termasuk kunjungan khusus ke lokasi.
Foto: Tri H. Sulistiyo
“Semua demi totalitas Kalayatra, persembahan KBJ dan WOB. Dan terbukti hasil tidak mengkhianati proses,” ujar Belinda bangga.