Hujan sangat deras yang mengguyur Kabupaten Demak pada awal bulan Februari, membuat beberapa wilayahnya terkena dampak banjir yang cukup parah. Tanggul Sungai Tuntang dan Sungai Wulan sampai jebol karena saking besarnya volume debit air sungai, menyebabkan wilayah di Kec. Karangawen, Kebonagung, Wonosalam, dan Karanganyar tergenang parah. Akibatnya, banyak rumah penduduk yang rusak terendam banjir dan total ada sekitar 29.000 warga dari puluhan desa yang terpaksa harus mengungsi.
Seperti biasanya, apabila ada bencana alam di tanah air dengan cepat PP Kagama memberikan respon, dan apabila dianggap perlu dan memungkinkan maka langkah berikutnya adalah menggelar aksi kepedulian. Kali ini PP Kagama kembali menggandeng Kagama Care (KC), Gelanggang Emergency Response (GER), dan Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (Forkom UKM UGM) dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban banjir Demak. Sebagai koordinator ditunjuk aktivis Kagama Care yang sekaligus sebagai Koordinator Departemen Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana PP Kagama, Nawa Murtiyanto yang akrab disapa Badak.
Tim kolaborasi KC, GER dan Forkom yang berjumlah 15 orang yang berangkat ke Demak memusatkan kegiatannya di Desa Wonorejo, Kecamatan Karanganyar. Dari hasil observasi dan survey awal ditemukan fakta bahwa masih ada beberapa titik yang parah yaitu banjir menggenang setinggi 1-1,5 m, air mulai bau, distribusi logistik belum baik, serta pengungsi yang telah kembali ke rumah kesulitan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Kemudian tim melakukan langkah konkrit yaitu membagikan air bersih dalam kemasan dan sembako, membantu membersihkan rumah warga dan tempat ibadah, serta menguras air sumur yang kotor sampai bersih dan benar-benar layak dipakai airnya. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan air minum tim juga melakukan penjernihan air sampai layak minum dengan alat water purifier.
Koordinator tim, Badak mengatakan tim telah mulai bekerja pada hari Kamis (22/02), dan menurut perkiraan akan selesai selama 7-10 hari ke depan. Semua tergantung bagaimana kondisi di lapangan, namun menurutnya lebih cepat tentu akan lebih baik.
Badak menyatakan, secara prinsip tim bukanlah semacam super hero atau dewa penolong. Ia berpesan kepada anggota tim jangan memandang warga sebagai korban, namun setara dengan tim dalam hal bekerja sama menyelesaikan persoalan.
“Kita tidak boleh memberatkan atau justru pekerjaan kita sampai mengganggu warga. Kita yang harus menyesuaikan dengan kondisi warga!” tegas Badak.
Ia tak lupa mengucapkan berjuta terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pekerjaan tim, seperti Pemkab Demak, BPBD Demak, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Hidup, dsb.
“Dan tentu saja terima kasih kepada warga dan segenap perangkat desa yang telah banyak membantu dengan sangat kooperatif, sehingga pekerjaan kita menjadi dimudahkan,” pungkas Badak.