Kepengurusan Komunitas Kagama Artificial Intelligence (Kagama AI) masa bakti 2024-2029 dikukuhkan oleh PP Kagama di Gedung LPP TVRI, Jakarta, Minggu (11/8). Secara simbolis Sekjen Kagama, AAGN Ari Dwipayana melantik Ajar Edi sebagai Ketua Kagama AI, Sekretaris Sulastama Raharja, dan Bendahara Bayu Kusumadewanto.
Turut hadir dalam acara pelantikan, Wakil Menteri Komunikasi & Informatika sekaligus pembina Kagama AI, Nezar Patria, Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat & Alumni UGM, Dr. Arie Sujito, Ketua II PP Kagama, Anwar Sanusi, Ph.D., Ketua Bidang 1 PP Kagama, Anton Mart Irianto, dll.
Dalam kata sambutannya, Ari Dwipayana mengatakan hal yang terpenting untuk dipelihara di tengah kemajuan teknologi yang masif adalah kebijaksanaan. Lewat kebijaksanaan, teknologi akan memberikan kebaikan untuk semua orang.
“Karena isu yang muncul bagi teknologi itu bukan karena semata-mata kemampuan mengejar teknologi itu tapi kemampuan kita mendefinisikan kemajuan dari teknologi itu,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UGM, Prof. Ova Emilia mengucapkan selamat kepada para pengurus Kagama AI yang dilantik. Lewat KAGAMA AI, ia berharap para praktisi dan akademisi bisa berkolaborasi untuk memberikan kontribusi bagi bangsa.
“Hadirnya Kagama AI harus kita sambut dengan penuh suka cita. Karena nantinya Kagama AI akan berperan sebaai praktisi, sementara teman-teman di universitas berperan di urusan akademisi,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kagama AI terpilih, Ajar Edi menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang mendukung pendirian Kagama AI. Lewat komunitas ini, ia meyakini para alumni UGM mampu memberikan kontribusi pada bangsa lewat pemanfaatan AI.
Pria yang menjabat sebagai Direktor of Government Affairs Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam itu menyatakan bahwa saat ini potensi AI di Indonesia sangat besar. Dengan infrastuktur yang ada, maka ekosistem AI diyakini akan terus berkembang dan memberi manfaat bagi negara.
“Kami yakin akan potensi UGM dan alumninya. KIta tahu alumni UGM tersebar di banyak industri, juga di pemerintahan, civil society, dll. Kita sangat yakin potensi ini bisa kita gabungkan,” ucap Ajar.
Menurutnya, yang menarik adalah para pengembang AI di indonesia besar sekali. Saat ini jumlahnya 3,1 juta orang, merupakan nomor lima di asia pasifik. Ia optimis lima tahun lagi bisa naik jadi posisi ketiga.
“Jadi PR kita di Kagama AI bagaimana bisa mendukung dalam rencana transformasi digital yang tak cuma di UGM saja, namun juga seluruh bangsa dan negara,” pungkas Ajar.