Sabtu (12/3/2022), PP KAGAMA kembali menggelar webinar serial Inspirasi KAGAMA melalui Zoom Meeting. Pada seri ke-16 kali ini mengangkat tema bagaimana cara mendapatkan keuntungan dari budidaya kambing dan domba. Webinar menghadirkan 3 narasumber, yaitu owner eL Farm Sudarmaji Gojis, CEO Sinatria Farm Vita Krisnadewi,S.Pt., MSc, dan dosen Fakultas Peternakan Ir. Nafiatul Umami, S.Pt.,MP, PhD, IPM, ASEAN Eng. Sambutan dari panitia disampaikan oleh Kordep Pemberdayaan Masyarakat Bidang VI PP Kagama, Dr. dr. Cahyono Hadi, Sp. OG (K), dan sambutan dari PP Kagama oleh Waketum II PP Kagama, Anwar Sanusi, Ph.D. Ir. Galuh Adi Insani, S.Pt., M.Sc., IPM., dan Muthe Muthiah, bertugas sebagai pemandu jalannya acara.
Narasumber pertama, Sudarmaji yang akrab disapa Gojis, mengatakan ia mengawali bisnis beternak domba dan kambing sudah sejak tahun 2017. Namun serius fokus ke usaha kambing perah baru sekitar 1,5 tahun yang lalu, saat pandemi melanda.
Meski menjalani usahannya secara profesional, namun Gojis menyebutnya hanya melakukan investasi atau menabung. Menurutnya panen baru bisa dinikmati mulai bulan keenam. Omzetnya bisa dihitung harian / mingguan, bulanan, atau tahunan.
Alumnus Teknik Sipil D3 UGM tersebut mengingatkan usaha kambing perah tidak bisa secara instan. Proses yang harus dilalui cukup lama. Minimal harus mempunyai 1 kambing pejantan. Lalu dilakukan kawin secara koloni sekitar 2 bulan dengan melibatkan 10-20 indukan kambing betina.
Sekitar 6 bulan kemudian, ketika kambing betina beranak barulah bisa disebut masa panen tiba, yaitu panen susu. Anak kambing akan memperoleh ASI eksklusif selama seminggu lewat dot. Setelah itu kita akan memerahnya. Sementara si anak kambing akan kita berikan minuman substitusi berupa susu sapi atau bubuk lewat dot.
Kita akan memperoleh keuntungan lewat selisih harga antara susu kambing dan susu sapi. Karena memang harga susu kambing lebih mahal dibanding susu sapi.
Omzet harian atau mingguan yang bisa kita dapatkan adalah hasil dari susu, yang diperah setiap hari, pagi dan sore. Susu kemudian dikemas per 1 liter dan dimasukkan freezer. Market terbesar sekitar 85% adalah pabrik, sisanya baru sektor retail.
Selain dijual sebagai susu murni, eL Farm juga menjualnya dalam produk berujud kefir. yoghurt, eskrim, dll. Lalu selain menjual dalam bentuk susu dan derivasinya, el Farm juga bisa mendapatkan penghasilan dari penjualan feses atau urine kambing yang diproses menjadi pupuk.
Kemudian untuk omzet bulanan, Gojis menyebutkan bisa mendapatkan penghasilan dari menjual anak kambing atau cempe. Untuk kambing perah yang betina lebih mahal. Sebenarnya bisa juga jualan induk yang sedang bunting, namun demi untuk menambah jumlah populasi, eL Farm jarang sekali menjualnya.
Untuk omzet tahunan, eL Farm mendapatkan penerimaan dari jualan anak kambing jantan yang sudah dewasa. Saat yang paling bagus terjadi ketika hari raya korban tiba. Untuk penjualan rutin biasanya untuk keperluan aqiqah.
Untuk meningkatkan produktfitas, eL Farm selama ini juga sudah memanfaatkan teknologi. Mereka sudah memanfaatkan mesin perah, mesin volume metric untuk menakar susu, dan mempergunakan teknologi recording berbasis Android.
Pada akhir pemaparan, Gojis menjelaskan beberapa titik kritis beternak kambing perah. Karena kita melakukan breeding dalam jangka waktu yang lumayan lama, maka pakan atau serat menjadi sangat krusial. Untuk menekan biaya produksi, eL Farm memilih menanam rumput sendiri.
Pencegahan penyakit juga menjadi perhatian Gojis. Idealnya kambing yang sakit kalau bisa ditekan serendah mungkin, atau bahkan kalau memungkinkan nol angkanya. Namun yang namanya makhluk hidup tetap saja pasti ada yang sakit, bahkan sampai meninggal. Makanya Gojis sangat menekankan manajemen yang bagus untuk memaksimalkan output dan meminimalisir resiko yang ada.
Gojis mewanti-wanti titik kritis terakhir yang harus benar-benar diwaspadai adalah adanya penipuan. Karena sekali kita ketipu dalam jumlah besar, maka ada kemungkinan kita akan bangkrut.
Narasumber kedua, owner Sinatria Farm, Vita Krisnadewi, menjelaskan domba adalah peternakan rakyat. Artinya dapat diusahakan oleh siapa saja, dengan modal semampunya. Beternak domba itu mudah namun kita tidak boleh memudah-mudahkan. Banyak usaha peternakan domba tutup karena memudah-mudahkan saat perencanaan.
Vita mengatakan, yang perlu diingat domba adalah makhluk hidup, yang membutuhkan kenyamanan, keamanan, dan ketercukupan agar terus sehat dan menghasilkan. Sehingga bisnis domba menjadi tidak matematis. Cashflow bisa dihitung menghasilan cepat, namun jika mortalitas tinggi bisa jadi merugi. Di peternakannya, Vita mengupayakan indek kebahagiaan ternaknya tinggi, sehingga profitnya pun meningkat.
Untuk itu ia menyarankan perencanaan yang menyeluruh sebelum benar-benar terjun ke bisnis peternakan domba. Harus diperhitungkan lahan, bangunan, dana, tenaga kerja, dan pasarnya.
Lahan harus memperhatikan letaknya, luasannya, dan topografi atau kontur tempatnya. Desain lahan harus diperhitungkan sungguh-sungguh, seperti desain tata letak bangunan, hijauan pakan, mapupun sarana prasarana peternakan, serta biosecuritynya. Rasio luas lahan pakan dengan jumlah ternak juga harus dihitung secara tepat. Yang terakhir, penting adanya rekayasa vegetasi tanaman pakan untuk memenuhi nutrisi harian.
Vita menambahkan, masalah pendanaan harus dikalkulasi secara tepat. Harus ada financial plan secara menyeluruh. Perencanaan dana secara detil akan menghindari pengeluaran yang kurang menjadi prioritas. Banyak yang kehabisan napas atau over budget karena kesalahan dalam menentukan skala usaha.
Lalu, simulasi produksi akan membantu menentukan skala usaha yang tepat, rotasi produksi optimal, termasuk ketersediaan bahan baku untuk kontinuitas produksi.
Kemudian, forecasting penjualan juga sangat diperlukan. Apa saja yang menjadi pemasukan setiap bulannya, berapa perkiraam produksi rutinnya, sehingga dapat diprediksi keuntungan, BEP maupun rencana scale up.
Berikutnya, Vita menerangkan SDM yang mumpuni sangat diperlukan. Pelaksana harian harus memiliki pengetahuan, skill, dan kemauan untuk terus belajar mengembangkan diri, serta mampu menjalankan SOP yang ditetapkan.
Untuk mencapai target, karyawan harus memiliki ide yang terus bertumbuh untuk mencapai target dan memajukan usaha. Juga harus mampu membuka diri berjejaring dan berkolaborasi untuk meningkatkan produktivitas usaha.
Karyawan dan staf harus mempunyai kepribadian yang baik, bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang diberikan, terbuka terhadap masukan, dan mampu bekerja sama secara sehat dengan atasan ataupun sesama karyawan.
Di akhir pemaparan, Vita mengingatkan peternak yang baik adalah mereka yang memiliki kemampuan marketing, serta bisa memanfaatkan teknologi untuk promosi dan jual beli. Juga harus mampu berkolaborasi, berjejaring dengan sesama peternak maupun pasar, mampu membaca peluangn untuk memaksimalkan pendapatan, serta mampu menjaga dan meningkatkan kualitas produk.
Narasumber terakhir, Nafiatul Umami, berbicara tentang peternakan kambing dan domba untuk pemberdayaan masyarakat. Peluang pasarnya begitu tinggi, seperti kebutuhan daging harian sangat tinggi baik rumah tangga atau warung sate. Kebutuhan untuk korban setiap tahun pasti meningkat dan kebutuhan buat aqiqah sangat tinggi.
Selain permintaan dagingnya, juga terjadi peningkatan kebutuhan susu kambing. Lalu kebutuhan untuk penghoby dan seni budaya seperti PE dan domba Garut juga tinggi. Belum lagi permintaan ekspor yang melonjak. Selain itu ada permintaan produk derivatif seperti kulit dan pupuk kandang yang juga relatif besar.
Umami lalu menjelaskan kondisi peternakan rakyat tradisional yang dihadapi saat ini. Di antaranya banyak yang cuma dijadikan pekerjaan sampingan dengan alasan tabungan, tidak memiliki manajemen pemeliharaan yang baik, kandang seadanya tidak memperhitungkan prinsip kandang sehat, recording tidak ada & banyak inbreedingnya, jumlah ternak sangat terbatas, dan terjerat sistem penjualan lewat blantik.
Menurut Umami, ada banyak keuntungan dengan beternak kambing dan domba, yaitu populasi bisa berkembang cepat, daya adaptasi yang baik dan mudah, sudah memasyarakat dan akhir-akhir ini berkembang pesat, sangat produktif, daging & susunya memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi, produk sampingannya menguntungkan berupa kulit maupun pupuk kandang, pakan lebih sedikit dibanding sapi, dan sumber pendapatan ekonomi yang menggiurkan.
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: