In Memoriam Prof. Koento Wibisono, Guru Besar Fakultas Filsafat yang Setia pada Komitmen & Dedikasi Profesi

Universitas Gadjah Mada kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Guru Besar Fakultas Filsafat, Prof. (Emeritus) Dr. Koento Wibisono Siswomihardjo, pada hari Kamis (13/4/2023) pukul 02.27 WIB meninggalkan kita untuk selama-lamanya pada usia 92 tahun akibat sakit yang dideritanya sejak lima tahun terakhir.

Prof. Kunto dilahirkan pada tanggal 14 Agustus 1930 di Purworejo. Ia semenjak kecil sangat tertarik dengan perjuangan melawan Belanda. Kunto kecil, pernah bergabung dengan Tentara Pelajar Kompi III Detasemen III Brigade 17, saat awal-awal kemerdekaan RI.

Ketika Perjanjian Renville ditandatangani awal tahun 1948, Prof. Kunto bersama teman-temannya asal Purworejo bisa kembali ke rumah dan melanjutkan pendidikan SMA-nya. Namun, di akhir tahun 1948 revolusi fisik kembali mulai. Bersama dengan pelajar-pelajar lainnya dari Purworejo, Prof. Kunto kembali terlibat konfrontasi dengan pasukan Belanda hingga ke perbatasan Kebumen

Ketika akhirnya perang secara resmi berakhir, atas saran ayahnya, Prof. Kunto melanjutkan studinya di Jurusan Sosial Politik UGM pada tahun 1951. Ketika itu kuliahnya masih bertempat di Pagelaran Keraton Yogyakarta.

Foto: istimewa

Selama kuliah, ada banyak hal bermanfaat yang dilakukan Kunto muda. Misalnya saja, ia bersama kawan-kawannya turut berjasa dalam mendirikan SMA Persiapan Negeri Purworejo, sebagai cikal bakal SMAN 1 Purworejo. Walau cuma sempat mengajar mata pelajaran Tata Negara selama dua tahun, tapi ia mengaku bangga bisa berbagi ilmu dengan murid-murid.

Adalah Prof. Notonagoro, guru besar di Fakultas Filsafat UGM peneliti dan pemikir filsafat Pancasila, yang merubah jalan hidup Prof. Kunto. Dosen favorit sekaligus mentornya itu yang membuat Prof. Kunto merasa jatuh cinta dengan dunia filsafat.

Kecintaannya pada filsafat memotivasi dirinya mengambil Post Graduate Study mendalami filsafat barat di Leuven, Belgia, tahun 1970 – 1972. Tahun 1979 ia melanjutkan studi S3-nya di Leiden, Belanda, atas undangan Prof. Dr. Mr. CA van Peursen, seorang guru besar di Belanda sekaligus promotornya.

Prof. Kunto kemudian diuji doktoralnya di UGM pada tahun 1982, yang membuatnya menjadi doktor filsafat pertama di UGM. Dengan disertasinya yang berjudul “Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte”.

Foto: istimewa

Saat aktif mengajar di Fakultas Filsafat, sejumlah jabatan penting pernah disandang Prof. Koento, di antaranya Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UGM periode 1973-1979. Pada tahun 1983 ia diangkat sebagai Dekan Fakultas Filsafat UGM. Namun sebelum jabatannya purna tugas, pada tahun 1986 ia diberi amanah menjadi Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS), yang diembannya sampai akhir jabatan yaitu tahun 1994. Lalu ia pernah menjadi Ketua Komisi Disiplin Ilmu Sastra dan Filsafat Dirjen Dikti tahun 1999-2002, dan sejumlah jabatan penting lainnya.

Karena jasa-jasanya, Prof. Kunto dianugerahi gelar profesor emeritus, yaitu gelar yang diberikan kepada guru-guru besar tertentu sehingga setelah pensiun masih bisa mengajar di lingkungan UGM tanpa ada batas waktu, selama fakultas masih membutuhkan tenaga dan ilmunya. Sehingga ketika pensiun, ia masih aktif mengajar dan bahkan menguji mahasiswa S2 dan S3 di UGM.

Menjelang akhir hayatnya, Prof. Koento masih bersemangat ingin membagikan ilmunya. Namun usia tidak bisa menipu. Pelan-pelan tubuhnya mulai melemah karena penyakit dan akhirnya menghadap Sang Maha Pencipta.

Sebagai penghormatan terakhir kepada Prof. Koento, sebelum diantarkan ke peristirahatan terakhirnya di pemakaman keluarga Dusun Kempul, Taji, Prambanan, Sleman, almarhum disemayamkan terlebih dulu di Balairung selama sekitar 1 jam. Prosesi acara berlangsung secara khidmat, dihadiri oleh pejabat dan pimpinan UGM, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa yang melepas kepergiannya dan menyampaikan duka mendalam kepada pihak keluarga.

Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D., dalam sambutannya mewakili UGM menghaturkan ungkapan duka cita sedalam-dalamnya atas berpulangnya Prof. Koento. Ia tak lupa mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada para pelayat yang telah berkenan hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sosok guru, patron keteladanan, maupun rekan sejawat yang sangat dicintai dan dihormati.

Rektor menuturkan selama mengabdikan ilmunya di UGM, Prof. Koento dikenal sebagai sosok pribadi yang memiliki ingatan sangat tajam dan detail terutama saat menceritakan kisah sejarah perjuangan. Di penghujung usia, dengan segala keterbatasannya, Prof. Koento seringkali masih terlibat aktif menghadiri beberapa kegiatan di kampus. Semangat dan dedikasi almarhum Prof. Koento inilah yang menjadi keteladanan bagi civitas akademika UGM dalam memahami secara bersama tentang komitmen dan dedikasi profesi, serta pemaknaan sebagai bagian dari keluarga besar UGM.

“Mengutip pesan almarhum, sebagai mahasiswa dan alumni UGM, hendaknya kita tidak hanya bangga namun juga tetap menjaga jati diri, filosofi, dan menjaga kebesaran nama UGM sesuai dengan norma-norma yang seharusnya,” pungkas Prof. Ova

Selamat jalan Prof. Koento, terima kasih atas semua jasa dan baktimu. Raga boleh telah tiada, namun jasa-jasa kepada almamater tercinta dan karya-karyanya yang begitu luar biasa akan tetap dikenang abadi selamanya.