Gelar Kuliah Umum “Stunting Dan Kemiskinan Ekstrem”, Kagama Riau Mendapat Apresiasi dari Berbagai Pihak

Sebagai rangkaian dari kegiatan ‘UGM Menyapa Alumni’ di Riau pada tanggal 14-16 Oktober 2022, mengambil tempat di Balai Serindit, Pekanbaru, Kagama Riau menggelar kuliah umum bertajuk “Stunting dan Kemiskinan Ekstrem”, Sabtu (15/10/2022). Kuliah umum menghadirkan empat orang narasumber, yaitu Rektor UGM Prof.dr. Ova Emilia, M.Med.Ed. Sp.Og(K)., PhD., Dekan FTP UGM Prof. Dr. Eni Harmayani, M.Sc., Ketua Pusat Studi Wanita dan Kependudukan Universitas Riau Dr. Sri Endang Kornita, SE., M.Si., dan Sekjen PP Kagama Dr. A.A.G.N. Ary Dwipayana. Jalannya acara dimoderatori oleh Dr. Arifudin., SP., MP.

Kuliah umum dihadiri oleh ratusan peserta yang memadati Balai Serindit. Peserta berasal dari masyarakat umum, perwakilan BKKBN Provinsi Riau, rombongan mahasiswa Universitas Riau, guru-guru perwakilan SMU/SMK yang ada di Kota Pekanbaru dan sekitarnya, dll.

Kegiatan itu mendapat apresiasi yang luar biasa dari berbagai kalangan, termasuk dari orang nomor satu Riau, Syamsuar. Ia memuji langkah Kagama Riau yang berinisiatif menggelar kuliah umum dengan materi yang benar-benar dibutuhkan oleh daerahnya.

Sebagai narasumber yang tampil pertama, Prof. Ova menyatakan stunting adalah kondisi di mana balita tidak tumbuh sebagai mana mestinya, dan umumnya terhambat pertumbuhannya. Namun perlu dicatat, tidak semua balita yang pertumbuhannya tidak wajar belum tentu terkena stunting. Oleh karena itu perlu diperhatikan faktor-faktor penyebabnya, khususnya asupan nutrisi. Menurutnya, satu dari tiga balita di Indonesia terindikasi stunting, sehingga isu stunting ini harus mendapatkan perhatian yang sangat serius dari kita semua.

“Penanganan stunting tidak bisa dilihat dari aspek kesehatannya saja, akan tapi juga harus melibatkan semua sektor,” ucap Prof. Ova.

Narasumber berikutnya, Prof. Eni Harmayani mengatakan betapa pentingnya pangan bergizi dalam penyelesaian masalah stunting melalui gerakan yang massif. Menurutnya kita sebagai bangsa berdaulat harus menggalakkan pangan bermartabat.

Narasumber ketiga, Dr. Sri Endang Kornita menyatakan terkait dengan kemiskinan ekstrem, harapannya pemerintah memprioritaskan penanganan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan. “Kemiskinan ekstrem berada dalam strata paling dasar pada kategori garis kemiskinan. Solusi yang bisa dilakukan adalah berupa bantuan sosial dan subsidi, pemberdayaan masyarakat, serta infrastruktur pelayanan dasar,”  ujarnya.

Mengakhiri kuliah umum, Dr. Ari Dwipayana menjelaskan secara komprehensip kebijakan pemerintah untuk mencegah terjadinya stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia. “Ada tiga hal utama sebagai kunci keberhasilan untuk mengatasi stunting dan kemiskinan ekstrem, yaitu persoalan data, konvergensi program termasuk konsolidasi anggaran, serta monitoring dan evaluasi program dengan cara memperbaiki yang kurang sebagai feedback,” ucapnya.