Oleh: Nur Rohman (Kagama Sidoarjo / Kehutanan ’99)
Sidoarjo — Terinspirasi dari kegiatan teman-teman Kagama yang dishare melalui website dan foto-foto di WAG, hari Sabtu tanggal 30 Mei 2020 saya menetapkan hati untuk memulai program canthelan di halaman rumah. Kebetulan istri mendukung, jadilah sekeluarga merencanakan pernak-pernik chantelan. Beberapa bahan yang disiapkan sebenarnya sisa-sisa sembako yang kami kumpulkan, kebetulan dari kantor dapat jatah beberapa kardus mie dan beberapa kilogram beras. Istri yang berprofesi sebegai guru TK di sebuah yayasan mendapatkan paket sembako.
Untuk melengkapi, saya membeli 1 kotak telur dan 1 karung beras lagi, sekira cukup untuk 15 hari program canthelan. Untuk tempat membungkus sembako, kami menggunakan kantong plastik yang menumpuk di rumah. Spanduk canthelan kami buat dari spanduk bekas yang ditulisi dengan spidol. Sebagai tempat canthelannya, saya memasang kayu yang sudah diberi paku, diikat pada pagar rumah. Jadilah malam itu kami berjibaku, membungkusi paket dan membuat spanduk mandiri.
Upsss sori, lupa menjelaskan kenapa kami inisiatif bikin program canthelan sendiri, soalnya kami masih warga baru. Baru sekitar 2 bulan menempati rumah baru dan saya yang cenderung kurang gaul, pagi sampai sore ngantor, sementara malamnya ndekem di rumah. Jadi agak sungkan untuk mengajak tetangga berpartisipasi.
Tanggal 31 Mei 2020, sebelum subuh tepatnya jam 04.00 awal kami memasang canthelan. Sebanyak 7 paket sembako berisi beras, mie dan telur kami pasang di kayu chantelan. Terus kami subuhan. Pulang subuhan, ternyata paket sudah ludes. Alhamdulillah. Hari ke-2 kami lakukan hal yang sama, dan seperti hari pertama saat pulang subuhan, paket sudah tidak kelihatan lagi. Siangnya, tetangga sekitar rumah bertanya-tanya ke istri itu kegiatan apa, kapan masangnya dan sebagainya. Hari ke-3 kami pasang dengan waktu yang sama dan paket habis begitu kami pulang subuhan.
Malam hari ketika kami menyiapkan paket untuk hari ke-4, Istri saya menyampaikan, ada indikasi yang ngambil orangnya itu-itu saja. Lalu saya diskusi dengan istri untuk merubah waktu canthelan. Disepakati, waktu memasang sebelum dhuhur. Terus di spanduk ditambahi tulisan “SIAPAPUN BOLEH NGISI, BOLEH AMBIL” pada bagian atas. Bagian bawah ditulisi “1 KK 1 Paket”.
Sesuai rencana, hari ke-4 saya minta istri saya memasang canthelan sebelum dhuhur. Pas pulang kantor, saya nanya perkembangan program canthelan. Istri bercerita, siang sebelum dhuhur dia pasang terus ditinggal ngantar anak, habis itu balik rumah lagi. Alhasil, paket sudah ludes. Cuman ada kabar baik, pagi-pagi ada temannya dari kampung sebelah kirim WA, bertanya apakah ada program sumbangan di rumah kami? Istri saya jawab iya Lalu temannya itu datang ke rumah sembari membawa telur, tempe dan sayur. Alhasil, sayur dan telur kami tambahkan dalam paket.
Hari Kamis 4 Juni 2020 canthelan kami sudah masuk hari ke-5. Kami berencana masang setelah dhuhur, rencananya sembari istirahat siang, mau ambil dokumentasi untuk melengkapi tulisan ini. No picture hoax kata orang. Saat tulisan ini dibuat, istri sedang menyiapkan paket untuk hari ke-6. Semoga kegiatan ini bisa berumur panjang dan harapannya bisa membangkitkan partisipasi tetangga-tetangga, sesuai slogannya “Siapapun boleh ngisi, boleh ambil”.
Leave a Reply