Oleh: Ardiati Bima
“Bu Ar, teman saya kemarin bingung mau masak apa buat buka puasa, karena tidak punya yang dimasak. Tapi dia bukan warga Rajek, apa boleh ngambil cantelan tempat Bu Ar?”
Kemarin sore dapat WA dari tetangga, yang mengabarkan kondisi temannya (seorang Ibu dengan 2 anak usia SD dan SMK) yang tinggal di Cebongan (lk 2 km dari rumah). Hal seperti itu pula yang terpikir oleh saya ketika memutuskan untuk mulai membuat CANTELAN sebulan lalu (7 April 2020), yaitu bagaimana kalau ada tetangga yang kesulitan makan tetapi kami tidak membantunya karena luput dari pengamatan dan perhatian.
Apakah CANTELAN ini tepat sasaran, bagaimana keberlanjutannya, apakah akan menimbulkan ketergantungan, bagaimana kalau yang ambil itu-itu saja, apa isi CANTELANNYA; diskusi awal saya dengan anak lanang, Yuda; yang kemudian berkesimpulan lakukan saja dan nanti akan tahu jawabnya.
Apa yang kami lakukan sederhana saja, mengemas bahan makanan di tas kresek lalu menggantungkannya di bambu yang biasa kami gunakan untuk memetik jambu. Jumlah dan macamnya tergantung bahan yang tersedia. Tidak ada yang istimewa menurut saya, karenanya ketika Mas Agung dari KR mau mengangkatnya jadi berita saya sempat menolaknya. “Energi positif harus ditularkan mBak!” Duh…yo wislah…saya manut. Setelah berita dimuat di KR, hari-hari berikutnya bergantian wartawan cetak, online maupun televisi datang ke rumah untuk wawancara. Pemberitaan media memang cepat menyebar, saat saya sedang menulis ini, datang seorang Bapak naik sepeda dari Sidomulyo, Godean (lk 5 km dari rumah), ia tahu tentang CANTELAN dari tayangan televisi, ia berkeluh kesah karena sudah 7 minggu di rumahkan dari tempat kerja.
CANTELAN hanyalah salah satu cara untuk berbagi, ada banyak cara untuk berbagi kepada yang membutuhkan. Nah ada apa sih dengan CANTELAN di dunia kecil bernama Rajek Lor itu?
1. Isi CANTELAN
Paket CANTELAN berisi bahan pangan senilai 10-15 ribu rupiah, dengan anggaran tertentu kita dapat membuat paket yang lebih banyak, dan diharapkan akan lebih merata dan lebih banyak yang mendapatkan. Memang tidak akan bisa mencukupi kebutuhan penuh tiap keluarga, tetapi setidaknya dapat meringankan kebutuhan untuk memasak hari itu. Ibaratnya ini hanyalah seteguk air untuk menghilangkan dahaga sementara, sampai menemukan air diperjalanan berikutnya. Sehari kami membuat 4-14, rata-rata 10 paket dan selalu habis. Karena dibagikan setiap hari, maka isi CANTELAN dapat ditambah dengan bahan pangan yang tidak awet, seperti sayuran, tahu tempe, buah dll. Bahan pangan yang pernah diisikan untuk CANTELAN antara lain sayuran, bumbu, telur, mie, minyak goreng, tahu, tempe, gula jawa, gula pasir, kacang hijau dan bahan pangan lain tergantung persediaan yang ada. Sayuran seperti daun kelor dan daun singkong metik dari kebun di belakang rumah, sayuran lain donasi dari para donatur atau membeli hasil panen tetangga atau belanja di warung tetangga. Walau tidak banyak, semoga ikut andil untuk menggerakkan ekonomi di level dusun.
2. Donatur isi CANTELAN
Niat baik, Insya Allah selalu ada jalan. Hari kedua sudah ada tetangga yang ikut menyumbang hasil panen untuk dicantelkan, yang diikuti sumbangan dari para donatur di hari-hari selanjutnya.
Isi CANTELAN ada yang dibeli, ada pula sumbangan dari para donatur. Sampai hari ke-30 ini, ada 21 orang yang sudah memberikan donasi untuk CANTELAN yaitu tetangga, saudara, kolega, teman SMA, teman kuliah. Para tetangga memberikan sumbangan dengan apa yang dipunyai, mie 2 bungkus, telur 4 butir, pepaya 1 buah, tahu, tempe atau sayuran hasil panen, dan bahan pangan lainnya baik dalam volume besar maupun kecil. Antusiasme warga untuk berdonasi dengan apa yang dipunya dinarasikan di beberapa media dengan “Untuk berbagi kepada sesama tidak harus menunggu kaya”. Saat ini donasi yang diberikan kepada kami, juga kami bagikan kepada dusun Gombang dan Nambongan yang mulai mencantelkan.
3. Yang mengambil CANTELAN
Pada awal-awal pasang CANTELAN yang mengambil tetangga, lama-lama ada warga dusun lain juga ikut mengambil. Mereka ada yang berusia lanjut, hingga anak-anak juga ada. Ada orang tua yang malu-malu, sehingga mengutus anaknya untuk mengambilnya. Ada Ibu-ibu ada pula bapak-bapak. Paket cantelan diharapkan dapat menyasar kepada mereka yang luput dari bantuan lain, barangkali terjadi satu orang mendapat sumbangan dari mana-mana sementara yang lain tidak sama sekali. Dengan melakukan pengamatan siapa yang mengambil cantelan, kita bisa sekaligus mendata, kira-kira siapa yang akan diberi bantuan selanjutnya. CANTELAN sifatnya fleksibel, mencantelkan hanya salah satu cara, tetapi untuk sampai kepada yang membutuhkan tidak harus dicantelkan. Misalnya ada orang yang membutuhkan datang untuk mengambil cantelan ternyata beberapa kali tidak kebagian karena keduluan orang lain, maka bisa kita beri secara khusus tanpa harus dicantelkan. Atau bagi yang memang terdeteksi butuh bantuan, tidak perlu juga harus mengambil CANTELAN tetapi akan diberi paket khusus. Untuk menghindari orang yang mengambil “njagakke” atau itu-itu saja yang mengambil, maka waktu pencantelan bisa diacak, kadang pagi, siang atau sore. Di wilayah lain mulai ada yang memberlakukan dengan jadwal, setiap orang hanya boleh mengambil 2 hari sekali.
Berbagi tidak hanya dilakukan oleh para donatur, tetapi juga oleh para penerima manfaat. Berbagi yang seperti apakah? Mereka hanya mengambil 1 tas saja cari Cantelan, agar yang lain juga kebagian. Disamping itu mereka mengambil apa yang mereka butuhkan saja, ini terjadi saat beberapa orang datang mengambil CANTELAN mereka saya beri kebebasan untuk menambah dari stok barang yang tersedia, namun mereka menjawab sudah cukup, kalaupun mengambil lagi hanya barang yang dibutuhkan, tidak memanfaatkan aji mumpung.
Dari pengamatan, mereka yang mengambil CANTELAN ada yang dari Rajek Lor, ada pula dari dusun Gombang dan dusun-dusun lain yang bersebelahan dengan Rajek Lor. Melihat fenomena ini alangkah baiknya jika dusun-dusun tersebut bisa membuat CANTELAN sendiri untuk warga dusun tersebut, dengan demikian akan terpantau siapa saja warga yang membutuhkan serta bagi warga yang akan ikut berdonasi menjadi lebih mudah, tetangga menolong tetangga.
Hal yang sama juga dipikirkan oleh Mas Tomo Sulastama. Bagaimana jika membuat semacam “Franchise” CANTELAN, atau memperbanyak dusun-dusun yang membuat CANTELAN untuk menggaungkan solidaritas, gotong royong tetangga menjaga tetangga. Beberapa hari terakhir, Kagama care menginisiasi tumbuhnya CANTELAN di beberapa tempat. Cerita selengkapnya akan saya tulis kemudian …(bila sempat). Barangkali suatu saat nanti akan terbentuk CANTELAN Club….wkwkwkkkk.
Mulai 3 hari lalu, disamping bahan makanan, kami juga membagikan masker, dan mulai hari ini kami juga membagikan benih kacang panjang, bayam, kangkung dan buncis. Kepada yang mengambil CANTELAN kami beritahukan pentingnya menggunakan masker, serta mendorong mereka untuk bisa memanfaatkan lahan dan ruang kosong dengan memberi motivasi “Nek wis panen, iso melu nyantelke!”
Makaten catatan Ulang Bulan CANTELAN ini, semoga bermanfaat.
Terima kasih untuk semua yang telah mendukung kami.