
KM3 Kagama Gelar “Monggo Mlampah Mawon”: Blusukan Kampung dan Susur Sungai Code, Merawat Sejarah dan Kesehatan Kota
Yogyakarta, KAGAMA.ID — Komunitas Kagama Monggo Mlampah Mawon (KM3) kembali menggelar kegiatan jalan kaki bertema sejarah, budaya, dan gaya hidup sehat di Yogyakarta, Minggu pagi (12/10). Bertajuk “Monggo Mlampah Mawon”, kegiatan ini mengajak peserta menyusuri kawasan heritage dan bantaran Sungai Code, sekaligus mengenali wajah kampung kota yang sarat cerita dan mural.

Dimulai pukul 06.00 WIB, rute sepanjang dua jam ini melintasi wilayah Cokrodiningratan, Cokrokusuman, dan Blunyah, yang dikenal sebagai Wiblukam—akronim dari Wisata Blusukan Kampung dan Mural. Peserta diajak menyusuri lorong-lorong kampung, menyapa warga, menikmati karya mural, dan menyimak narasi sejarah Sungai Code yang membelah jantung Kota Yogyakarta.

Jalan Kaki Sebagai Medium Refleksi dan Silaturahmi
KM3 merupakan komunitas jalan kaki yang digagas oleh lima alumni lintas fakultas Universitas Gadjah Mada: Destina Kawanti (Biologi), Savitri Damayanti (FIB), Beni Sulistiono (FKKMK), Niken Damayanti (Fisipol), dan Karamurti (FKH). Mereka mengusung semangat mlampah bareng, sinau bareng—berjalan kaki sebagai ruang refleksi, edukasi, dan silaturahmi.

“Kami ingin mengajak alumni dan masyarakat untuk mengenali kembali Sungai Code dan kampung sekitarnya sebagai ruang hidup yang kaya makna. Di sini ada sejarah, ada komunitas, dan ada harapan,” ujar Destina Kawanti, koordinator KM3.

Kegiatan ini juga menjadi bentuk dukungan terhadap program revitalisasi Sungai Code yang tengah digalakkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO). Program tersebut bertujuan mengatasi sedimentasi, memperbaiki kualitas air, dan menghidupkan kembali fungsi sosial-ekologis sungai.

Sajian Lokal dan Diskusi Ringan
Di titik akhir rute, peserta disambut dengan suguhan kuliner khas kampung yang menggugah selera: soto ayam, slondok, apem, semar mendem, nagasari, kacang dan ubi rebus, mendoan tempe garit, lanting udang, serta seblak makaroni. Minuman tradisional seperti teh panas, jahe panas, dan es teh turut melengkapi suasana hangat pagi itu.

Sambil menikmati hidangan, peserta berdiskusi ringan tentang potensi kampung dan sungai sebagai ruang wisata edukatif. Beberapa peserta mengusulkan agar KM3 ke depan turut menginisiasi gerakan adopsi sungai atau kampung binaan di sepanjang Code.

Sungai yang Menyimpan Jejak dan Tantangan
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Sungai Code mengalami tekanan lingkungan akibat limbah domestik, sedimentasi, dan alih fungsi lahan. Namun, sejak 2020, sejumlah komunitas warga bantaran telah aktif melakukan gerakan bersih sungai, edukasi lingkungan, dan penguatan identitas kampung.

KM3 Kagama berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi alumni dan masyarakat luas untuk melihat ulang ruang-ruang kota yang sering terabaikan, dan menjadikannya sebagai titik temu antara sejarah, kebugaran, dan kepedulian sosial.
Monggo Mlampah Mawon bukan sekadar jalan kaki. Ia adalah ajakan untuk menyapa sejarah, merawat lingkungan, dan membangun koneksi antarmanusia di tengah denyut kota yang terus berubah.