KOMUNITAS KAGAMA POETRY READING HADIRKAN ANTOLOGI PUISI UNTUK KELESTARIAN LINGKUNGAN

KOMUNITAS KAGAMA POETRY READING HADIRKAN ANTOLOGI PUISI UNTUK KELESTARIAN LINGKUNGAN

Yogyakarta, 23 Agustus 2025 — Kagama Poetry Reading (KAPOETRED), komunitas pencinta puisi yang beranggotakan alumni Universitas Gadjah Mada dari berbagai disiplin ilmu, meluncurkan antologi puisi kedua berjudul Ketika Alam Bicara. Soft launching ini menjadi momen penting bagi komunitas yang telah secara konsisten menghidupkan literasi sastra dan menyalurkan kepedulian terhadap isu lingkungan melalui karya puitisnya.  Bertempat di Museum Sandi pada Sabtu 23/8, acara launching antologi puisi ini dihadiri oleh Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat dan Pelestarian Lingkungan PP Kagama, Sulastama Raharja, S.T., M.T.; Kepala Museum Sandi, Setyo Budi Prabowo; dan Koordinator Komunitas Sastra Bulan Purnama (SBP), Ons Untoro.

Mengusung tema “Alam dan Lingkungan”, antologi ini menghadirkan suara-suara penyair yang merekam, mengabarkan, dan menyuarakan jerit bumi di tengah ancaman kerusakan ekologis.  Dalam karya puisi dari 58 kontributor anggota KAPOETRED ini disajikan ragam suara, ada yang lirih, ada yang lantang, ada yang penuh doa, ada yang menggugat dengan getir, ada pula yang mengajak kita duduk sejenak menikmati keindahan bumi.

Kumpulan puisi ini dibagi menjadi lima tema besar, yakni “Tubuh Bumi yang Terluka” yang berisi elegi kolektif tentang luka ekologis, “Kritik dan Resistensi terhadap Kerusakan Alam”yangmenyuarakan protes terhadap keserakahan industri dan abainya hukum, “Doa-doa untuk Bumi” yang menempatkan alam sebagai entitas suci dan bagian dari spiritualitas manusia, “Perubahan Iklim” yang menggambarkan musim-musim yang bergeser dan cuaca yang tak menentu, dan “Keindahan Alam” yang memotret lanskap-lanskap menenangkan sekaligus memotivasi manusia untuk melestarikannya.

“Alam sesungguhnya tidak pernah benar-benar diam. Ia bersuara lewat daun yang layu, sungai yang keruh, tanah yang retak, dan langit yang tak lagi teduh, tetapi suara itu sering luput dari telinga kita. Puisi-puisi dalam buku ini adalah cara kami membantu manusia untuk kembali mendengarkan,” ungkap Dr. Novi Indrastuti, M.Hum., Ketua Kagama Poetry Reading.  Sementara itu, Sulastama mengatakan “Antologi puisi ini bukan sekadar ekspresi estetik, tapi merupakan bentuk kesadaran dan tanggung jawab terhadap pelestarian alam melalui medium karya sastra”.

Buku ini tidak hanya menjadi wadah ekspresi sastra, tetapi juga naskah kesadaran, advokasi kultural, dan media edukasi yang relevan digunakan dalam pendidikan lingkungan hidup, literasi sekolah, ekopedagogi, serta advokasi komunitas hijau.  Penulisan antologi ini menjadi bagian dari upaya KAPOETRED untuk memperluas jangkauan pesan lingkungan melalui seni. “Ketika alam bicara, kita seharusnya berhenti sejenak dan mendengarkan karena suara-suara ini bukan hanya estetika, tetapi juga etika dan tanggung jawab bersama,” tambah Novi.

Acara launching ini juga akan dimeriahkan dengan musikalisasi puisi oleh Yupi dan Gati Andoko.  Selain buku antologi “Ketika Alam Bicara”, akan dilaunching juga antologi puisi Sang Dewi dan Negeri Seribu Penari karya Novi Indrastuti serta photobook Cahaya Ilahi karya Harno Depe.  Novi dan Harno, keduanya merupakan anggota Kagama Poetry Reading.