Memupuk Cinta Tanah Air kepada Anak-anak, Bocahe Kagama Gelar “Jejak Juang Balikpapan”

Oleh: Humas Kagama Balikpapan

Bocahe Kagama Balikpapan memulai debutnya pada bulan September 2014 dengan menggelar acara “Dolanan Bareng Bocahe Kagama” di Woody Park. Komunitas ini dibentuk para aktifis yang sangat peduli dengan eksplorasi anak-anak atas kengintahuan dalam berbagai hal. Berbagai kegiatan eksplorasi terus berjalan setiap tahun termasuk selama pandemi COVID-19 yang menyelenggaran edukasi dan kompetisi daring anak-anak seluruh Indonesia. Tahun 2024 ini mengambil tema HUT TNI, sebuah acara eksplorasi anak-anak digelar kembali dengan tema “Jejak Juang Balikpapan”.

Menggandeng komunitas angkot yang jamak disebut taksi di Balikpapan, Kagama Balikpapan menggelar acara city tour edukasi yang diikuti oleh 48 anak-anak usia SD dari beberapa sekolah di Balikpapan, Sabtu (12/10). Kegiatan bertujuan mengangkat sebuah semangat baru Taksi Wisata Balikpapan sebagai bentuk alternatif layanan taksi (angkot) yang mengalami tekanan karena berkembangnya transportasi online dan angkutan massal Balikpapan City Trans (Bacitra)

Kegiatan dibuka dan dilepas oleh Kepala Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Balikpapan, C.I. Ratih Kesuma di Kilang Mandiri Lapangan Merdeka Balikpapan. Dalam sambutannya sebelum melepas perjalanan peserta, ia menyampaikan apresiasinya kepada Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Balikpapan atas ide kreatif menggagas Taksi Wisata Balikpapan bersama para sopir angkot.

“Balikpapan sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Convention & Exibition) memiliki banyak potensi wisata yang perlu dikenalkan khususnya masyarakat Balikpapan, umumnya dunia nasional, serta manca negara. Selamat melakukan perjalanan adik-adik semua, selalu ucapkan salam wisata kita Wonderful Indonesia Wonderful Balikpapan,” ucap Ratih.

Berlaku sebagai pemandu perjalanan adalah para sopir taksi (angkot) didampingi anggota Kagama Balikpapan. Selama dalam perjalanan menggunakan taksi (angkot) selama 4 jam berpindah-pindah 10 titik destinasi, peserta anak-anak SD tersebut mendapat penjelasan tentang kisah sejarah masing-masing lokasi.

Sesuai temanya, pemilihan destinasi didasari rangkaian sejarah pergolakan perang kemerdekaan di Balikpapan era tahun 1940-an. Bukti-bukti sejarah yang dikunjungi adalah Monumen Tugu Australia, Bungker Jepang, Goa Volker, Rumah Pelengkung VNW, Meriam Askit, Lapangan Foni, Museum Kodam VI/Mulawarman dan Rumah Cagar Budaya Dahor. Dari setiap lokasi kepada peserta kemudian dirangkai sebuah pengalaman sejarah perjuangan kemerdekaan untuk memotivasi mereka selalu menghormasi jasa pahlawan, menjaga persatuan bangsa, dan rasa cinta tanah air.

Titik-titik bersejarah itu cukup mewakili kompleksitas perang kemerdekaan yang melibatkan Jepang, Australia, Belanda, dan bangsa Indonesia sendiri. Dari masa Kasultanan Kutai bersama Belanda melakukan eksplorasi minyak bumi, pendudukan Jepang, masuknya sekutu Australia dan Belanja. Dari wajah kota yang dibangun kilang, dihancurkan oleh perang hingga kemudian bangkit lagi, dan berkembang sebagai salah satu metropolitan di Kalimantan saat ini.

Momen menggembirakan peserta pada destinasi akhir Rumah Cagar Budaya Dahor dipertemukan dengan keluarga Joost van de Wiel berkebangsaan Belanda (Netherland) namun lahir di Balikpapan tahun 1948, yang mana ayahnya adalah pegawai perusahaan minyak Belanda BPM (De Battafsche Petroleum Maatschapij) sekaligus juga guru dan Kepala Sekolah Patra Darma saat itu. Hadir ditemani keluarga besarnya mereka semangat berbagi pengalaman dan cerita sejarah Balikpapan dengan peraga puluhan koleksi foto yang ada di dalam Rumah Dahor.

Beberapa peserta antara lain Deeva, Muflih dan Rayna yang ditemui di sela-sela kegiatan menyatakan antusias sekali mengikuti kegiatan. “Pak sopirnya dan kakak-kakak (pendamping) suka cerita. Trus jalan-jalan bareng teman sambil main tebak-tebakan di taksi (angkot). Capek, haus tapi senang sekali. Juga ada Oom dan kakak bule (Joost dan Leonie anaknya) yang cerita. Susah bahasanya, tapi seruuu…,” ujar mereka sambil tertawa.

Ada pula Zafran, yang tidak menyangka bahwa naik angkot ternyata lebih seru daripada naik mobil sendiri atau bus. “Awalnya malu-malu sama teman, tapi habis itu asyik,” ujarnya sembari tertawa.

Koordinator kegiatan yang juga merupakan Ketua KAGAMA Kaltim, Didiek Anggrat, pasca acara memberikan penjelasan, Balikpapan yang lebih dikenal sebagai kota minyak dan saat ini disebut penyangga IKN, sebetulnya memiliki banyak titik destinasi wisata yang bisa diangkat dan dikemas apik oleh para pelaku dunia pariwisata. Menurutnya, salah satu ide yang diangkat mengkolaborasikan beberapa hal sekaligus oleh teman-teman Kagama Balikpapan melalui kegiatan Bocahe Kagama dan Taksi Wisata Balikpapan ini adalah kontribusi nyata kerja pihaknya turut berkontribusi dalam pendidikan generasi muda, menghidupkan dunia pariwisata, sekaligus revitalisasi angkot sebagai moda transportasi wisata yang kekinian.

Didiek Anggrat dan Ratih Kesuma

“Ke depan sudah ada beberapa agenda tur Taksi Wisata Balikpapan yang sudah disiapkan dengan berbagai pilihan jalur destinasi sesuai tema. Tentunya tidak hanya untuk-anak-anak saja, melainkan juga untuk remaja, dewasa dan keluarga,” pungkas tokoh pemerhati budaya dan pemberdayaan masyarakat itu.