Sejak tahun 2020, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) aktif melakukan Kagama Kerja Nyata (KKN) melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat di berbagai wilayah dampingan. Kegiatan telah terealisasi pada banyak lokasi di Nusantara, seperti Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Lampung, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Peserta memamerkan hasil karya di akhir pelatihan
Mengacu pada keberhasilan program yang dilakukan di daerah-daerah tersebut, KKN mengusungnya ke wilayah timur Indonesia, yaitu tepatnya di Masohi, Kab. Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Tim KKN yang dipimpin oleh Didiek Anggrat, didampingi Retno Setyaningsih, Anwarini, Ade Siti Barokah, dan Seno Adi Kuncoro, bekerja sama dengan tim penggerak PKK Kabupaten Maluku Tengah menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan ketahanan ekonomi mikro.
Selama dua hari, 2 – 3 Desember 2023, tim KKN memfasilitasi pelatihan ecoprint sebagai upaya meningkatkan kapasitas peserta dalam memanfaatkan potensi keanekaragaman sumberdaya alam, terutama tanaman khas lokal untuk kegiatan ekonomi kreatif. Kegiatan diikuti oleh 25 orang, yang terdiri dari ibu-ibu anggota PKK kabupaten, anggota dharma wanita Pemkab, serta perwakilan kecamatan dan desa. Turut hadir dalam kegiatan tersebut yaitu Pj Bupati Maluku Tengah, Rakib Sahubawa beserta istri yang juga merupakan ketua tim penggerak PKK kabupaten, Anna Sahubawa.
Retno Setyaningsih sedang memberikan materi
Karena banyak materi yang harus disampaikan, tim KKN berbagi tugas. Retno Setyaningsih bertugas memberikan materi dan praktik pembuatan ecoprint, sementara Ade Siti Barokah dan Anwarini berbagi pengalaman tentang pemasaran dan branding produk. Ade mengingatkan peserta tentang pentingnya mengemas dan mempromosikan produk yang dihasilkannya agar lebih dikenal masyarakat luas, misalnya dengan memanfaatkan media sosial.
“Sebulan lalu saya ke sini bersama rombongan dari Australia, dan kami masih kesulitan menemukan souvenir yang menarik. Ecoprint dengan motif khas bisa jadi alternatif souvenir khas Maluku Tengah, misalnya motif daun pala atau daun kayu putih yang sangat berlimpah,” jelas Ade.
Peserta pelatihan bernama Mama Chei dengan penuh antusias mengikuti pelatihan
Salah satu peserta yang mengikuti pelatihan bernama Mama Chei, mengaku sangat gembira ketika akhirnya bisa menghasilkan kain ecoprint yang cantik. Ia tak menyangka, hanya dengan menggunakan daun jati, pakis, daun kayu putih, dan bunga sepatu, hasilnya bisa begitu indah. “Harapan saya Kagama dapat terus mendampingi dan memberikan dukungan kepada dan kawan-kawan untuk memproduksi dan memperkenalkan produk ecoprint yang dihasilkan,” ujarnya.
Ketua tim penggerak PKK kabupaten, Anna Sahubawa selama dua hari penuh dengan tekun mengikuti pelatihan bersama dengan 25 peserta lainnya, yaitu duduk di lantai, menyimak penjelasan instruktur, menyiapkan kain, menata daun-daun, serta berlatih teknik pounding dan steaming. Ia sangat antusias karena teknik ecoprint ini sangat ramah lingkungan.
Ketua tim penggerak PKK kabupaten, Anna Sahubawa terlihat sangat menikmati pelatihan
“Saya berharap pelatihan ecoprint ini bisa membantu perempuan sebagai tulang punggung keluarga untuk memiliki ketrampilan yang unik dan bisa membuka usaha,” ucap Anna.
Sementara itu, dalam kata sambutannya saat membuka acara, Rakib Sahubawa yang juga alumni UGM, menyatakan rasa terima kasihnya kepada tim KKN yang telah bersedia memberikan pelatihan di wilayahnya. Ia tak lupa mengingatkan tentang pentingnya memanfaatkan potensi yang ada di Maluku Tengah untuk menemukan ciri khas dan meningkatkan nilai jual produk-produk lokal.
“Saya berharap kegiatan dengan memanfaatkan alam sekitar ini berkelanjutan dan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat,” ucap Rakib.
Ketua Satgas KKN, Didiek Anggrat
Ketua Satgas KKN, Didiek Anggrat, mengungkapkan bahwa pelatihan yang dilakukan di Kota Masohi merupakan kegiatan ketujuh setelah pelatihan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Wonogiri, Jeneponto, dan beberapa daerah lainnya. Ia menekankan hal yang paling penting diadakannya pelatihan ecoprint di Masohi adalah mengangkat potensi lokal.
Selain itu, menurut Didiek tujuannya untuk ikut serta dalam melestarikan lingkungan, karena semua bahan yang digunakan merupakan pewarna alami yang bisa dengan mudah diperoleh di sekitar rumah. Bagian tanaman seperti kulit, batang, maupun akar dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami, sedangkan daun-daunan dan bunga dimanfaatkan untuk membuat corak khas pada kain ataupun media lainnya.
“Pewarna alami dari tanaman tersebut menghasilkan warna-warna yang khas dan unik seperti coklat, orange, terakota, kuning, dan lain-lain,” pungkas Didiek.