Oleh: Anwarini
Tidak hanya soal pemenuhan gizi anak, stunting adalah soal yang mendasar, yaitu berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi, dan daya saing di masa depan yang berpengaruh pada kesejahteraan dan derajat bangsa.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan di bawah standar. Stunting atau kegagalan tumbuh kembang ini menjadi pekerjaan besar pemerintah era Jokowi dan menargetkan angka kurang dari 14% di tahun 2024, dari sebelumnya 30,8% di tahun 2018. Angka prevalensi menempatkan Indonesia sebagai negara dengan prevalensi stunting tertinggi ke-2 di kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.
Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya edukasi akibat terbatasnya informasi pada kelompok yang tidak memiliki akses mengenai pentingnya memperhatikan asupan gizi dan kebersihan diri pada ibu hamil dan anak hingga berusia dua tahun. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi seimbang serta pemberian ASI yang kurang tepat sehingga mengganggu tumbuh kembang yang optimal.
Memahami arti penting penanganan masalah stunting ini dan mendukung program pemerintah, angota-anggota Kagama dari berbagai wilayah di Jabodetabek yang tergabung dalam komunitas Elang V telah memulai berbagai kegiatan di masyarakat, di antaranya pemberian edukasi masalah kesehatan wanita dan keluarga. Kegiatan pertama adalah edukasi kepada ibu-ibu usia produktif dan remaja yang mendekati usia menikah, di area pesantren putri dan majelis taklim di wilayah Kecamatan Tanjung Teja, Kabupaten Serang dan Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Minggu (27/8). Keduanya berada di wilayah Provinsi Banten.
“Kami harapkan ibu-ibu dan remaja ini akan mampu menjadi duta bagi masyarakat yang lebih luas dengan berbagi informasi dan pengetahuan yang sudah didapatkan,” ujar Lestari Octavia sebagai koordinator acara.
Menurut H. Ahmad Yury Alam Fathallah sebagai Pimpinan Pengasuh Nur El Falah Serang yang membantu pelaksanaan rangkaian kegiatan, pondok pesantren putri dan majelis taklim di berbagai wilayah Provinsi Banten sangat tepat mendapatkan edukasi mengenai stunting karena jumlahnya yang sangat banyak dan sebaran wilayah yang luas.
Edukasi mengenai stunting ini dikemas dalam rangkaian acara yang menarik dan relevan, supaya lebih mudah dipahami dan menyenangkan bagi para ibu dan remaja putri tersebut, misalnya dimulai dengan senam sehat, diselipi dengan game, doorprize, dan lain-lain.
Jumlah yang menghadiri undangan melebihi kapasitas tempat yang disediakan, yaitu lebih dari 200 orang target di kedua lokasi. Bapak-bapak turut hadir pula dan berpartisipasi dalam kegiatan. Antusiasme ibu-ibu dan remaja putri pada acara ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pemateri.
Sebagai penutup, Nurul Nurhandjati yang juga menjadi salah satu penggerak acara ini mengatakan, “Soal stunting adalah soal mengawal 1.000 hari pertama kehidupan (1000HPK) dengan program pemberian makan bayi dan anak (PMBA) termasuk ASI eksklusif selama 6 bulan di awal kehidupan, makanan pendamping ASI (MPASI), dan menyusui sampai 2 tahun. Mari kita membentengi ibu, dan menghindarkan anak dari stunting demi mewujudkan cita-cita Indonesia Emas tahun 2045.”