Oleh: Humas Kagama Balikpapan
Pada tanggal tanggal 30 September 2022 telah berlangsung pertemuan antara Kagama dan Balai Pelatihan Vokasi & Produktivitas (BPVP) Samarinda, di mana salah satu agenda jangka pendek yang disepakati adalah penyelenggaraan pelatihan untuk anak muda milenial bertema pemberdayaan energi terbarukan. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, pada hari Kamis (13/10/2022) digelar pertemuan jarak jauh atau teleconfrence khusus Kagama – BPVP Samarinda – Sekolah Vokasi (SV) UGM membahas salah satu bidang energi terbarukan, yaitu sistem pemanenan air hujan. Hadir dalam pertemuan tersebut yaitu Kepala BPVP Samarinda, Tuti Haryanti, Dekan Fakultas Vokasi UGM Dr. Ing. Ir. Agus Maryono, Fauzul Idhi mewakili Kagama Kaltim, dan Ketua Pengcab Kagama Balikpapan, Yuniar Surindrasworo.
Sistem pemanenan air hujan atau Rainwater Harvesting Systems (RWHS) telah digunakan selama bertahun-tahun di seluruh dunia. RWHS menjadi salah satu strategi adaptasi terhadap perubahan iklim di sektor pengelolaan air sekaligus dapat merespon permintaan atas air yang semakin meningkat. Tujuan RWHS mencakup penangkapan air hujan (pra-bersih), mengumpulkan, dan kemudian menggunakan air untuk berbagai keperluan di bangunan atau gedung. Komponen RWHS umumnya terdiri atas proses penangkapan air hujan, proses pengaliran menuju wadah air hujan dan penampungan dalam wadah air hujan.
Dekan Sekolah Vokasi UGM, Dr. Agus Maryono mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa tingkat keasaman air hujan berbagai daerah di Indonesia, seperti di Yogyakarta, Bali, Bogor dan Jakarta, telah menunjukan layak untuk dikonsumsi. Di mana rata-rata tingkat derajat keasaman (pH) air hujan mencapai 7,2 hingga 7,4. Dari seluruh indikator fisik dan kimiawi air hujan sebelum terkontaminasi atau menyentuh tanah, memiliki mutu yang jauh lebih baik dari air minum dalam kemasan yang berstandar SNI.
Sesungguhnya upaya memanen air hujan juga telah menjadi praktik umum masyarakat di manca negara dan bahkan masyarakat tadisional Indonesia, terutama yang hidup di daerah rawa, sepanjang pinggir sungai, pegunungan dan daerah tandus. Hanya saja, alat penampung air hujan tradisional belum menggunakan filter untuk menyaring dan menjernihkan air hujan, sehingga langsung memasukkan air hujan yang ditangkap menuju ke penampungan air hujan.
“Wilayah Samarinda-Balikpapan secara geografis berada di area iklim dengan potensi hujan sepanjang tahun. Sehingga seharusnya air hujan ini dapat dimanfaatkan sepanjang tahun tanpa siklus pasti musim penghujan dan musim kemarau sebagaimana umumnya daerah lain di Indonesia. Air hujan dapat digunakan sebagai sumber air baku utama, baru kemudian suber air lain seperti air PDAM sebagai cadangan atau back up saja,” ujar ahli hidrologi yang dinobatkan sebagai pelopor restorasi sungai oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015 tersebut.
Kepala BPVP Samarinda, Tuti Haryanti sepakat dengan hasil-hasil penelitian dan kegiatan SV UGM terkait dengan RWHS akan membawa manfaat besar bagi masyarakat terutama di wilayah curah hujan cukup tinggi. Namun di sisi lain masyarakatnya justru kekurangan akses air baku dengan mutu baik untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu pihaknya lebih menyoroti tentang gagasan Kampung Ramah Air Hujan dengan cara membangun komunitas dan kesadaran masyarakat untuk secara maksimal mengelola air hujan dalam aspek kebencanaan, kesehatan masyarakat dan pelestarian lingkungan.
“Pada akhir tahun 2022 ini juga kami berencana menyelenggarakan pelatihan dengan metode bootcamp untuk memberikan pengetahuan RWHS dan ketrampilan teknologi pembuatan alat-alatnya. Pesertanya sekitar 16 orang anak muda millenial dari berbagai wilayah di Samarinda dan sekitarnya. Pelatihnya diharapkan hadir langsung dari SV UGM. Harapannya nanti mereka akan menjadi pelopor bagi komunitas atau lingkungan tempat tinggalnya membentuk Kampung Ramah Air Hujan,” ucap wanita yang mendapat apresiasi dari MenPAN-RB sebagai pelopor perubahan pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju WBK di lingkungan Kemnaker RI pada tahun 2020 itu.
Pengurus Kagama Pengda Kaltim, Fauzul Idhi menyambut baik sinergi BPVP Samarinda dan SV UGM. “Sebagai alumni UGM di daerah tentu kami akan terus memberikan kontribusi aktif dalam berbagai aktivitas pemberdayaan masyarakat, khususnya yang melibatkan UGM. Gerakan memanen air hujan dan Kampung Ramah Air Hujan ini akan kami selaraskan dengan Program Kampung Kompeten dari Kemenaker yang juga sedang kami persiapkan bersama BPVP Samarinda,” ujarnya menutup pertemuan.