Oleh: Yauri Tetanel
Kesadaran dan kepedulian untuk menjaga lingkungan hidup telah muncul di berbagai belahan dunia, terutama untuk mewujudkan ruang hidup yang aman, nyaman, serta berkelanjutan dalam memanfaatkan sumberdaya yang disediakan oleh alam. Ekonomi hijau yang menjadi salah satu rujukan kebijakan pembangunan di berbagai negara, sesungguhnya bukan hanya terkait dengan pemanfaatan energi yang terbarukan semata, akan tetapi juga terkait dengan bagaimana setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan mengurangi resiko kerusakan lingkungan, dan dapat memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kagama dalam mendorong implementasi ekonomi dan gaya hidup hijau (economic & go green life style) adalah menggelar pelatihan Ecoprint Academy.
Sejak tahun 2021, Kagama melalui inisiatif KKN (Kagama Kerja Nyata) mengembangkan program Ecoprint Academy untuk meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam memanfaatkan potensi keanekaragaman sumberdaya alam yang dimilikinya, terutama tanaman endemik atau khas untuk kegiatan ekonomi kreatif. Bagian tanaman seperti daun, batang, maupun akar dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami maupun membuat corak khas pada kain ataupun media lainnya. Pewarna alami yang dihasilkan tidak hanya memberikan warna-warna yang khas dan unik, akan tetapi juga proses pembuatan dan produk yang dihasilkan ramah lingkungan. Ade Siti Barokah, salah satu tokoh penggerak Desa Inklusif Kagama menyampaikan bahwa selain mendorong kepedulian pemerintah desa untuk melibatkan kelompok marginal dalam pembangunan, kegiatan Desa Inklusif Kagama juga diarahkan untuk melakukan pemberdayaan ekonomi pada masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh jaringan Kagama di seluruh wilayah.
Ketua Satgas Desa Inklusif Kagama, Didiek Anggrat, mengungkapkan bahwa program Ecoprint Academy yang dilakukan di Desa Pucung, Kec. Kismantoro, Kab. Wonogiri pada tanggal 28-29 Mei 2022 merupakan kegiatan kedua setelah Kabupaten Kutai Kartanegara. Kegiatan diikuti 30 orang, yang tidak hanya berasal dari Desa Pucung sendiri, namun juga dari desa sekitarnya, seperti Desa Ngroto. Juga turut hadir peserta dari Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Kepala Dinas Koperasi & UMKM Kabupaten Jeneponto, Mernawati, yang mengikuti kegiatan pelatihan, berharap kegiatan Ecoprint Academy suatu saat dapat dilakukan di Jeneponto. Terutama untuk melatih UMKM yang memiliki usaha ekonomi kreatif serta mengembangkan potensi kain tenun tradisional tope. Ajakan ini disambut baik oleh Satgas Desa Inklusif, yang mengagendakan pelatihan ecoprint selanjutnya di Jeneponto.
Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi pewarna alami, membuat desain dan corak khas pada kain dengan memanfaatkan daun dan bunga, peserta juga diberikan pengetahuan tentang bagaimana mengemas dan mempromosikan produk yang dihasilkannya agar dapat lebih dikenal pada masyarakat luas. Misalnya dengan memanfaatkan media sosial. Pengurus PP Kagama, Anwarini yang hadir langsung, memberikan penekanan pada proses pengemasan agar suatu produk tidak hanya menarik bagi konsumen, akan tetapi juga memberikan nilai tambah bagi produk yang dihasilkan.
Retno Setyaningsih selaku instruktur pelatihan Ecoprint menjelaskan bahwa produk ecoprint tidak hanya berupa bahan tekstil dengan pewarna alami semata, akan tetapi juga dapat diaplikasikan pada pembuatan produk lain seperti pada produk kulit, keramik, bambu, dll. Hal ini tentu saja membuka peluang ekonomi bagi masyarakat desa untuk berkreasi, terutama dengan memanfaatkan keragaman dan keunikan kekayaan sumberdaya alam yang dimilikinya tanpa merusak sumberdaya alam tersebut.
Salah satu peserta yang mengikuti pelatihan, Mak Ti, menunjukkan raut wajah gembira ketika mampu membuat kain dengan pewarna alami dengan memanfaatkan tanaman dan bahan-bahan lain yang mudah didapat di sekitarnya. Dirinya berharap agar Kagama dapat terus mendampingi dan memberikan dukungan bagi warga desa agar dapat memproduksi dan memasarkan produk ecoprint pada masyarakat luas.