Oleh: Humas Kahigama
Keluarga Alumni Hubungan Internasional UGM (KAHIGAMA) bekerja sama dengan Indonesian Gastronomy Community (IGC) menyelenggarakan seminar daring bertajuk “Citra Indonesia melalui Gastro Branding dan Gastro Diplomacy” (16/8/2020).
Acara dibuka oleh sambutan dari Ketua KAHIGAMA, Nia Sarinastiti dan Ketua IGC, Ria Musiawan. Seminar yang dimoderatori oleh Dewan Pembina IGC, Agus Marsudi ini membahas tentang peran gastronomi atau kuliner sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia.
Penulis Buku “Gastronomi Brand”, Dr. Irwansyah – dosen ilmu komunikasi Universitas Indonesia – menjelaskan bahwa makanan adalah salah satu instrumen diplomasi. Dalam mendukung hal tersebut, dibutuhkan peran media dan diaspora untuk menyampaikan informasi mengenai makanan Indonesia. “Kajian literatur saya menunjukkan bahwa engagement adalah faktor penting untuk mengedepankan gastrobranding bagi Indonesia,”
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri RI, Cecep Herawan memaparkan bahwa gastrodiplomasi adalah salah satu prioritas diplomasi Indonesia 2020-2024. “Harapannya, setelah mengenal kuliner Indonesia, publik internasional tertarik untuk berkunjung sehingga jumlah wisatawan asing meningkat. Dalam mendukung gastrodiplomasi, para diaspora Indonesia di luar negeri adalah aset bangsa yang sangat berharga dan berperan krusial,” ujar Cecep.
Laporan CNN pada 2011 tentang daftar makanan paling lezat di dunia turut menampilkan dua makanan Indonesia, yaitu rendang dan nasi goreng. Terkait hal ini, Konsul Jenderal RI di Mumbai, Agus Saptono (KAHIGAMA 1983) menjelaskan, “Keberagaman boga di Indonesia sangat luar biasa, bisa dikatakan paling kaya dibandingkan dengan negara lain. Maka, perlu ada konsistensi dalam menetapkan sejumlah kuliner unggulan Indonesia dan dibutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, diaspora Indonesia di luar negeri, dan perwakilan RI di berbagai negara.”
Pemilik Djawa Restaurant di Perancis yang mewakili diaspora, Stephanie Dambron menyampaikan perlunya mengoptimalkan potensi dan kekuatan kuliner Indonesia. “Ada banyak kelebihan pada masakan Indonesia. Makanan Indonesia sangat beragam, kaya akan rempah-rempah dan sangat eksotis karena sebagian besar masih belum dikenal dan sangat baru untuk orang Perancis. Jadi ini adalah peluang. Saya ingin menekankan pada kekuatan masakan Indonesia di mata pelanggan Prancis dan internasional, ” (“There are a lot of strengths of Indonesian cuisine. Indonesian foods are incredibly diverse, rich in spices and very exotic as most of them are still unknown and very new for French people. So, it’s an opportunity. I’d like to emphasize on the strengths of Indonesian cuisine in the eyes of French and international customers,”)
Menurutnya, terdapat tiga solusi untuk meningkatkan popularitas kuliner Indonesia di mata dunia, selain pentingnya lokasi . “Pertama, kita perlu memilih hidangan ikonik yang mudah disukai banyak orang. Kemudian, masakan harus sesuai dengan selera orang asing dan harus mudah dipasarkan. Selain itu, kami perlu membedakan diri dari masakan negara tetangga.” (“First, we need to select iconic dishes that a lot of people can easily like. Then, the dishes have to be compatible with the palate of foreign people and these have to be easily marketed. Also, we need to differentiate ourselves from the cuisines of our neighboring countries.”)
Keempat pembicara sepakat bahwa keberagaman kuliner adalah kunci dari gastrodiplomasi Indonesia. Kuliner adalah salah satu media untuk memperkenalkan dan mempromosikan negara Indonesia, bahkan dapat menjadi motor penggerak diplomasi budaya. Oleh karena itu, diperlukan upaya sinergis dan konsistesi untuk memperkenalkan kekayaan ini, yaitu dengan membuka lebih banyak lagi restoran Indonesia di mancanegara, serta mempromosikan kuliner melalui festival makanan nusantara.