Kagama Telekonseling 5: 1001 Kiat Isolasi Mandiri

Sabtu (31/7/2021), PP Kagama kembali menggelar webinar Kagama Telekonseling via Zoom Meetings. Pada seri ke-5 kali ini mengangkat topik “1001 Kiat Isolasi Mandiri”, menghadirkan 3 narasumber yaitu dr. Nuke H. Setiati. Sp.KKLP (Kepala Puskesmas Purnama Kota Dumai), Supriyanto (Pengelola Shelter Isoman Covid-19 Kaligondang, Bantul) dan Eka Kurnianti (Penyintas Covid-19). Berkenan memberikan kata sambutan, Anwar Sanusi, Ph.D., Waketum 2 PP Kagama & Sekjen Kementrian Ketenagakerjaan RI. Jalannya acara dipandu oleh dr. Arifatul Khorida, MPH (Wakil Direktur Pengembangan SDM RSUD dr. Zainoel Abidin, Aceh), dan Wiwit Wijayanti dari tim Humas PP Kagama.

dr. Nuke H. Setiati

Narasumber pertama, dr. Nuke H. Setiati menyampaikan materinya terkait kiat-kiat isolasi mandiri / self isolation. Self isolation merupakan tindakan pencegahan penyebaran Covid-19 dengan sukarela melakukan isolasi mandiri di rumah atas rekomendasi petugas kesehatan merujuk hasil positif pada tes antigen dan tes PCR. Isolasi mandiri direkomendasi untuk pasien Covid-19 dengan tanpa gejala dan bergejala ringan.

“Isolasi mandiri tidak hanya untuk yang sudah positif Covid-19. Namun, diberlakukan pada orang yang pernah kontak dengan pasien positif covid-19. Isolasi mandiri dalam beberapa syarat hanya dapat dilakukan pasien dengan umur 45 tahun ke bawah dengan tidak memiliki riwayat penyakit penyerta, memiliki kamar terpisah dengan penghuni lainnya serta kamar mandi di dalam rumah. Jangan takut untuk melapor ke petugas kesehatan setempat di domisili jika belum terdata.” ucap dr. Nuke.

Menurut dr. Nuke, durasi isolasi mandiri pada pasien tanpa gejala adalah 10 hari sejak diambil spesimen diagnosis dan pasien dengan gejala ringan selama 10 hari dengan tambahan 3 hari bebas gejala. Selama melakukan isolasi mandiri, pasien harus menghindari pemakaian alat makan, alat mandi dan pakaian secara bersama. Terapkan disiplin protokol kesehatan dan rutin melakukan disinfeksi.

“Selama isolasi mandiri, perlu meningkatkan imun tubuh dengan makanan bergizi dan asupan vitamin dan mineral. Hindari stress, rokok dan minuman beralkohol serta rajin berjemur dibawah sinar matahari saat pagi hari. Ukur saturasi oksigen dengan oximeter dan memanfaatkan fasilitas telemedicine dan kerjasama dengan elemen masyarakat. Disiplin, tenang dan berpikir positif serta bijak dalam menyikapi infodemik yang beredar.” pungkas dr. Nuke.

Supriyanto

Narasumber kedua, Supriyanto, kepala dukuh Kaligondang dan pengelola shelter Covid-19 Kalurahan Sumbermulyo, mengatakan kehadiran shelter penanggulangan Covid-19 berasal dari inisiatif warga Kelurahan Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul. Enam belas padukuhan di Kelurahan Sumbermulyo membentuk shelter di masing-masing wilayahnya. Adanya shelter Covid-19 ini merupakan upaya bersama membantu fasilitas kesehatan yang sedang mengalami kondisi penuh dan usaha memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di tingkat lokal khususnya wilayah Bantul.

“Shelter di Kelurahan Sumbermulyo menyediakan gedung, kamar tidur, kamar mandi, logistik makanan dan obat-obatan. Pasien yang dapat memanfaatkan fasilitas shelter ini adalah pasien yang sedang menunggu hasil tes Covid-19, pasien tanpa gejala dan pasien dengan gejala ringan. Kebersihan dan kenyamanan shelter menjadi tanggung jawab masing-masing pasien sendiri. Pasien diharapkan menaati prosedur yang telah diterapkan pemerintah dan aktif melaporkan secara harian kondisi kesehatan kepada petugas kesehatan.” ucap Supriyanto.

“Pemerintah desa / kelurahan juga menganggarkan pengentasan penyebaran Covid-19 dengan mengikutsertakan solidaritas dan sumbangsih dari masyarakat kelurahan Sumbermulyo. Kehadiran shelter di setiap padukuhan hendaknya menjadi contoh yang menimbulkan kesadaran untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan dan pola hidup sehat di masyarakat.” demikian pungkas Supriyanto.

Eka Kurnianti

Narasumber ketiga, Eka Kurnianti menceritakan pengalamannya sebagai penyintas Covid-19. Eka merasakan dirinya mengalami sakit pada 20 juni 2021 dan ternyata positif Covid-19. Eka mengaku sudah menjalani vaksinasi pertama dan kedua pada 20 April dan 20 Mei yang lalu. Namun, Eka tidak menyangka dirinya tetap bisa terinfeksi Covid-19.

Eka menyatakan dirinya memiliki riwayat bawaan asma. Ia mengalami dehidrasi berat selama menjalani isolasi mandiri dan mengalami penurunan berat badan secara drastis. Juga mengalami mual dan diare yang parah.

“Saya dengan riwayat bawaan asma seharusnya dirawat di rumah sakit. Namun, kapasitas rumah sakit yang penuh di wilayah Semarang dan sekitarnya penuh mengakibatkan saya tidak mendapatkan tempat. Rumah sakit penuh dengan pasien dengan gejala berat. Selama isolasi mandiri, saya juga menderita anosmia. Namun saya berhasil melalui 14 hari yang menentukan itu. Selama isoman, saya mengonsumsi makanan bergizi dan multivitamin serta melakukan beberapa gerakan workout dan berjemur saat pagi dibawah sinar matahari.” demikian Ika menceritakan kisah isomannya. [arma]

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*