Sinergi UGM dan KAGAMA 5: Sumbangsih UGM dalam Penanggulangan Covid-19 Melalui Penemuan Alat-alat Kesehatan

Minggu (31/1/2021) jam 13:00 – 17:00 WIB sinergi UGM dan PP KAGAMA mengelar webinar #5 melalui aplikasi Zoom dengan tema “Sumbangsih UGM Dalam Penanggulangan Covid-19 Melalui Penemuan Alat-alat Baru” dengan menghadirkan lima narasumber yakni Prof. dr. Sofia Mubarika. M. Med. Sc., Ph.D. ( Guru Besar FK-KMK UGM ) , apt. Ika Puspitasari, M.Si., Ph.D. (Dosen Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM),  Dr. Adhika Widyaparaga, S.T., M.Biomed (Dosen Departemen Teknik Mesin UGM), Prof. Drs. Kuwat Triyana, M.Si., Ph.D. ( Guru Besar FMIPA UGM)   dan Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M (Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni). Tampil sebagai keynote speaker adalah  Dr. (H.C) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., IPU (Menko Perekonomian RI).

Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng., LL.M (Rektor UGM) dan H. Ganjar Pranowo, SH, MIP (Ketua Umum PP KAGAMA) mengawali acara dengan memaparkan kondisi epidemi global Covid-19 menjadi permasalahan bangsa yang harus diselesaikan secara bersama. UGM sebagai perguruan tinggi nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 turut andil dan menghadirkan solusi dalam menghadapi epidemi global Covid-19. UGM dan KAGAMA bersinergi dan saling bahu-membahu dalam mengatasi covid-19 dengan karya yang inovatif serta solutif untuk masyarakat.

Menko Perekonomian RI, Ir. Airlangga Hartarto

Menko Perekonomian RI, Dr (H.C) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., IPU yang tampil sebagai sebagai keynote speaker memaparkan inovasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah namun upaya bersama dan bergotong royong melalui penemuan alat-alat baru dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 berdampak pada aspek kesehatan dan ekonomi. Berdasarkan data worldmeters.info per 30 Januari 2021. Secara global, 102, 7 juta jiwa terinfeksi Covid-19, 2,2 juta jiwa meninggal dunia dan 74,4 juta jiwa sembuh. Kasus di Indonesia per 30 Januari 2021 melalui situs covid19.go.id, sejumlah 1,06 juta jiwa terinfeksi, 29, 7 ribu jiwa meninggal dunia dan 862,5 ribu jiwa sembuh.

Menurut Airlangga, dalam aspek ekonomi Indonesia mengalami kontraksi yang sepanjang tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam angka minus. Menyikapi hal tersebut, Indonesia berupaya menyeimbangkan penangan kesehatan dan ekonomi. Indonesia berada dalam kelompok negara yang termasuk “best possible situation”. Di mana penangan kesehatan dan ekonomi dapat berjalan beriringan. Hal tersebut ditandai dengan tingkat kematian yang terkendali dan kontraksi GDP Kuartal 3 (2020) yang tidak terlalu dalam.

Pemerintah melalui program pemulihan Ekonomi Nasional 2021 menganggarkan proyeksi anggaran PCPEN 2021 sebesar Rp 553.09 T (Realisasi 2020 sebesar 579,78 T) yang meliputi Kesehatan (Rp 104,70 T), Perlindungan Sosial (Rp150,96 T), Sektoral K/L Pemda ( Rp 141, 36 T), Dukungan UMKM dan Pembiayaan Korporasi (Rp156,06 T) serta Insentif Usaha 2021 akan dilaporkan secara regular.  Airlangga menambahkan, Pemerintah juga bergerak cepat melakukan vaksinasi sebagai game changer penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Indonesia memberikan vaksinasi COVID-19 gratis kepada seluruh masyarakat. Vaksinan sebesar 70% penduduk dengan kebutuhan vaksin sebanyak 426,8 juta dosis.

Tahapan pemberian vaksin dimulai dari periode Januari – April 2021 kepada tenaga kesehatan dan petugas publik. Selanjutnya periode April 2021 – Maret 2022 kepada masyarakat rentan dan masyarakat lainnya. Vaksinan berupaya untuk menciptakan herd immunity dalam masyarakat Indonesia. Vaksinasi memunculkan optimisme, membangkitkan rasa aman, dan membangun kembali kepercayaan masyarakat.

Universitas Gadjah Mada turut berkontribusi dalam pengembangan Vaksin Merah Putih. Vaksin Merah Putih merupakan upaya bersama Lembaga Eikjman, PT Bio Farma, LIPI dan sejumlah perguruan tinggi diantaranya UGM, UI, ITB dan Unair yang diharapkan pada tahun 2022, Vaksin Merah-Putih dapat dipergunakan secara luas di masyarakat.

Universitas Gadjah Mada selama ini aktif membantu penanggulangan COVID-19 melalui inovasi alat-alat kesehatan, seperti purwarupa pelindung wajah / faceshield untuk tenaga medis, bilik swab yang dilengkapi HEPA filter, alat pengukur suhu tubuh dengan pemindai wajah, Viral Transport Medium (VTM), Rapid Diagnotis Test (RDT) dan ventilator udara serta GeNose alat uji cepat / rapid test COVID-19.

Inovasi alat-alat kesehatan tersebut merupakan bagian komitmen UGM dalam penanggulangan pandemi COVID-19 yang bermanfaat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui hilirisasi inovasi alat kesehatan, membantu mitigasi risiko penyebaran pandemi diberbagai wilayah serta membangun kepercayaan publik akan produk dalam negeri hasil karya anak bangsa Indonesia. Inovasi tersebut beriringan dengan kebijakan pemerintah pendukung ekosistem riset inovasi melalui dukungan supply riset inovasi berupa pendanaan riset inovasi dan Insentif Pajak Riset Inovasi. Dukungan demand hasil riset inovasi berupa E-Katalog Inovasi dan Peningkatan penggunaan produk dalam negeri.

Prof. dr. Sofia Mubarika

Prof. dr. Sofia Mubarika. M. Med. Sc., Ph.D sebagai narasumber pertama memaparkan tentang Rapid Test RI-GHA sumbangsih untuk negeri . Rapid Test Republik Indonesia – Gadjah Mada – Hepatika – Airlangga (RI-GHA) merupakan inovasi uji diagnosis cepat untuk COVID-19 yang berbasis antibodi untuk mendeteksi IgG dan IgM yang diproduksi tubuh untuk melawan COVID-19. RI-GHA lahir melalui kerjasama task force riset dan inovasi teknologi untuk penanganan COVID-19 (TFRIC-19) yang dibentuk awal pandemi COVID-19.

TFRIC-19 dibagi dalam beberapa untuk menjangkau berbagai sektor yang terdampak pandemi COVID-19. UGM, Hepatika dan Unair bekerjasama menghasilkan inovasi dalam mendiagnosis COVID-19 melalui metode RDT Antibodi. RDT Antibodi dipilih sebagai respon cepat atas masuk alat-alat kesehatan komersial dari luar negeri. Dalam waktu 2 bulan, TFRIC-19 menargetkan tim RI-GHA untuk melahirkan prototipe RDT. Tiga macam diagnosis COVID- 19 yakni PCR, Antigen dan Antibodi. Tim RI-GHA melakukan proses riset dari Maret – Mei 2020 yang dimulai dari tahapan pendanaan, Desain dan Prototyping, Validasi Data, Registrasi ke Instansi Terkait, Tahapan Produksi dan diakhiri pada Tahapan Distribusi RDT IgG/IgM COVID-19 buatan Indonesia. Alat RI-GHA berupa kaset rapid tes, petunjuk penggunaan, kapas swab, pipet kapiler, lanset dan buffer. Keunggulan RDT RI-GHA buatan Indonesia antara lain alat mudah digunakan, cepat, biaya terjangkau, dan membantu dalam mitigasi penanganan COVID-19.

Menurut Sofia, test antibodi dan sero surveilliance yang dilakukan bermanfaat sebagai “early warning system” sebagai peringatan kesehatan publik, membantu strategi dan kebijakan publik sebagai data awal yang dapat digunakan sebagai acuan kebijakan kesehatan publik seperti vaksinasi serta memonitori kondisi epidemiologi. Sehingga pada masa pandemi berlangsung inovasi alat-alat kesehatan mendapatkan momentum kebangkitan inovasi dan teknologi dan pekerjaan rumah paska pandemi membuat masyarakat sadar akan gaya hidup sehat, ikut menjaga keseimbangan ekosistem serta Revitalisasi Aspek Kesehatan di Indonesia.

Ika Puspitasari, M.Si., Ph.D

Narasumber kedua, apt. Ika Puspitasari, M.Si., Ph.D. menjelaskan Viral Transport Medium (VTM) atau media pembawa virus yang diinisiasi oleh Fakultas Farmasi UGM untuk mendukung pengujian Swab PCR terhadap virus COVID-19 yang awal pandemi menjadi langka dan mahal. VTM dilahirkan melalui kesukarelaan tim untuk mengatasi kelangkaan VTM sebagai alat penunjang Swab PCR.

Ika menjelaskan Tahapan pembuatan VTM diawali dengan pengadaan bahan baku, Pembuatan HBSS (Hanks’ Balanced Salt Solution) dan VTM, Pengujian Produk, Penyiapan izin fasilitas produksi, penyusunan dokumen izin edar dan terakhir pengajuan izin edar. VTM sudah diproduksi sebanyak 45.965 per 21 Januari 2021 telah didistribusikan ke Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit di Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Papua. Pengujian rutin terhadap pencemaran jamur dan bakteri walaupun masih terdapat kendala pada pengujian stabilitas adanya corona virus unggas yang berbeda primer virusnya dengan covid-19.

Dr. Adhika Widyaparaga

Narasumber ketiga, Dr. Adhika Widyaparaga, S.T., M.Biomed, menjelaskan inovasi pada ICU Ventilator dan Emergency Ventilator. Peningkatann jumlah pasien terinfeksi COVID-19 beriringan dengan meningkatnya kebutuhan ventilator. Banyak Ventilator yang tersedia diberbagai fasilitas kesehatan merupakan barang impor. Ventilator karya anak bangsa hadir untuk mengurangi barang impor tersebut.

Menurut Adhika, V-01 ICU Ventilator dan R-03 Emergency Ventilator yang digagas Tim Jogja yang didalamnya tergabung Fakultas Teknik UGM. Dengan Brand Venindo, Ventilator dibuat melalui beberapa tim dan mekanisme yakni pada bagian Main Developer terdiri atas YPTI, Steqhoc, Rajawali 3D, PT Swayasa Prakarsa, UGM – STP – RSUP Dr. Sardjito, ATMI. Bagian Supply Chain terdiri atas Panasonic, Denso, HIT, FESTO/SMC/HONEYWELL/OMRON, OMI – Yasunaga & YPTI, Autonic Indonesia, STECHOQ & DIC UGM dan berbagai accessories supplier. Dan Terakhir pada bagian Regulations & Standard ada beberapa instansi terkait diantara, BPKM, Kementrian Kesehatan RI, Kementrian Keuangan RI, Kementrian Perindustrian RI, dan Badan Standarisasi Nasional. Kolaborasi menjadi kunci kerjasama terwujudnya Venindo “Ventilator Indonesia”. 

Prof. Kuwat Triyana

Narasumber keempat, Prof. Drs. Kuwat Triyana, M.Si., Ph.D menjelaskan tentang hadirnya GeNose sebagai solusi untuk pemulihan kesehatan dan ekonomi saat pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 menjadi tatangan dalam aspek inovasi dan teknologi. Keputusan menghilirkan inovasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan prinsip penerapan kehati-hatian harus dilaksanakan sesuai prosedur, kaidah etika dan prioritasnya. GeNose hadir sebagai sebuah inovasi yang membawa prinsip-prinsip kehati-hatian.

Kuwat memaparkan bahwa GeNose memiliki karakteristik alat yang non invasif (hanya membutuhkan sampel nafas), cepat diketahui hasilnya (hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit), tidak perlu menggunakan reagen, biaya tes yang terjangkau, tingkat akurasi yang tinggi serta terhubung dalam Cloud system (IoT). GeNose Sebagai alat diagnostis melalui berbagai tahapan uji klinis dan teknis diantaranya, Uji Profiling (Validasi Internal terhadap pasien ruang isolasi dan subyek dites dengan PCR, uji kinerja dan keamanan (durability & safety), uji diagnosis (uji klinis pre Market terhadap pasien rawat jalan COVID-19 disampling nafas kemudian dites dengan PCR), Uji Diagnostik Skrining Bebas dan Uji Diagnostik Independen serta Uji Diagnostik Post Market.

GeNose dilengkapi dengan respons sensor elektrik dan menggunakan Artificial Intelegence (AI) yang secara akurat dalam mengukur parameter. GeNose mulai 5 Februari 2021, akan digunakan sebagai alat diagnosis Covid-19 untuk pelanggan kereta api. Namun posisi GeNose tidak menggantikan tes swab / PCR. GeNose menambah opsi bagi pelanggan dan alternatif dalam mendiagnosis Covid-19.

Prof. Dr. Paripurna P. Sugarda

Narasumber terakhir, Prof. Paripurna P. Sugarda memaparkan proses hilirasi produk temuan UGM untuk penanggulangan Covid-19. UGM berkomitmen penuh terhadap hilirisasi inovasi teknologi.  Menurut Paripurna, proses hilirisasi produk inovasi dilakukan UGM melalui eksistensi Science TechnoPark merupakan tempat pertemuan antara akademisi, pemerintah dan pelaku Industri untuk mengembangkan inovasi dari mulai hulu sampai hilir.

UGM sebagai perguruan tinggi riset mendayagunakan Science Technopark sebagai second line dari proses hilirisasi inovasi teknologi yang didasarkan pada prinsip kejujuran akademik. PIAT (Pusat Inovasi Agroteknologi) UGM, Science TechnoPark di Purwomartani, dan Science TechnoPark yang berbasis komunitas di Pagilaran dan Science TechnoPark lainnya diberbagai daerah yang terkoordinasi dalam satu kepemimpinan (leadership). Kolaborasi dari berbagai sektor baik pemerintah, Kementrian, pemerintah daerah, BUMN, LSM/NGO dan media yang juga diperlukan dalam hilirisasi inovasi teknologi.

Paripurna menambahkan peran alumni UGM juga diperlukan dalam proses hilirisasi inovasi teknologi. Tidak ada universitas di dunia ini yang maju tanpa sumbangsih dan bantuan alumninya. Peran alumni dari berbagai profesi dan lintas sektor yang terjalin secara “take and give” dengan universitas yang menjadi tempat studinya dulu. Inovasi teknologi dihasilkan dari fenomena-fenomena yang muncul di masyarakat yang ditangkap oleh civitas akademika UGM sebagai sebuah tantangan yang ada jalan keluar dan solusi atas fenomena tersebut.

Sebagai penutup, Paripurna menyebutkan hilirisasi inovasi teknologi difasilitasi UGM melalui beberapa aspek antara lain aspek teknis, aspek perizinan dan kelembagaan, aspek finansial dan pendanaan, dan roadmap untuk diproduksi secara massal serta mematenkan produk temuan tersebut. UGM dan KAGAMA berkomitmen akan terus bekerja sama, berkolaborasi dalam dunia pendidikan dan riset untuk menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia. [arma]

*) Materi webinar selengkapnya bisa dilihat di kanal Youtube Kagama Channel: